Kemalasan
Selamat malam, eh hampir tengah malam. Ada cerita apa ya hari ini? Oh iya, kilas balik keseharian yuk.
Tak terasa sudah hari ketiga di kampung halaman. Rumah yang menjadi tempat ternyaman untuk pulang. Tidak ada kegiatan yang spesial akan tetapi terasa penyembuhan hati.
Seperti biasa, aktivitas di mulai sejak subuh. Selepas salat, keributan di dapurpun mulai menggema. Bunyi air di rebus untuk kopi menemani kesunyian. Minuman wajib setiap pagi, terkadang ditemani oleh gorengan. Suara alunan ayat suci alquran menambah indahnya suasana . Kicauan burung, hembusan angin dingin membuatku tertegun. Ah, ini yang ku rindukan enam bulan terakhir ini.
Kegiatan memasak pun dimulai. Bekal untuk dibawa ayah dan ibu ke sawah. Sawah ini artinya bukan sawah benaran tapi daerah di bukit seberang. Tempat ternak serta ladang berada dan sawah tentunya juga ada. Tapi sudah nyaman di sebut ke sawah jika berangkat ke daerah sana.
Hari ini aku tidak ikut, masih tahap pemulihan tenaga. Karena untuk mencapai sawah butuh 2 jam perjalanan. Memakai kendaraan manual yaitu kaki. Kenapa? Aksesnya sangat sulit untuk di tempuh kendaraan bermotor. Hanya orang tertentu dan terbiasa yang bisa bawa motor hingga sana.
Eh, kelewatan cerita kan. Hari ini masih kuhabiskan hari bermalasan. Sore hari aku memasak gulai ayam pesanan nenekku.
Kelapa yang masih ada kulitnya, aku kupas sendiri menggunakan parang. Lalu di parut dan diperas untuk menghasilkan santan. Bumbunya aku racik sendiri tanpa pakai takaran. Semua bahan sudah selesai kusiapkan dibantu adik.
Lalu ayamnya bagaimana? Menunggu ayah untuk eksekusi karena aku belum berani. Magrib barulah ayah dan ibu sampai di rumah kembali. Mulailah membersihkan ayam lalu memasak gulai hingga matang.
Yey, makan malam siap di santap. Alhamdulillah rasanya sesuai selera. Sisa hari aku habiskan istirahat lagi. Terlalu malas ya, hehe.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar