EDISI KAMPUNG DJULBATAN
Bukan bermaksud menghina tapi
itulah tema yang tepat untuk kegiatan ini. Tidak muncul dengan tiba-tiba,
namun dengan diskusi yang cukup lama walau tidak seperti rapat MPR / DPR.
Pembicaraan berjalan dengan santai di sela kesibukan masingbmasing. Bermacam
kata terlontar hingga sepakat “ Kilau Senyum Tambaro”, yang di Minang Tambaro merupakan
gelar untuk seseorang yang kulitnya agak gelap.
Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), bertujuan untuk memberikan informasi ataupun
secuil pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat dan bersih. Para siswa
Sekolah Dasar di tiga kampung se-distrik Salawati Selatan menjadi target sosialisasi
yaitu Kampung Djulbatan, Kotlol dan Sailolof. Tempat ini merupakan daerah
pengabdian dari peserta SM3T angkatan V Universitas Negeri Padang. Kilau Senyum Tambaro, semoga senyum para
generasi ini akan berkilau dan semakin berkilau di masa depan dengan cerita keberhasilan
dan kesuksesan mereka dalam segala aspek kehidupan. Aamiin.
28 Januari 2016, hari perdana
pelaksanaan yaitu Kampung Djulbatan, tepatnya di SD YPK Ebenhaezer, tempat
rekan Saya bertugas yaitu Sudarman. Berangkat dari kampung sailolof berempat
orang mengendarai dua motor hasil pinjaman dari warga, tepatnya Kami yang
meminjam, hehe. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit.
Jalan yang di lewati adalah jalanan tanah yang berbatu, lumayan membuat tubuh
mungil ini terlempar di atas motor.
Kami di sambut oleh Sudarman bersama muridnya yang baru dua orang, sekitar 25% dari keseluruhan karena jumlah siswa hanya delapan orang. Persentase yang cukup besar bukan? Anak yang sangat pemalu, bahkan ada yang menyembunyikan wajahnya di laci meja. Eh gimana caranya ya? “Ga usah bayangkan, Saya aja yang sangat lebay mengumpamakannya” Maksudnya dia duduk dibangku dengan badan di kasih bungkuk sampai tidak kelihatan dari depan.
“Ko
pu nama siapa kah?” Saya mencoba mendekati anak tersebut. Apa jawabannya? Sudah berulang kali mulut ini mencoba namun tak keluar dia punya suara. Satu
persatu anak yang lainpun datang, beberapa ada yang di jemput ke rumah. Alhasil berkumpulah tujuh orang anak, yang
satunya tetap tidak mau datang walau sudah di bujuk.
Acara dimulai , di awali dengan hormat dari para siswa, dilanjutkan pemaparan materi pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri dan pola hidup sehat. Habis cerita sana sini, acara intipun tiba yakni aksi potong kuku dan gosok gigi. Untuk kuku, kami bantu potongkan, Ya ampuuun, bisa di pakai buat sendok tapi penuh kotoran. Next agenda , gosok gigi di halaman sekolah yang diikuti dengan antusias dan mau mendengarkan arahan Kami dengan baik. AND DONE!
Kembali ke kelas ditutup dengan sedikit hiburan, nyanyian diiringi dengan alunan dawai gitar. Mau tahu apa asyiknya tinggal di lingkungan kampung Papua? Sembari istirahat menunggu waktu pulang,
“ Bapa Guru, senang durian kah? Ini ada durian baru jatuh."
“Pak Guru, mau terong kah?"
Belum sempat dijawab pertanyaan warga, beliau lansung singgah meninggalkan tas yang di bawa dari kebun beserta isi. Betapa dihargai seorang guru, bahkan tidak bawa apapun pulang ke rumahnya. Begitulah posisi guru. Di perjalanan pulang kembali ke sailolof, dan di cegat lagi di jalan oleh orang tua siswa lainnya. Diberi dua buah labu yang sangat besar.
Alhamdulillah selamat sampai rumah kembali.
Syukur yang tiada tara, sambutan dan penghargaan sebagai guru selalu nomor satu.
Istirahat untuk kampung selanjutnya.
See you next. Maaf tulisan yang masih berantakan.
Masyaallah luar biasa pengalaman kakak...
BalasHapus