Melanjutkan kisah sebelumnya Waisai Part 1, hempasan ombak yang kuat membuat pusing dan mual. Kuatasi dengan mengoleskan freshcare, nafas terasa sedikit lega. Barang di dalam jolor semakin tak karuan, air tumpah dari dalam panci. Mencoba bertahan namun tidak sanggup lalu berjalan keluar bagian jolor yang terbuka.
Lepas ombak, kumasuk kembali dan tidur. Matahari pagi muncul kami sampai di dermaga mendekati daratan Waisai. Ternyata ada momen penting yang kulewatkan, sambutan dari lumba-lumba di perairan sana. Sayang sekali ya. Jolor merapat di dermaga, tepatnya disisi pasar. Muatan dibongkar, kami izin ke Om Rani untuk jalan serta meminta petunjuk kondisi jalanan disana.
Jalan kaki pilihan terbaik karena ingin menikmati kota ala backpacker. Hal pertama yang dicari adalah mesjid, ingin istirahat dan membersihkan diri. Mesjidnya sangat bagus, bersih dan terawat, nyaman untuk ibadah. Tenaga sudah kembali, pikiran fresh, kami berencana makan terlebih dahulu dilanjutkan jalan ke tempat wisata.
Waisai merupakan Ibukota Kabupaten Raja Ampat, daerah pinggir laut yang dikelilingi perbukitan. Jalan aspal bagus, dua jalur dihiasi tonggak atau apa ya istilahnya, terbuat dari kayu yang ditata sedemikian rupa, cantik. Jangan heran ditemukan banyak penginapan karena memang daerah transit wisatawan ke pulau wisata lainnya seperti Raja Ampat, Misol.
Rumah makan Sederhana, target tujuan perdana. Pelayanan memakai prinsip ambil sendiri. Mari makan, sambal yang awalnya kukira pedas ternyata manis. Suapan tertahan namun dipaksakan terus mengunyah, lapar dan butuh asupan energi. Sedikit demi sedikit perlahan mengisi perur berakhir tidak habis juga. Nasi plus Es Teh menghabiskan dana kurang lebih 30 ribu rupiah, lumayan mahal.
Tujuan wisata pertama adalah Pantai WTC, seperti umumnya pemandangan laut dan pasir. Kawasan pantai bagian dalam terdapat dua buah patung lumba-lumba mempunyai ukuran sangat besar. Pohon kelapa, pepohonan lain yang rindang serta rumput ditanam dalam kawasan tersebut. Indah serta nyaman untuk istirahat.
Puas melepas lelah, lanjut keliling untuk melihat daerah itu lebih banyak. Ada gazebo dengan atap khas Papua, dermaga kecil, lapangan beton yang lumayan luas, juga Menara Eiffel ala Waisai. Jalan ke arah kanan mencari WC dan tempat salat ternyata tidak ada.
Capek mengitari pantai, akhirnya diputuskan pergi untuk lanjut ke Waiwo dan Waigeo.
Bagaimana cerita selanjutnya, tunggu Part 3 ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar