Selamat malam, kali ini bercerita apa ya?
Oh iya, sembari istirahat dari rutinitas malam ini aku sekilas melihat postingan sekitar 7 tahun yang lalu. Kisah pengabdian yang belum kelar aku ceritakan dalam bentuk tulisan. Perjalanan penuh kisah berbeda setiap berangkat ke tempat tugas dari Kota Sorong. Kenangan itu samar menari dalam ingatan, menembus perjalanan waktu masa lalu.
Tahun 2015 diberi kesempatan oleh pemerintah untuk berbagi ilmu serta pengalaman di ujung Indonesia. SMA Negeri 9 Kabupaten Sorong yang terletak di salah satu daerah Provinsi Papua Barat tepatnya Kampung Sailolof. Kampung ini berada di Distrik Salawati Selatan. Wilayah tanpa penerangan listrik dan tanpa koneksi internet. Untuk gambarannya boleh di cek blog Uni Yati ya.
Perjalanan kali ini di hiasi banyak rintangan. Di awal keberangkatan, ketika telah melewati tempat parkir jolor (perahu), tiba-tiba saja terjadi tabrakan. Tentu saja bukan dengan jolor lain, akan tetapi terhalang pohon yang tumbang ke laut. Akibatnya terdampar di lautan yg masih dangkal sehingga tidak bisa jalan.
Lalu bagaimana solusinya? Beberapa penumpang turun, mendorong perahu tersebut ke arah lain yang lebih dalam. Alhamdulillah rintangan bisa teratasi berkat kerja sama penumpang, perjalanan dilanjutkan.
***
Setelah 2 jam mengarungi lautan, turunlah hujan yg sangat deras dan ombak yang lumayan besar. Sangat menegangkan untuk kali ini, nahkoda jolor sampai susah payah menentukan arah laju kapal,karena cuaca agak gelap di tengah derasnya hujan. Kemudi di kendalikan oleh 2 orang, para penumpang yang di depan menjadi petunjuk arah walaupun mereka basah kuyup. Akan tetapi demi keselamatan semua berjuang bersama.
Perasaan takut dan cemas mulai menghantui penumpang, terlebih diriku pertama kali merasakan kondisi seperti ini. Berada ditengah lautan tanpa bisa melihat daratan serta arah yang jelas. Perahu berguncang keras, oleng terbawa arus dan gelombang yang semakin tinggi.
Aku mulai bertanya kepada warga, apakah ini sering terjadi? "Sering, Bu Guru" jawabnya. "Pernah kami terdampar di sebuah pulau kecil terbawa ombak" tambah beliau. Kecemasanku semakin parah, dalam hati terus berdoa agar segera bisa keluar dari situasi ini. "Bagaimana jika hidupku berakhir disini?" batinku. Aku yang jauh dari orang tua dan keluarga, Sumatera Barat - Papua Barat, bagaimana jika hal tak diinginkan terjadi.
Setengah jam berlalu akhirnya hujan mulai berhenti, cuaca kembali cerah. Rasa syukur tiada kira terucap dari hati. Jolor kembali melaju ditengah lautan penuh misteri, mengarungi ombak tak terkalahkan. Hampir tengah malam mendarat di dermaga Kampung Sailolof, disambut oleh siswa yang secara sukarela membawakan barang belanjaan persiapan hidup satu bulan ke depan.
Sungguh pengalaman tak terlupakan.
Sekian kisah malam ini, sudah di penghujung hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar