Selamat malam.
Kita lanjut cerita jalan ke Guang Toguang ya. Pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, berangkat dari meeting point yakni jarak dua rumah, hehe. Sebenarnya ini sudah telat dari jadwal awal. Rencana ingin jalan pukul 07.00 WIB tapi ya begini akhirnya.
Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan hijau. Jalan setapak jalur pekerja yang menakik getah pinus. Jalan kecil dan mendaki tapi heran mereka dengan mudah melewatinya dengan beban sekitar 50 Kg.
Jalur yang dilewati rindang sehingga tidak terasa panas. Akan tetapi, betis dan paha cukup terasa padat karena menanjak. Apalagi saat pendakian, teman berhenti di tengah jalan. Apa yang dirasa? Susah menahan berat badan agar tidak mundur. Langkah kaki yang belum tepat menapaki tanah membuat sempoyongan.
Tak lama kemudian sampai di pinggang bukit. Waw, pemandangan indah menyambut dengan riang gembira. Lukisan alam daerah Sulit Air terpampang jelas dari sana. Melihat susunan bebukitan yang rapi, hijau dan asri.
Beristirahat sembari melepaskan penat. Menikmati cemilan serta minuman yang telah disiapkan dari rumah. Sederhana namun terasa nikmat. Yuk lanjut, di bagian puncak terdapat sebuah batu besar yang indah. Ada goa kecil menghiasinya. Ukiran alam nan alami tiada dua
Batu lainnya menurut cerita, dulunya tempat berteduh dan istirahat saat gembala. Pada batu tersebut terdapat semacam kamar yang memiliki dipan terbuat dari batu. Peninggalan nan indah dan bermanfaat.
Nah, kita sampai di puncak. Perut sudah keroncongan saatnya makan siang. Menikmati nasi bungkus daun pisang menambah lezatnya menu seadanya. Makan di alam terbuka menjadikan momen berharga. Kebersamaan yang sudah langka untuk saat ini.
Perut sudah kenyang, tenaga sudah kembali, saatnya kembali menjelajah. Melihat sebuah kolam yang di sebut kubangan gajah. Kenapa ya? Mungkin dahulu gajah pernah mandi di sana. Lanjut melihat telaga yang dulunya penuh air namun sekarang kering kerontang.
Tak terasa sudah menjelang sore. Saatnya pulang ke rumah, menuruni bukit di sambut oleh hamparan sawah menghijau. Hati senang, pikiran tentram, tidak terasa otot kaki sudah mengeras.
Tetap kompak ya. Mari kita ciptakan kenangan indah lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar