Menyambung kisah Waisai Part 3, hal yang terakhir terpikirkan adalah tempat menginap. Orang yang pertama kali dihubungi adalah Om Rani untuk memastikan kapan kembali ke Sailolof. Kami berjalan menuju jolor ditambatkan untuk menemui pemiliknya. Ternyata rumah salah satu saudara kru jolor tepat diseberang. Kenalan dengan yang punya rumah serta bercengkrama berbagi kisah. Berhubung besok perjalanan pulang, kami menginap ditempat itu.
Malam semakin larut, tubuh butuh istirahat untuk menghadapi perjuangan esok hari. Hari berganti, pagi menjelang, kami izin duluan ke pasar dengan dalih ingin membeli bahan tapi ditahan oleh empunya rumah buat sarapan.
Berangkat kembali, menikmati pemandangan samudera luas. Kali ini bisa tertidur pulas di bagian depan dekat kemudi diterpa angin segar. Terbangun saat merasakan percikan air, ternyata sampai di Tanjung Batu Karang nama tempatnya. Ombak sangat fantastis, jolor terombang ambing mengikuti arus.
Wah, disini ombak malam itu saat keberangkatan. Takjub juga merasa cemas kalau terjadi hal yang tidak diinginkan. Waktu berlalu, lepas dari ombak besar disambut oleh atraksi empat ekor lumba-lumba mengikuti suara mesin jolor. Sungguh indah dan langka ditemui lumba-lumba di laut lepas seperti ini.
Pemandangan unik tersebut berakhir disuguhi keindahan alam lain. Semburat sinar matahari tenggelam, jingga membias dilangit. Warna biru langit tidak terkalahkan, pembiasan menciptakan efek pink diawan membentuk gumpalan kecil memenuhi angkasa, Tak jemu mata memandang, kunikmati sepuas hati dari atap jolor.
Malam tidak bisa ditunda kehadirannya, langit malam pun tak mau kalah memancarkan pesona. Cerah dihiasi ribuan bintang kelap kelip, indah. Tak sadar kapan terlelap, saat bangun langit masih setia dengan kumpulan bintang, kombinasi luar biasa tak bisa diungkapkan kata. Rangkaian keindahan alam bukti keagungan Tuhan,
Mendarat di Sailolof tengah malam, pulang ke rumah. Makan malam menu mie dan tidur.
Alhamdulillah pengalaman tidak terlupakan.
Kondisi Jolor |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar