Kamis, 02 Juni 2022

KILAU SENYUM TAMBARO

EDISI KAMPUNG DJULBATAN



Bukan bermaksud menghina tapi itulah tema yang tepat untuk kegiatan ini. Tidak muncul dengan tiba-tiba, namun dengan diskusi yang cukup lama walau tidak seperti rapat MPR / DPR. Pembicaraan berjalan dengan santai di sela kesibukan masingbmasing. Bermacam kata terlontar hingga sepakat “ Kilau Senyum Tambaro”, yang di Minang Tambaro merupakan gelar untuk seseorang yang kulitnya agak gelap.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), bertujuan untuk memberikan informasi ataupun secuil pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat dan bersih. Para siswa Sekolah Dasar di tiga kampung se-distrik Salawati Selatan menjadi target sosialisasi yaitu Kampung Djulbatan, Kotlol dan Sailolof. Tempat ini merupakan daerah pengabdian dari peserta SM3T angkatan V Universitas Negeri Padang.  Kilau Senyum Tambaro, semoga senyum para generasi ini akan berkilau dan semakin berkilau di masa depan dengan cerita keberhasilan dan kesuksesan mereka dalam segala aspek kehidupan. Aamiin.

 


28 Januari 2016, hari perdana pelaksanaan yaitu Kampung Djulbatan, tepatnya di SD YPK Ebenhaezer, tempat rekan Saya bertugas yaitu Sudarman. Berangkat dari kampung sailolof berempat orang mengendarai dua motor hasil pinjaman dari warga, tepatnya Kami yang meminjam, hehe. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Jalan yang di lewati adalah jalanan tanah yang berbatu, lumayan membuat tubuh mungil ini terlempar di atas motor.

Kami di sambut oleh Sudarman bersama muridnya yang baru dua orang, sekitar 25% dari keseluruhan karena jumlah siswa hanya delapan orang. Persentase yang cukup besar bukan? Anak yang sangat pemalu, bahkan ada yang menyembunyikan wajahnya di laci meja. Eh gimana caranya ya? “Ga usah bayangkan, Saya aja yang sangat lebay mengumpamakannya” Maksudnya dia duduk dibangku dengan badan di kasih bungkuk sampai tidak kelihatan dari depan.

“Ko pu nama siapa kah?” Saya mencoba mendekati anak tersebut. Apa jawabannya? Sudah berulang kali mulut ini mencoba namun tak keluar dia punya suara. Satu persatu anak yang lainpun datang, beberapa ada yang di jemput ke rumah.  Alhasil berkumpulah tujuh orang anak, yang satunya tetap tidak mau datang walau sudah di bujuk.

Acara dimulai , di awali dengan hormat dari para siswa, dilanjutkan pemaparan materi pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri dan pola hidup sehat. Habis cerita sana sini, acara intipun tiba yakni aksi potong kuku dan gosok gigi. Untuk kuku, kami bantu potongkan, Ya ampuuun, bisa di pakai buat sendok tapi penuh kotoran. Next agenda , gosok gigi di halaman sekolah yang diikuti dengan antusias dan mau mendengarkan arahan Kami dengan baik. AND DONE!






Kembali ke kelas ditutup dengan sedikit hiburan, nyanyian diiringi dengan alunan dawai gitar.  Mau tahu apa asyiknya tinggal di lingkungan kampung Papua? Sembari istirahat menunggu waktu pulang,

“ Bapa Guru, senang durian kah? Ini ada durian baru jatuh."

“Pak Guru, mau terong kah?"

Belum sempat dijawab pertanyaan warga, beliau lansung singgah meninggalkan tas yang di bawa dari kebun beserta isi. Betapa dihargai seorang guru, bahkan tidak bawa apapun pulang ke rumahnya. Begitulah posisi guru. Di perjalanan pulang kembali ke sailolof, dan di cegat lagi di jalan oleh orang tua siswa lainnya. Diberi dua buah labu yang sangat besar.

Alhamdulillah selamat sampai rumah kembali.

Syukur yang tiada tara, sambutan dan penghargaan sebagai guru selalu nomor satu.

Istirahat untuk kampung selanjutnya.

See you next. Maaf tulisan yang masih berantakan.

1 komentar:

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...