Penghujung tahun ajaran tak terasa sudah tiba. Menjalani amanah sebagai orang tua di sekolah bagi gadis dan bujang yang masih polos. Wajah lugu baru memasuki usia pendidikan sekolah menengah masih terbayang ketika pertama kali memeperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka. Kelas X MIA dengan jumlah anak 18 orang, delapan perempuan serta 12 lelaki.
Berbagai tingkah mereka sudah di hadapi, mulai dari yang sedikit-sedikit mengadu, "Buk, pena saya diambil, pulpen saya di sembuyiiin, catatan saya gak dikembaliin" dan berbagia macam aduan lagi. Tipe kalem dan pendiam, nurut aja tiap disuruh, dalam proses pembelajaran pun diam. Banyak tingkah, yang selalu telat dan lainnya.
Tiap anak punya kelebihan masing-masing, tidak ada yang kekurangan, semua spesial. Perlahan kupahami karakteristik setiap siswa dikelas X MIA. Mencoba untuk lebih dekat dan mencari akar masalah bagi anak yang sering terpanggil. Dalam artian kehadiran yang bolong, apel pagi telat bahkan tiba-tiba tidak masuk.
Apakah ini salah satu bentuk kelalaian sebagai orang tua? Di pertengahan semester dua kehilangan satu anggota kelas. Berhenti melanjutkan menimba ilmu. Upaya yang dilakukan mencari tahu dan mengajak untuk tetap sekolah tapi tekadnya sudah bulat. Berulang kali dicoba tetap tidak berhasil. Sungguh merasa gagal sebagai wali kelas.
Di penghujung semester dua pun kembali satu orang tidak datang. Surat penggilan sudah dilayangkan untuk orang tuanya namun tak kunjung datang. Kucoba menghubungi lewat chat WhatApp, jawaban yang kuterima pun menorehkan kesedihan. "Saya sudah bicarakan bersama orang tua Buk, Saya memutuskan untuk tidak sekolah, berhenti" Ya Allah, miris dan sedih perasaan ini. Anak yang masih di usia belia tidak berminat menempuh pendidikan lagi. Ku hanya bisa mendoakan semoga berhasil di luar sana.
Oh iya, di pertenghan semester satu, warga kelas bertambah tiga orang yang terdiri dari dua cowok dan satu cewek. Akhir semester hanya 19 orang, semoga tetap bersama hingga lulus nanti. Tidak ada lagi pengurangan anggota, Amin.
Banyak sudah momen dan kebersamaan yang telah di lalui. Kedekatan emosional mulai erat dan semakin terbuka akan masalah yang dihadapi. Momen yang paling terasa adalah setiap akhir semester akan menerima banyak surat cinta dari Buk Yati. Teror melengkapi tugas, remedi, praktek dan hal lainnya yang bermasalah dengan guru mata pelajaran.
Semua tak apa, biar bisa diperjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar