Tampilkan postingan dengan label SM3T SORONG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SM3T SORONG. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Juni 2022

MOMENT LPTQ dan SEKRE


Pak Dosen dan Bu Dosen sudah pulang ke Padang, tinggallah kami. Awalnya diurusin sekarang usahakan sendiri apalagi buat makan. Anak cowok menuntut cewek yang notabene-nya bisa masak karena berada di jurusan bagian tata boga. Aku diam saja seolah tak dianggap bisa memasak. Tak mau banyak kata, memang mereka yang tahu banyak variasi menu dan pastinya terupdate. Aku mah hanya bisa yang sederhana saja, masakan rumahan. 

Suatu siang kulihat rizky dan Bg Rido mau masak nasi, mereka sudah meminjam kompor ke Sahrul yang tinggal di LPTQ. Ya sudah kubantu dan mereka mencari air bagus untuk masak. Saat tahu Aku bisa masak mereka bilang "Kok dak dari patang-patang masak?" Kujawab aja " Kan yang disuruh masak anak yang itu, Aku mah gak dianggap"


Biar sudah agar mereka tahu belum tentu yang diam tidak bisa diandalkan. Jangan lihat dari cover saja. Ku berakhir jadi tukang masak. Menu yang diolah biasa aja untung habis dan meminimalisir pengeluaran. Hal yang paling asyik yaitu saat mau makan bersama  seperti dirumah merasa hangat kekeluargaan. 

Selamat Jalan.

Anggota semakin lama semakin berkurang, satu persatu berangkat ke penempatan. Bagi yang sudah fix kapan jalan, mereka mulai belanja buat keperluan di sana. Menghabiskan uang yang lumayan banyak untuk stok berbulan-bulan.

Momen demikian bukan yang terpenting, di kala mobil angkutan  memasuki pekarangan rasa sedih mulai merasuki hati. Rasa haru akan berpisah seolah akan pergi jauh, memang jauh sih. Setiap kepergian mereka derai air mata menghiasi. Begitu berat, tapi perpisahan tidak bisa tidak terjadi karena memang begitu adanya dan sudah waktunya.



Selamat jalan sampai bertemu nanti di liburan atau saat belanja lagi ke kota.

Rabu, 15 Juni 2022

Pesona Senja Papua

 


Langit memang tak pernah mengecewakan pemujanya. Pagi, siang, sore dan malam selalu ada hal indah untuk dinikmati. Hujan dan panas pun memberikan nikmat tiada tara yang tak dapat dibalas. Kali ini kisah tentang betapa ku terpesona oleh keindahan langit Papua. Menginjakkan kaki ditanah tempat matahari terbenam membuatku terpaku pada berbedanya siluet indahnya alam.

Suatu sore sudah di sekretariat yang di sediakan dinas, cerita detailnya nanti ya. Aku bersama Rizka, Bg Gung, Bg Jon dan Bg Sat kehabisan bahan untuk masak dan beberapa keperluan di dapur. Kami berjalan kaki ke arah belakang sekre seperti yang di tunjukkan oleh warga , toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Selayar namanya. "Dekat saja mo, lurus sini habis tu belok kanan, di ujung jalan" Begitu penjelasan rute. 


Berjalanlah dengan santai namun toko tak kunjung tampak. Setelah tikungan seudah lumayan jauh, jalanan setapak yang penuh dengan debu beterbangan. Sisi kiri jalan hamparan sawah luas membentang dipenuhi padi menguning keemasan. Matahari perlahan turun disisi barat, memenuhi bumi dengan sinar cerahnya. Memberikan manfaat bagi setiap makhluk dunia.

Sembari menikmati keindahan suasana jalanan, terus melangkah jauh ke ujung jalan selanjutnya. Sekilas toko yang akan dikunjungi tidak terlihat. Posisinya tepat berada di tikungan ujung jalan dan tertutup pohon. Matahari hampir menuju peraduannya, tak bisa kuberpaling dari magnet pesona senja itu. 

Di urungkan sejenak langkah kaki, berhenti memandang cahaya mahal yang jarang di temukan di Sumbar sana. Bukan berarti tidak ada sunset, bukan berarti tidak menikmati tampilandi kampung halaman. Langit Papua terasa rendah, ukuran pusat tata surya lebih besar, sangat indah. Hamparan sawah di terpa belaian sinar, tidak bisa di jelaskan dengan kata. Anugerah Tuhan yang tidak akan bisa di beli dan di bayar berapapun. Alhamdulillah.

Foto adalah suatu keharusan, setiap momen di abadikan menjadi kenangan suatu saat nanti saat tak di sini lagi. Sangat bersyukur bisa sampai dibagian timur indonesia secara gratis dan penuh mutiara ini. 


Selasa, 14 Juni 2022

Waisai Part 1


Waisai, Cek Ombak

Tidak pernah terpikirkan akan berangkat ke Waisai dengan cara seperti ini. Mengisi hari libur 5 hinnga 7 februari 2016. Perjalanan yang benar-benar nekat dan ya seperti cerita ini.

Sebelum berangkat,aku dan tiga orang teman SM3T lainnya sempat berbincang mau mengisi hari libur ini dengan kegiatan apa. Diputuskan jika ada jolor warga yang berangkat ke salah satu pulau di Raja Ampat, kami akan ikut. Tuhan pun menjawab harapan hamba-NYA, ada jolor yang berangkat mengantar durian ke Waisai. Alhasil kami ngikut dengan Om Rani yang punya.

Pemberangkatan direncanakan malam hari. Sebelumnya aku minta izin ke keluarga di Sumbar , awalnya tidak di izinkan dengan segala kekhawatiran tapi luluh juga karena sifat keras kepala ini. Niat hati walau tak dapat izin tetap berlayar, dasar.

Siap-siap dan go! Sekitar jam Sembilan malam perjalanan menuju Waisai dimulai. Penumpang jolor hanya kami berempat di tambah anak-anak yang memang biasa ikut dengan Om Rani. Total manusia ada 12 orang dan aku menjadi makhluk paling cantik, cewek sendiri.

Jolor terikat di dermaga

Berhubung sepi aku sendiri dibagian dalam yang lainnya di atas, serasa ruangan pribadi. Malam semakin larut, ku menyandar ke carier yang kubawa, mencari posisi senyaman mungkin untuk tidur. Tidak berhasil, lantai yang kutempati tepat diatas mesinyang artinya asap pembuangan cukup membuat dada sesak. Kucoba mengubah posisi searah angin segar yang masuk, cukup membuat lega.

Waktupun berlalu mata mulai terpejam pelan hingga memasuki ruang impian. Mimpi yang tak ku ingat terganggu karena jolor bergoyang kea rah lain diluar jalur. Mencoba untuk mengerti apa yang terjadi. Aku duduk tenang merasakan ayunan ombak besar, membuatku terguling dari sisi kiri ke kanan.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Nanti uni sambung ya. Kehilangan kata dan konsep untuk bercerita kali ini.

Senin, 13 Juni 2022

HARDIKNAS

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Kenapa ya harus ada harinya? Bukankah setiap hari adaalah pendidikan? Pasti ada sejarahnya dong, tapi kali ini tidak akan membahas itu.

Untuk memperingati hari tersebut biasanya diadakan upacara dan diikuti berbagai acara hiburan. 

SD YPK Ebenhaezer tepatnya di Kampung Djulbatan mengadakan perlombaan untuk siswanya. Minggu siang tanggal 1 Mei acara sudah mulai. Aku, Nanang dan Bg Agung yang lagi santai di jemput oleh Darman maksudnya diundang ke sana. Dasarnya memang hobi malala langsung berangkat.

Tepat waktu dikira telat, acara belum di mulai. Lomba yang akan dilaksanakan adalah balap dayung, renang dan mancing. Pelaksanaan di dermaga dekat kampung, warga sudah berkumpul. 


Pertama adalah dayung diikuti oleh dua grup saja yang terdiri dari 8 orang. Masing-masing grup berusaha mencapai garis finish, dimenangkan oleh grup Daniel. Gak heran sih, anggotanya lebih besar dibandingkan grup lain. Renang pun mereka ambil.

Saat lomba mancing yang lucu, anak-anak sudah siap dengan nylon dan lempar ke laut. Eh pas difoto malah pada tutup wajah, malu. Mereka tidak percaya diri masuk lensa. Pemenang jatuh ke tangan Jonatus siswa paling mungil, polos dan pemalu. Ikan yang didapat besar sekali, seibu jari, hehe. Selesai sudah acara hari ini.

Ada yang terlewat, kami belum makan siang. Bekal ada, rencana mau makan di dermaga tapi tidak jadi karena segan banyak warga. Akhirnya nasi diputuskan akan makan saat perjalanan pulang menuju Sailolof. Oh iya, kami sakalian serah terima bola volly yang didapatkan dari uang lebih beli Al Quran dan Iqra'. Kisah pembagian kitab suci tersebut di sini. Bola yang dibeli ada tiga buah untuk SMAN 9 Sorong, SDN 1 Sailolof dan sekolah Ebenhaezer. Kami dapat undangan kembali besoknya, acara makan-makan. 

Di jalan pulang kami berhenti di kebun Akmal salah seorang siswa SMA. Nasi dihidangkan ke daun pisang, lauk telur goreng namun nikmat. Suasana kebun yang adem di pinggir hutan membuat selera makan naik dan sebentar saja ludes. Alhamdulillah.


Sabtu, 11 Juni 2022

Momen LPTQ

 


Menjalani hidup baru di budaya asing, apakah bisa bertahan? Lanjut yok kisahnya.

Besoknya aku bangun kesiangan, mungkin karena penyesuaian waktu. Terjaga pukuL 8 pagi yang berarti di Sumbar masih jam 6, sebenarnya malu karena numpang tidur bangunnya telat lagi. Keluar dari kamar ternyata Bu Sitti sudah sibuk di dapur, teh serta gorengan terhidang di meja.

Ku minum teh yang sudah dingin dilanjutkan nasi goreng . Sembari menikmati sarapan yang ada bersama Bg Gung memutuskan untuk berkunjung ke LPTQ. Melihat teman yang belum jelas kapan mau di jemput oleh kepala sekolahnya. Meburut info masih ada sekitar 30 orang yang masih menginap di sana.

Siang harinya kami berangkat dengan ojek yang ternyata ada, biaya 30 ribu rupiah jarak tempuh kurang lebih 15 menit, mahal ya tapi tak apa. Untung ada transportasi di kondisi akses yang susah. Kondisi LPTQ ramai, mereka tidur di ruangan besar satu untuk cowok dan satu lagi cewek. Alas tidur didapat dari pinjaman salah seorang keluarga teman yang ada yaitu ketua kami.

Hari dilalui penuh cerita dan penuh tawa sekaligus mengenal kepribadian masing-masing. Kami yang masih stay, ada yang sudah bertemu Kepsek tapi belum di ajak ke penempatan dan ada belum dapat kepastian.

Oh iya, berhubung di tempatkan di pulau, Aku menghubungi dosen pendamping yang mengantar ke Sorong. Memberi tahu butuh pelampung untk berjaga dari kejadian diluar keinginan. Gayung bersambut, langsung di data dan di belikan. Terima Kasih.

Kembali ke kondisi LPTQ, dua hari berlalu masih di fasilitasi konsumsi dari dosen. Haripun dilewati, ada satu hari kami pergi ke Pasar Remu, naik taksi dong, hehe. Hmm keren toh hidup SM3T Sorong, mainnya taksi bukan angkot atau bus. Siapa bilang hidup di Papua itu susah, tuh buktinya kemana-mana naik taksi, jauh dekat taksi. Wuihh pada kaya toh.

Dalam perjalanan bertemu seorang tante yang katanya dari Makasar, berbagi ceritalah. Tiba di pasar, terjadi debat antara Si Tante dengan sopir, beliau ingin kami di turunkan di terminal sedangkan sopir mau turunkan di pasar bagian belakang. Tante maunya kami tidak susah saat pulang nanti karena belum tahu arah dan kondisi pasar.
Akhirnya tetap turun di belakang dan Si Tante pun menemani kami ke dalam pasar, memberi petunjuk jalan keluar dan cara pulangnya.

Alhamdulillah banyak yang peduli walaupun kami baru di sini bahkan orang asing pertama bertemu.

Begitu banyak hal yang dilalui di LPTQ, ada suka dan duka tapi lebih dominan sukanya. Duka yang di alami ya paling habis duit buat jajan, tak lupa air sering mati.

Seiring berjalannya waktu kekeluargaan semakin erat , saling menjaga dan melengkapi. Inilah kata orang “Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu”.

Klise tapi tak apa.

Jumat, 10 Juni 2022

Kejelasan Hari Itu

 


Nah, dari Kak Ulfa didapatkan sedikit gambaran tentang Sailolof Distrik Salawati Selatan yang merupakan bagian dari pulau kecil. Akses menuju kesana ada dua cara yaitu jalur darat terlebih dahulu kemudian numpang menyebrang dengan kapal perusahaan terus lanjut naik mobil ke Sailolof. Cara kedua, jalur laut menggunaka jolor yakni kapal kayu dengan mesin yang memakan waktu perjalanan 8 – 12 jam di lautan, Waw.

“Jangan berkecil hati dengan sikap Kepala Sekolah, Beliau memang seperti itu tapi baik sekali”, pesan Kak Ulfa. Selesai berbagi cerita Kak Ulfa pun berpamitan dan Kepala Sekolah juga pergi. Untuk sementara kami tinggal disana bersama teman yang lainnya.

Teman yang sudah bertemu Kepseknya ada yang langsung dibawa dan ada yang menetap menunggu di LPTQ. Masih ada beberapa yang belum tahu siapa perwakilan dari sekolah penempatannya. Pagi hingga siang hari kami hanya menghabiskan waktu sembari melepas lelah dan menunggu bahkan untuk tidurpun belum tahu di mana.

Sore harinya, hujan rintik-rintik membasahi bumi, tiba-tiba Kepala Sekolah menjemput kami. Semua barang diangkat ke mobil dan berangkat. Bapak berkata kami tidak dibawa ke rumah beliau tapi akan diinapkan di rumah salah seorang guru di sekolah itu. Rumahnya tidak begitu jauh dari LPTQ .

 Selama perjalanan beliau bercerita bahwa beliau juga guru kimia karena sebagia Kepala Sekolah banyak tugas di kota maka diminta guru kimia yang di tempatkan di SMAN 9. “Saya sampai ngikut Pak Romanus ke bandara” kata beliau. “Dan Saya ditolak karena pembagian bukan di sana”.

“Hmm, pantas”, gumamku dalam hati karena satu-satunya jurusan kimia penempatan Sorong ini. Pantas saja saat pembagian dengan lancar menyebutkan tempat penempatan Syamsul Hidayati.

“Nanti Mas Agung akan tinggal bersama Saya”, Kata Pak Kepsek.

“Di sana ada rumah dinas Kepala Sekolah SD, Saya sudah minta tinggal di sana, kuncinya sudah ada”

“Untuk Bu Yati, nanti bisa tinggal bersama guru honorer SD, beliau hanya sendiri dan rumahnya ada dua kamar”, tambah beliau

Sesampai di rumah Bu Sitti, kami langsung turun dan disambut dengan ramah. Ternyata ada satu orang anak SM3T IV UNMUL , Kak Masnah. Bercerita dan kenalan dengan tuan rumah, tak terasa sudah pukul 5.30 WIT. Kami membersihkan diri , habis magrib makan malam telah di sediakan , Tadaaa Trada cabe. Untung Bg Gung ada bawa rendang, penyelamat makan malam saat itu. Perut sudah kenyang, badan letih, tidurpun jadi obat paling mujarab, pulas. Selesai cerita hari itu, apa kejadian besoknya? Di next cerita ya.

Kamis, 09 Juni 2022

Pembagian Tempat Tugas

 


Foto langit hari pertama di LPTQ

Keluar dari kawasan bandara DEO, penampakan yang terlihat tidak seperti bayangan awal tanah Papua. Tata kota , bangunan dan aktivitas penduduk tidak jauh berbeda dengan Kota Padang. Ruko dan toko berjejer rapi di sepanjang jalan. Hal yang berbeda adalah penduduknya yang tak sepenuhnya warga asli, banyak pendatang yang telah menetap.

Bersama Pak Menteri
Memasuki area Kabupaten Sorong , barulah kenampakan alamnya sedikit berbeda. Kebun dan hutan memenuhi pinggiran jalan. Tak terasa mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah gedung yang ternyata adalah kantor Lembaga Pengembangan Tilawati Qur’an (LPTQ) Sorong. Rombongan turun dan beristirahat di ruangan yang telah di sediakan.

Melepas lelah sejenak di kursi yang ada sebelum acara penyambutan di mulai.

“Menunggu Pak Kepala Dinas dulu”, kata Pak Romanus.

Makan siang di suguhkan berupa nasi kuning. Nasi kuning adalah nasi yang di masak dengan santan dan  kunyit dilengkapi mie, tempe goreng, abon dan telur. Beberapa orang tidak lancar suapannya karena tidak sesuai selera tepatnya belum terbiasa.

Sambutan dan penyerahan telah dilaksanakan. Kegiatan dilanjutkan dengan pemabgian tempat tugas pengabdian untuk satu tahun ke depan.

SMA Negeri 9 Kabupaten Sorong tepatnya Sailolof , sekilas terdengar gumaman seorang Kepala Sekolah “Jauh sekali”

Saya hanya bisa terima dan tidak bisa membayangkan seberapa jauh sekolah itu.  Awalnya hanya sendiri ternyata ada yang belum pasti ditempatkan dimana dialihkan ke SMA 9. Alhamdulillah ada patner, hehe.

With Bg Gung

Teman penempatan yang tidak kenal sebelumnya, Bg Agung. Kami ingin menemui Kepala Sekolah tapi bingung karena tidak tahu yang mana, mau bertanya ke orang dinas, mereka sibuk. Tak lama terdengar suara bertanya “ Yang di tempatkan di SMA 9 tadi mana? Secara spontan kami mendekat dan memperkenalkan diri.

Berbincang  sedikit dengan beliau lalu bertanya jarak sekolah dan akses ke sana, eh malah disuruh bertanya ke peserta SM3T angkatan IV yang hadir di sana yaitu Kak Ulfa dari LPTK UNMUL. Oh iya, kami angkatan V.

Selanjutnya di next postingan ya.


Senin, 06 Juni 2022

WELCOME, SORONG

   

        Welcome to Sorong!. Menapaki daratan tanah Papua tepatnya Kabupaten Sorong , Bandara Deomino Equardo Oso (DEO). Bandara ini lumayan sepi dan tidak terlalu besar namun pengunjung yang datang berasal dari berbagai macam ras dunia. 

          Rombongan pertama yang datang menunggu hingga pukul 08.00 WIT. Selagi menunggu ternyata jemputan dari Dinas Pendidikan sudah datang , langsung konfirmasi apakah peserta sudah lengkap semuanya. Ternyata terjadi kesalahpahaman antara pihak Kampus dengan Dinas Pendidikan, konfirmasi keberangkatan dari UNP terlambat. Awalnya dikabari bahwa tanggal 17 Agustus namun peserta belum datang juga. Setealh di Tanya oleh Kabid Mutu Pendidikan, barulah di beri tahu keberangkatan tanggal 21 tapi pendamping dari pihak kampus juga tidak update keberangkatan sudah sampai dimana. Alhasil orang dari dinas pun kecewa dan lama menunggu.

        Waktupun berlalu, semua anggota sudah lengkap. Oleh utusan dinas kami langsung dibawa ke tempat penyambutan. Semua barang bawaan di angkat ke mobil, ternyata ada tas yang kurang rupanya tertinggal di Jakarta. Untung ciri-ciri tasnya mudah di kenali sehingga dapat dengan mudah dicari. Besoknya tas itupun bisa di jemput ke bandara.

Kilas balik sedikit ya ke peristiwa selam menunggu kloter kedua sampai di bandara DEO. Tidur dan melantai adalah cara istirahat pada saat itu, banyak yang Cuma duduk nyandar sembari melihat kesibukan bandara termasuk saya. Bayangan awal yang akan dilihat di Papua adalah orang kulit hitam dan rambut keriting. Namun bayangan itu langsung pupus karena yang terpampang adalah para bule yang berlibur kesana.

Kembali ke realita.

Saat itu kami sudah naik ke mobil yang menjemput, barang sudah dimuat ke mobil khusus. Siap-siap untuk berangkat tapi terjadi sedikit ketegangan antara pihak dinas dengan kementerian. Kebetulan Bapak Menteri juga melakukan kunjungan ke Sorong dan yang menjemput Pak Menteri meminta kami para SM3T UNP untuk menyambut kehadiran beliau. Permintaan itu di tolak mentah-,mentah oleh dinas yang di wakili oleh Bapak Romanus Rasyid, “Tugas Saya kesini hanya untuk menjemput peserta SM3T , Saya tidak ada dapat tugas untuk menyambut Pak Mentri. Mereka ini tanggung jawab Saya, kalaunterjadi apa-apa Bapak mau tanggung jawab?” Jawab beliau. Setelah terjadi percakapan yang panjang barulah Pak Romanus lunak hatinya dan memberi izin.

Anyway, Welcome to Sorong, Finally, sampai ke timur Indonesia. Gratis. 




Minggu, 05 Juni 2022

SORONG, WAIT FOR ME


 KEBERANGKATAN

21 Agustus 2015 adalah langkah awal untuk menuju tempat pengabdian nun jauh di timur sana, Tanah Papua mutiara hitam di sebut orang. Barat hingga timur Indonesia, kisah yang tidak pernah terbayangkan sedikit pun dalam pikiran Ku.  Perjalanan yang sangat jauh, menantang dan tak terduga selama ini. Persiapan sudah selesai sehari sebelum keberangkatan telah pamit ke keluarga, ayah, ibu dan saudara lainnya. Tak ada air mata, tak ada kata sedih yang tampak dari luar tapi jauh di dalam hati sangat sedih. Dengan bismillah Ku awali semua perjuangan agar bahagia dan sukses di masa depan, an Ku jalani dengan ikhlas , sepenuh hati

Pukul 13.30 WIB , di Bandara Internasional Minangkabau sudah terlihat rekan seperjuangan buat tujuan Kabupaten Sorong Papua Barat. Semua diantar oleh keluarga masing – masing dan dilepas dengan rasa haru, haru karena akan berpisah satu tahun lamanya. Penerbangan menuju Jakarta pukul 16.50 WIB, mendarat pukul 18.20 WIB. Selama proses penerbangan keindahan alam Indonesia terlihat sangat menakjubkan dari pesawat. Semua hal tampak kecil, ada yang hijau dan biru. Awan – awan berjejer dengan rapi laksana lautan dan istana yang putih bersih begitu memanjakan mata yang memandang. Sejenak terkenang keluarga yang ditinggalkan, tak terasa mata terasa basah, sedih. Sungguh penerbangan yang mengesankan karean kali ini pengalaman pertama kali naik pesawat, hehe dan Taraaa langsung ke ujung Indonesia bagian timur. Pelayanan di pesawat pun menyenangkan dan dikelilingi oleh teman yang pengertian dan perhatian.

Magrib, waktu dimana pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta, semua turun dan langsung cek-in untuk penerbangan selanjutnya yakni Makasar. Sembari menunggu Kami istirahat dan terlebih dahulu menunaikan ibadah shalat magrib. Wajah – wajah letih pun tampak namun tak memudarkan niat yang sudah kuat sejak awal, rasa lelah letih tiada artinya lagi. Lanjut perjalanan, tengah malam waktu Indonesia tengah mendarat di Bandara Sultan Hasanudin. Bandara ini bersih, tertata rapi , susunan interiornya sungguh indah. Proses cek-in sedikit terganggu karena Kami pergi ke tempat yang bukan transit, maklum belum tahu.

Penerbangan ke Bandara DEO Sorong Kami di bagi menjadi dua kelompok karena pesawat rute Sorong ukurannya kecil sehingga tidak bisa membawa Kami sekali trip. Saya mendapat jadwal pukul 03.00 WITa dan kelompok lain pukul 05.00 WITA tanggal 22 Agustus. Jeda hingga waktu keberangkatan di manfaatkan untuk istirahat dan beberapa orang tertidur.

Bagaimana kelanjutannya?Next ya.

Jumat, 03 Juni 2022

KILAU SENYUM TAMBARO

KAMPUNG KOTLOL DAN SAILOLOF

Kampung Kotlol

Rencana awal Kotlol adalah kampong terakhir rangkaian kegiatan ini, berhubung Fajri yang bertugas di sana akan turun ke Sorong hari Jumat, 29 Januari, disepakati jadwal Kotlol dimajukan pagi harinya. Perjalanan tetap menggunakan akomodasi motor. Jalanan ke Kotlol lebih parah dibandingkan dengan Djulbatan, batu di sepanjang jalan lebih banyak dan tidak rata sehingga perjalanan terasan lebih melelahkan. 




Kami di sambut oleh para guru disana dan di arahkan ke ruangan kelas yang sudah berkumpul semua siswa. Wah, ternyata jumlah siswa lumayan banyak sekitar 50 orang. Tanpa buang waktu acara di buka oleh fajri dan di lanjutkan penyampaian materi. Antusias siswa di sini sangat baik, komunikasi dua arah terjadi dengan menyenangkan. Usai materi langsung praktek diluar ruangan dengan jejeran siswa yang cukup panajang. Kali ini ada gosok gigi saja karena durasi waktu yang sempit. Selesai praktek di tutup dengan foto bersama.

Foto – foto selesai, dan lagi di serbu dengan suguhan hasil kebun dari siswa. Alhamdulillah rejeki memang tidak berpintu. Dalam perjalanan pulang tanpa disadari kunci motor terlepas dan jatuh. Alhasil balik lagi buat mencari kunci tersebut. Sembari Bang Agung menapaki kembali jalanan, Saya Darman dan Nanang panen sayur kangkung yang tumbuh di sepanjang jalan. Tak lama kemudian Bg Agung datang. Alhamdulillah ketemu. Lanjut kembali ke rumah dengan kebahagian yang tiada tara.

KAMPUNG SAILOLOF



The last day, Sabtu, 30 Januari 2016 SDN 01 kabupaten Sorong tepatnya kampong Sailolof. Sekolahnya dekat saja dengan rumah yang kami tempati, jarak beberapa meter sampai. Jumlah siswa di sekolah ini banyak kurang lebih 200 orang. Hari itu tidak semmua datang sekolah. Tak apa, toh sudah satu ruangan full. Acara di buka oleh Nanang sebagai tuan rumah kali ini.


Perkenalan hanya seremoni saja karena hampir semua sudah kenal dengan Kami, setiap hari ketemu dan papasan. Pemberian materi berjalan lancar. Sama seperti sebelumnya di lanjutkan gosok gigi. Yuk, semua keluar ruangan dan berjejer rapi. Proses ini di bantu dan di awasi oleh majelis guru disana. “Terima kasih Bapak/Ibu”.  Praktek selesai, “Giginya sudah bersih toh?Mulutnya Su Segar?. Untuk kebersihan diri lainnya praktek sendiri ya. Kan udah di kasih tahu dan sudah pada tahu”, tutup Saya.



Siswa disini sangat antusias mulai dari kelas satu yang imut dan lucu hingga kelas enam yang bicaranya sudah seperti orang dewasa. Hiburan dan foto bersama tidak boleh lupa, dokumentasi penting. Untuk mendapatkan foto yang bagus susah karena jumlah siswa yang banyak. Dengan selesainya acara di SDN 01 maka rangkaian acara PHSB dengan tema “Kilau Senyum Tambaro” pun selesai. Terima kasih atas semua pihak yang menolong dan menyukseskan.

Sailolof's Squad

Agung Mulya

Fajri Rahmadatul
Nanang Septiadi
Sudarman
Syamsul Hidayati

 


Kamis, 02 Juni 2022

KILAU SENYUM TAMBARO

EDISI KAMPUNG DJULBATAN



Bukan bermaksud menghina tapi itulah tema yang tepat untuk kegiatan ini. Tidak muncul dengan tiba-tiba, namun dengan diskusi yang cukup lama walau tidak seperti rapat MPR / DPR. Pembicaraan berjalan dengan santai di sela kesibukan masingbmasing. Bermacam kata terlontar hingga sepakat “ Kilau Senyum Tambaro”, yang di Minang Tambaro merupakan gelar untuk seseorang yang kulitnya agak gelap.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), bertujuan untuk memberikan informasi ataupun secuil pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat dan bersih. Para siswa Sekolah Dasar di tiga kampung se-distrik Salawati Selatan menjadi target sosialisasi yaitu Kampung Djulbatan, Kotlol dan Sailolof. Tempat ini merupakan daerah pengabdian dari peserta SM3T angkatan V Universitas Negeri Padang.  Kilau Senyum Tambaro, semoga senyum para generasi ini akan berkilau dan semakin berkilau di masa depan dengan cerita keberhasilan dan kesuksesan mereka dalam segala aspek kehidupan. Aamiin.

 


28 Januari 2016, hari perdana pelaksanaan yaitu Kampung Djulbatan, tepatnya di SD YPK Ebenhaezer, tempat rekan Saya bertugas yaitu Sudarman. Berangkat dari kampung sailolof berempat orang mengendarai dua motor hasil pinjaman dari warga, tepatnya Kami yang meminjam, hehe. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Jalan yang di lewati adalah jalanan tanah yang berbatu, lumayan membuat tubuh mungil ini terlempar di atas motor.

Kami di sambut oleh Sudarman bersama muridnya yang baru dua orang, sekitar 25% dari keseluruhan karena jumlah siswa hanya delapan orang. Persentase yang cukup besar bukan? Anak yang sangat pemalu, bahkan ada yang menyembunyikan wajahnya di laci meja. Eh gimana caranya ya? “Ga usah bayangkan, Saya aja yang sangat lebay mengumpamakannya” Maksudnya dia duduk dibangku dengan badan di kasih bungkuk sampai tidak kelihatan dari depan.

“Ko pu nama siapa kah?” Saya mencoba mendekati anak tersebut. Apa jawabannya? Sudah berulang kali mulut ini mencoba namun tak keluar dia punya suara. Satu persatu anak yang lainpun datang, beberapa ada yang di jemput ke rumah.  Alhasil berkumpulah tujuh orang anak, yang satunya tetap tidak mau datang walau sudah di bujuk.

Acara dimulai , di awali dengan hormat dari para siswa, dilanjutkan pemaparan materi pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri dan pola hidup sehat. Habis cerita sana sini, acara intipun tiba yakni aksi potong kuku dan gosok gigi. Untuk kuku, kami bantu potongkan, Ya ampuuun, bisa di pakai buat sendok tapi penuh kotoran. Next agenda , gosok gigi di halaman sekolah yang diikuti dengan antusias dan mau mendengarkan arahan Kami dengan baik. AND DONE!






Kembali ke kelas ditutup dengan sedikit hiburan, nyanyian diiringi dengan alunan dawai gitar.  Mau tahu apa asyiknya tinggal di lingkungan kampung Papua? Sembari istirahat menunggu waktu pulang,

“ Bapa Guru, senang durian kah? Ini ada durian baru jatuh."

“Pak Guru, mau terong kah?"

Belum sempat dijawab pertanyaan warga, beliau lansung singgah meninggalkan tas yang di bawa dari kebun beserta isi. Betapa dihargai seorang guru, bahkan tidak bawa apapun pulang ke rumahnya. Begitulah posisi guru. Di perjalanan pulang kembali ke sailolof, dan di cegat lagi di jalan oleh orang tua siswa lainnya. Diberi dua buah labu yang sangat besar.

Alhamdulillah selamat sampai rumah kembali.

Syukur yang tiada tara, sambutan dan penghargaan sebagai guru selalu nomor satu.

Istirahat untuk kampung selanjutnya.

See you next. Maaf tulisan yang masih berantakan.

Rabu, 26 Agustus 2020

Al Quran Untuk Generasi Emas Kampung Sailolof

Membantu sedikit persediaan untuk anak anak yang semangat belajar Al-Qurannya yang patut di acungi jempol.

Kampung Sailolof merupakan salah satu kampung yang terdapat di distrik Salawati Selatan , Sorong Papua Barat. Kenapa bisa ya terbersit ingin bebagi.????

Kapala idenya adalah Pak Guru Pak Nanang, Guru SM3T UNP yang ditempatkan di SDN 01 Kab. Sorong, tepatnya kampung Sailolof, itu dia otak kegiatan ini. Apa sih sejarah sampai terselenggara.?Nah mari Uni ceritakan Sedikit saja ee.

Kami di rumah sailolof lagi basantai, curhat, cerita cerita dari topik ringan sampai ke topik kenang2an atau apa ya yang mau di kasih ke anak2. Buat anak SMA mah belum tahu mau ngasih apa, trus nanang bilang katanya mau bagi2 Iqra ke anak anak semua lalu di komen " Hah.?Kan siswanya banyak?

"Ga masalah jawab Pak Guru Nanang". Tabungan Akhirat ini". " Yaa, dari-dari saja, kan dia pu niat toh. ternyata Bapak ini ada kerja sama dengan salah satu Anak SM3T lain yang punya acara atau kegiatan "1000 IQRA' BUAT PAPUA".So jadi pake itu saja serta di tambah bantuan dana pribadi. Waktu pun berlalu dan niat pun rasanya udah tenggelam karena tidak ada di bahas lagi serta acara 1000 Iqra' tersebut sudah berlalu. Iqra' yang tersedia tidak mencukupi untuk para anak di sailolof. Bepikirlah bagaiamana jalan keluar dari ini, niat sampai dan cukup buat anak -anak.

Jadiii pada akhirnya Kami himpun dana dari para donatur dan Alhamdulillah terkumpul dan cukup buat beli Iqra' serta Al Quran. END


Dana sudah ada, serta kami juga lagi Di Kota kabupaten namun tidak sempat buat beli dan Akhirnya Minta Tolong lah sama teman {Revi}. Dana yang ada cukup buat 100 buah Iqra' dan sisanya buat beli AL Quran serta buku bacaan ISlami. 18 April , Nanang ke sorong buat jemput dan ternyata DAna masih berlebih. Sepakat saja buat beli bola kaki saja.

Singkat cerita, 01 Mei 2016 Kami membagikannya.

Pagi sekali Pak Guru Nanang, menjemput Pak Guru Sudarman ke rumahnya di kampung Djulbatan biar ikut sma2 toh. Rencan awal yang mau di bagikan ke siswa SD berubah ke tempat - tempat mengaji saja. Untuk Sailolof ini terdapat 6 tempat mengaji. 

Kegiatan kami mulai jam 8 pagi, dari rumah Alquran kami bawa pake gerobak. Kami kunjungi satu persatu tempat mengaji yang ada. bercerita sedikit sedikit, berbagi pengalaman dan harapan ke depannya. Semoga berkah dan bermanfaat untuk semua.









Akhir cerita, setelah semua selesai Kami kembali ke rumah.
Di jalan pulang :
ketemu sama ibuk-ibuk
"Dari mana Pak Guru dan Bu Guru.?"
"Ini tadi bagi2 Iqra' buat anak2" Jawab kita
" Buat Ibu Ibu Yasin Tra ada kah.?"

Wahhhh. Kami hanya terdiam.
Jleb rasanya.

Oke, Selesai
Terima Kasih buat Donatur di Kala itu.
Terima kasih atas semua pihak yang membantu dan menyukseskan kegiatan ini.
Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan
dan maaf kata kata yang berantakan.
See You...

*Pak Guru Agung
*Pak Guru Nanang
*Pak Guru Sudarman
*Pak Guru Fajri
*Bu Guru Yati
*Semua Family Sorong



Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...