Sabtu, 31 Desember 2022

Penghujung Tahun

Momen akhir tahun selalu menjadi sebuah hajatan bagi sebagian orang. Kegembiraan malam pergantian tahun di peringati dengan berbagai acara. Baik membuat acara khusus atau sekedat menghabiskan waktu bersama keluarga. Akan tetapi untuk sebagian lainnya menganggap tidak ada hal spesial pada pergantian tahun tersebut. Prinsip dan keyakinan masing-masing orang berbeda, setiap hari terasa spesial.

Balik lagi nih cerita tentang Gang Tojun (TJ), berhubung masih momen liburan maka diadakan sebuah kegiatan kecil. Bukan bermaksud merayakan malam tahun baru. Kegiatan ini bertujuan hanya sekedar kumpul bersama dan memang banyak yang berada ditempat. Jika tidak ada libur yang barengan begini maka akan susah untuk bertemu.

Begitu banyak rencana bagaimana bentuk acara yang akan di gelar. Mulai dari bakar ayam, jagung, mebuat pempek atau makanan lainnya. Yah, semua hanya rencana tanpa persiapan yang matang. Alhasil, sebelum Magrib hari ini barulah difixkan mau membuat apa. Waktu sudah mepet dan tidak mau ribet, jagung bakar menajdi pilihan terakhir.

Waktu terus berlalu namun tanda-tanda akan berkumpul belum kunjung nampak. Ba'da Isya sekitar jam 9 malam, mulailah satu persatu memanggil untuk berkumpul. Dilema tempat pun menjadi halangan, banyak pertimbangan dan segala macamnya. Fix nih akan dilaksanakan di halaman seberang rumah tetangga. 

Tempurung kelapa dibakar menghasilkan bara api yang kuat. Perlahan jagung dikupas, di beri bumbu lalu di letakkan di atas pemanggangan. Kepul asap menghiasi malam, harum semerbak bau jagung menggoda selera. Sepanjang orang yang lewat memperhatikan kegiatan kami tapi tak ada yang singgah. Coba kalau berhenti sebentar pasti kami tawarkan makan jagung bakar ala gadis TJ.

Skip ya proses pembakaran yang lumayan memakan waktu. Setelah semua masak, tikar dibentangkan untuk melahap bersama si jagung. Ada yang original dan menambahkan cita rasa saus sambal. Pedas namun nagih. Acara tentunya tidak seru kalau hanya hening, musik lagu minang meggalau menemani. Playlist minang bertema "baralek", menandakan semuanya sudah pada ingin, hehe. Bagi yang sudah cukup umur ya.

Tak terasa hampir tengah malam, saatmya kembali ke rumah masing-masing. Menunaikan kegiatan tidur setahun. Kompak selalu geng, ayook siapa yamg duluan mau buka jalan ke pelaminan. Biar tidak ditanya sepanjang hari "kapan?"


 Hai.

Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2022. Tahun penuh perjuangan seperti tahun sebelumnya. Saat ini ingin mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri telah bertahan di tengah rentetan masalah yang datang silih berganti. Kedatangan ya ng tanpa melihat situasi dan kondidi, apakah mental dan keyakinan ini kuat untuk menghadapai semuanya.

Bulan penuh kejutan tahun ini dalah Oktober - November, dimana prestasi dan kisah lalu terbuka secara bersamaan. Mari kita lihat sedikit tentang pencapaian tahun ini. Mengikuti pelatihan daring yang menuntut jiwa kreastifitas dalam pembelajaran serta kemampuan editing video. Alhamdulillah menghasilkan sebuah karya sederahan tapi membuat saya bangga akan pencapaian ini. Mengapa? Karena tidak mudah memepelajari sesuatu dalam waktu singkat serta harus bermanfaat untuk ke depannya. 

Lalu apa kisah satunya? Secara detail belum akan aku bahas di tulisan ini. Intinya adalah sebuah hubungan yang telah lama di akhiri diungkit kembali oleh orang lain yang tidak tahu apa-apa. Kenapa bisa diungkit lagi? Hal ini karena pihak sana sudah menjajaki kehidupan yang baru dengan orang lain. Berita bahagia ini membuat orang sekitar kami dulu bertanya-tanya. Kapan kami berkahir? Kok bisa? Dan begitu pertanyaan ingin tahu lainnya. 

Mereka hanya ingin memuaskan rasa penasaran tanpa tahu bagaimana perjuangan hingga saat ini. hubungan itu telah lama diakhir denganbaik-baik. Tidak ada rasa sakit hati dan penyesalan yang tersisa. 

Pertanyaan yang datang beruntun seolah memojokkan diriku. Mereka beranggapan aku tidak mau lagi karena status kepegawaiannku berubah. Wah, seolah selama ini aku bertahan dan berjuang mempertahakan hubungan itu hanya untuk materi. Memang mereka tidak tahu detail yang terjadi, namun cara bertanya yang langsung memberi sebuah kesimpulan tanpa data membuatku sesak. Terdiam dalam heningnya malam. 

Aku berusaha memahami keingin tahuan mereka tapi aku belum kuat. Bagaimana bisa seorang teman dekat berpikiran begitu. Tanggapan netijen memang efeknya sangat kuat. Suatu saat mari kita bercerita kisah indah nan berkahir itu. Suatu saat ketika aku sudah siap.


Jumat, 30 Desember 2022

Target

 Good morning, semoga sehat selalu.

Pagi Jumat yang cerah di hiasi semilir angin berhembus pelan. Dingin menusuk tapi terasa segar. Awan tipis bergerak perlahan meninggalkan kesan mendalam. Sedikit demi sedikit sinar matahari mengintip di balik bukit depan rumah. Memberi tanda aktivitas kehidupan sudah berjalan.

Tak terasa sudah sampai penghujung minggu ini. Semester baru sudah mulai memperlihatkan keberadaannya. Artinya, libur akhir semester akan berakhir. 

Hmm, sudah liburan kemana saja? Apakah sudah cukup istirahat dari sesaknya pekerjaan? Eh, tidak semua merasa sesak pastinya.

Mari kembali mengosongkan pikiran dan hati dari sibuknya pekerjaan lalu. Mulai dari awal kembali membawa semangat baru serta target yang lebih. Apa target tahun depan? Apakah sudah instropeksi diri akan pencapaian tahun ini? Apa langkah untuk lebih baik dari yang lalu?

Belum terbayang menargetkan apa tahun depan. Akan tetapi keinginan sudah mulai bermunculan. Aku harus memikirkan lebih matang mana yang harus jadi target prioritas. Hal yang bisa aku capai dan bermanfaat untuk karir serta kehidupan.

Keinginan tahun depan berhubungan dengan karir sebagai seorang guru. Ada beberapa rencana, melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi, lolos guru penggerak serta menjadi guru berprestasi tingkat nasional. 

Apakah terlalu berlebihan?

Tercapaikah jika semua diinginkan dalam satu tahun? Tidak salah mencoba pastinya. Harus siap dengan segala konsekuensi dari pilihan tersebut. Hal paling pasti adalah mempersiapkan diri, mental serta kesehatan. Harus kuat dan tetap bahagia.

Semoga.

Amin.



Rabu, 28 Desember 2022

Menjelajah

 

Selamat malam.

Kita lanjut cerita jalan ke Guang Toguang ya. Pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, berangkat dari meeting point yakni jarak dua rumah, hehe. Sebenarnya ini sudah telat dari jadwal awal. Rencana ingin jalan pukul 07.00 WIB tapi ya begini akhirnya.

Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan hijau. Jalan setapak jalur pekerja yang menakik getah pinus. Jalan kecil dan mendaki tapi heran mereka dengan mudah melewatinya dengan beban sekitar 50 Kg. 

Jalur yang dilewati rindang sehingga tidak terasa panas. Akan tetapi, betis dan paha cukup terasa padat karena menanjak. Apalagi saat pendakian, teman berhenti di tengah jalan. Apa yang dirasa? Susah menahan berat badan agar tidak mundur. Langkah kaki yang belum tepat menapaki tanah membuat sempoyongan.

Tak lama kemudian sampai di pinggang bukit. Waw, pemandangan indah menyambut dengan riang gembira. Lukisan alam daerah Sulit Air terpampang jelas dari sana. Melihat susunan bebukitan yang rapi, hijau dan asri. 

Beristirahat sembari melepaskan penat. Menikmati cemilan serta minuman yang telah disiapkan dari rumah. Sederhana namun terasa nikmat. Yuk lanjut, di bagian puncak terdapat sebuah batu besar yang indah. Ada goa kecil menghiasinya. Ukiran alam nan alami tiada dua

     

Batu lainnya menurut cerita, dulunya tempat berteduh dan istirahat saat gembala. Pada batu tersebut terdapat semacam kamar yang memiliki dipan terbuat dari batu. Peninggalan nan indah dan bermanfaat.

Nah, kita sampai di puncak. Perut sudah keroncongan saatnya makan siang. Menikmati nasi bungkus daun pisang menambah lezatnya menu seadanya. Makan di alam terbuka menjadikan momen berharga. Kebersamaan yang sudah langka untuk saat ini.

Perut sudah kenyang, tenaga sudah kembali, saatnya kembali menjelajah. Melihat sebuah kolam yang di sebut kubangan gajah. Kenapa ya? Mungkin dahulu gajah pernah mandi di sana. Lanjut melihat telaga yang dulunya penuh air namun sekarang kering kerontang.

Tak terasa sudah menjelang sore. Saatnya pulang ke rumah, menuruni bukit di sambut oleh hamparan sawah menghijau. Hati senang, pikiran tentram, tidak terasa otot kaki sudah mengeras.

Tetap kompak ya. Mari kita ciptakan kenangan indah lainnya.






Guak Toguang

 Hai. Selamat pagi.

Bagaimana kabarnya hari ini?

Semoga sehat selalu ya dan bahagia.

Hari ini mau cerita sedikit kisah hari kemaren. Perjalanan sehari menghabiskan waktu dan tenaga. Menjelajah sebuah bukit di belakang rumah yang baru kali ini aku daki.

Bukit tersebut bernama Guak Toguang, bukit yang tidak terlalu tinggi di penuhi oleh pinus dan pohon lainnya. Kok bisa ya bisa kepikiran kesana dan bagaimana perjalanannya?

Yuk simak cerita Uni kali ini.

Rumah Uni terletak di pinggir jalan yang menurun. Sederet rumah dari simpang atas menyebut dirinya Gang Tojun (TJ), tojun artinya terjun. Nama ini dicetuskan karena posisi deretan rumah yang jika di perlurus akan terjun ke sebuah jurang. Anggota TJ ini terdiri dari semua anggota keluarga, namun yang aktif ya anak remaja atau lebih tepatnya para jomlo, hehe.

Eh jadi cerita kemana-mana. Rencana jalan ini ada berhubung jadwal libur yang serentak. Sudah menjadi kebiasaan jika waktu libur akan membuat sebuah acara, apakah makan-makan atau jalan ke suatu tempat. Kali ini meminta waktu salah seorang kakak laki-laki tetangga untuk menemani sekaligus penunjuk jalan. Hal ini karena beliau terbiasa bekerja dan gembal di daerah bukit sana. 

Sudah beberapa hari lalu dibicarakan namun belum di putuskan kapan berangkat. Ini terjadi karena kesibukan berbeda. Senin malam ditanya, bagaimana kalau besok berangkat? Wah, mendadak tapi ayok.

Besoknya, cerita baru dimulai.

Eh, nanti dulu yaa. 

Nanti uni sambung kembali.

 Menjalani liburan di kampung selalu menyempatkan diri untuk ke Alai. Dimanakah itu?

Alai merupakan salah satu dusun kecil di Nagari Sulit Air, Kec. X Koto Diatas. Tempat dimana aku dilahirkan serta dibesarkan. Masa kanak-kanak aku jalani di daerah ini. Suasana tenang dan asri menjadi healing tersendiri.

Nah, libur kali ini pun aku menemani Ibu untuk mengembalakan sapi di sana. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu setengah jam jalan kaki. Pagi harinya menyiapkan amunisi untuk seharian. Setelah semuanya selesai, akhirnya berangkat.

Perjalanan dipenuhi oleh rindangnya pepohonan hijau. Jalan setapak kecil terlihat sudah puluhan tahun dilewati. Jejak kaki manusia serta ternak memenuhi tapak tanah.

Singkat cerita, mendarat di halaman rumah sederhana yang selalu aku rindukan. Kegiatanku selama di sini beragam. Selepas melepas penat dan mendinginkan badan yang kegerahan habis berjalan, aku mulai melakukan aktivitas. 

Pertama melihat sekeliling rumah lalu pergi ke rumpun bambu. Niat hati ingin mengambil rebung yang kata ibu ada banyak. Akan tetapi, sesampai disana ternyata hanya ada satu dan ukurannya kecil. Sudah terlanjur di potong, tetap dibawa pulang. Nanti dipikirkan akan mau dicampur apa jika di masak.

Kegiatan lainnya adalah gembala sapi. Berhubung rumput di sekitar rumah panjang dan hijau jadilah hanya menambatkan tali di dekat sana. Sapi yang kecil di biarkan berkeliaran. 

Waktu berlalu sangat cepat, Zuhur pun menjelang. Aku ke sumur mata air untuk mengambil wudhu dan jemput air untuk masak. Bagaimana caranya? Ya, pakai ember dan di junjung. Hal yang biasa aku lakukan sedari kecil dahulu.

Sore menghampiri, azan Asar berkumandang. Aku bersiap untuk kembali ke rumah. Menapaki lagi jalanan penuh kenangan yang tidak bisa secara rutin aku lewati lagi.

Minggu, 25 Desember 2022

Mengapa Tiumang?

 Hai, melanjutkan detail cerita yang kemaren ya. 

Nah, sudah sampai hasil akhir dari seleksi dengan beberapa keraguan. Adalagi nih hal lainnya yang sempat membuatku dilema. Apakah itu? Setelah diputuskan untuk mengambil sekolah di Dharmasraya, akupun bingung mau lamar sekolah yang mana. Hal ini dikarenakan ada beberapa formasi. 

Awalnya terbelah pada 2 sekolah yakni SMKN 2 Pulau Punjung atau SMAN 1 Tiumang. Pertimbangan ingin di SMK ialah sudah pasti tempanya di keramaian karena Pulau Punjung merupakan pusat pemerintahan Dharmasraya. Akan tetapi, daerah Tiumang tidak aku ketahui sedikitpun. Pernah dicoba menelusuri google map namun tidak tergambar dengan baik. Tampilannya hanya sebuah bangunan diantara kebun sawit. 

Mengapa diputuskan pilih SMA? Sebagai seorang lulusan Pendidikan Profesi Guru, pastinya akan memikirkan tunjangan sertifikasi nantinya. Dimana salah satu syarat yang dipahami saat itu adalah jumlah jam mengajar. SMK hanya mengajarkan mata pelajaran kimia di kelas X kecuali ada jurusan kimianya. Artinya tidak akan mencukupi syarat minimum yaitu 24 jam tatap muka. 

Kurikulum SMA yang terbagi rata-rata atas 2 jurusan yaitu IPA dan IPS mewajibkan kimia untuk jurusan IPA. Kalaupun tidak memenuhi nantinya, akan ada mata pelajaran lintas minat. Siswa jurusan IPS akan belajar mata pelajaran wajib IPA yaitu Kimia, Fisika atau Biologi. 

Demikianlah kisah kenapa jodohya Tiumang. Tempat baru memulai kehidupan yang baru untuk hampir 30 tahun ke depan. InsyaAllah jikaa diberikan umur yang panjang serta kesehatan. Amin.

See you.



Sabtu, 24 Desember 2022

 Melihat kembali cerita tentang bagaimana bisa aku di tempatkan di Dharnasraya. Semua berawal dari pembukaan seleksi menjadi abdi negara yaitu Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2018. Tahun itu terdapat formasi sebagai guru kimia di beberapa sekolah di Sumatera Barat. 

Awalnya aku masih ragu ingin ikut seleksi atau tidak. Hal ini karena ketidakpastian dari program pemerintah tentang penempatan mahasiswa lulusan Pendidikan Profesi Guru. Lulusan khusus untuk mereka yang telah mengabdi satu tahun di daerah 3T. Program khusus ini disebut Guru Garis Depan (GGD).

Bukan keputusan yang mudah saat itu. Aku sudah memegang tiket khusus jika GGD dibuka. Jikalau ikut CPNS jalur umum, harus persiapan lebih matang sebab saingan lebih banyak. 

Akhirnya kuputuskan ikut seleksi karena program khusus tidak tahu kapan dibuka. Faktanya sampai saat ini tidak ada . Mulailah aku belajar kembali tentang materi tes awal yakni Seleksi Kemampuan Dasar (SKD). Aku ikuti pembahasan soal di youtube dan grup whatsapp. Pemahaman materi dijalankan seiring melakukan pekerja sebagai guru les privat. 

Di saat mendaftar, dilema kedua pun menghampiri. Mau ambil formasi di mana ya? Semua sekolah yang menerima guru kimia ialah bagian daerah ujung provinsi. Rata-rata sekolah baru berumur 3-6 tahun. Mentawai atau Dharmasraya? Kedua daerah tersebut ada dalam pilihanku. 

Nah, pilihan fixnya daerah Dharamasraya. Aku tidak tahu daerah itu, tidak terbayang bagaimana topografi serta budayanya. Sekolah yang anggapan ku berada di pusat kabupaten ternyata jauh di dalam.

Alhamdulilah, takdir berkata aku mengabdi di sana. Lulus menhadi salah satu abdi negara. Menjalani babak baru karir kehidupan.

Udah ya, nanti sambung lagi.


Pasar Jumat


Hai. Kembali lagi dengan rutinitas sehari-hari yang tiada habis. Berulang hingga menjadi suatu hal lumrah. 

Masih edisi cerita di kampung halaman, kemarin adalah hari pasar. Setiap Jumat akan datang pedagang dari daerah lain untuk berjualan. Pasar di sini hanya satu kali seminggu. Oh iya, kampungku bernama Sulik Aie (Sulit Air) yang terletak di kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.

Pagi harinya setelah membersihkan rumah dan sarapan, aku berangkat ke pasar. Jalan kaki tentunya bersama ibu dan sibungsu. Jarak rumah ke sana sekirar 15 menit berjalan kaki. Jalanan yang biasanya sepi, kini penuh kendaraan serta masyarakat yang akan belanja kebutuhan pangan satu minggu ke depan. Orang-orang yang sangat jarang kulihat pada hari biasa, kutemui kali ini.

Pemandangannya sama dengan pasar mingguan umumnya. Pedagang mayoritas menjual sayuran, lauk-pauk serta kebutuhan dapur lainnya. Aku mulai berjalan berkeliling, tidak segera membeli apa yang dibutuhkan. Melihat suasana jual beli. 

Sembari berjalan aku bertemu guru bahasa inggris waktu SMP dulu. Ku sapa lalu salin dengan beliau.
"Eh Yati, bertemu disini, biasanya ibuk cuma lihat di Facebook", kata beliau
"Iya Buk, sekarang libur sekolah jadi bisa pulang", jawabku. 
Ucapan beliau setelah itu membuatku bahagia. Beliau berkata "I'm so proud of you, Ibuk tunggu kisah lainnya ya." Kalimat singkat itu menjadi penyemangat besar, apresiasi yang sangat dibutuhkan. 

Bangga pastinya, bagaimana tidak merasa demikian. Guru yang dulu memberikan ilmu, sekarang memuji dan bangga atas siswanya. Perasaan sederhana itu menjadi motivasi untuk membuat lebih banyak prestasi. Merasa diakui dan dihargai.

Akan kuingat perasaan ini. Hal baik yang kita lakukan akan menjadi kebanggan bagi orang lain. Kita tak akan pernah bisa membanggakan semua orang. Akan tetapi, dalam diam ada orang memuji dan senang melihat itu semua.

See you.

Kamis, 22 Desember 2022

Galau

Selamat malam. 

Kembali lagi dengan rangkaian kata yang tidak bisa aku pikirkan secara gampang. Aku mulai kehabisan ide cerita walaupun bank ide sudah ada. Mencoba menuangkannya dalam bentuk tulisan membutuhkan keinginan yang kuat. Mood memulai perlahan menurun. 

Dalam sunyinya malam ini, aku terdiam lama di depan gadget. Menorehkan satu kalimat lalu hapus dan terjadi berulang kali. Aku kehilangan arah melanjutkan kisah. 

Ku merenung mengingat rangkaian kegiatan serta kejadian yang telah berlalu. Oh iya, bagaimana jika hasil menulis hari ini kacau? Akan tetapi kutepis pemikiran itu jauh-jauh. Tidak boleh menyerah. Jadi, mau ceritakan apa?

Akhirnya diputuskan curhat tentang hari ini . 

Rutinitas pagi seperti biasa, tidak ada yang baru. Hari ini aku akan membantu Ayah dan Ibu menanam padi di sawah. Benih yang disemai sudah waktunya di tanami. Ukuran lahan tidak besar hanya satu petak saja. Biasanya jika mulai pagi, selesai menjelang zuhur. Bermodalkan pengalaman tersebut aku bersama ibu dan adik bungsu berangkat. Persiapan bekal hanya untuk sampai siang. 

Sesampai di sawah, benih di cabut dari persemaiannya. Kondisinya memprihatinkan, daun yang seharusnya hijau segar ternyata penuh kemerahan seperti daun yang terbakar. Benih tidak tumbuh sebagaimana yang di harapkan. Walaupun demikian Alhamdulillah masih bisa digunakan dengan harapan bisa berkembang pesat jika sudah dipindahkan.

Perkiraan waktu kami meleset, hari semakin siang tapi benih belum ditanam satu pun dalam sawah. Gagal deh rencana pulang cepat dan istirahat, hehe.

Akhirnya sawah satu petak itu tidak selesai ditanami. Masih sisa sebagian kecil karena tidak cukup benih. Alhasil pulang juga sudah hampir Magrib  dengan target tidak tercapai 100%. Besok sambung lagi. 

Sekian cerita kali ini, kurang detail ya?

Rabu, 21 Desember 2022

Kemalasan

Selamat malam, eh hampir tengah malam. Ada cerita apa ya hari ini? Oh iya, kilas balik keseharian yuk.

Tak terasa sudah hari ketiga di kampung halaman. Rumah yang menjadi tempat ternyaman untuk pulang. Tidak ada kegiatan yang spesial akan tetapi terasa penyembuhan hati.

Seperti biasa, aktivitas di mulai sejak subuh. Selepas salat, keributan di dapurpun mulai menggema. Bunyi air di rebus untuk kopi menemani kesunyian. Minuman wajib setiap pagi, terkadang ditemani oleh gorengan. Suara alunan ayat suci alquran menambah indahnya suasana . Kicauan burung, hembusan angin dingin membuatku tertegun. Ah, ini yang ku rindukan enam bulan terakhir ini.

Kegiatan memasak pun dimulai. Bekal untuk dibawa ayah dan ibu ke sawah. Sawah ini artinya bukan sawah benaran tapi daerah di bukit seberang. Tempat ternak serta ladang berada dan sawah tentunya juga ada. Tapi sudah nyaman di sebut ke sawah jika berangkat ke daerah sana.

Hari ini aku tidak ikut, masih tahap pemulihan tenaga. Karena untuk mencapai sawah butuh 2 jam perjalanan. Memakai kendaraan manual yaitu kaki. Kenapa? Aksesnya sangat sulit untuk di tempuh kendaraan bermotor. Hanya orang tertentu dan terbiasa yang bisa bawa motor hingga sana. 

Eh, kelewatan cerita kan. Hari ini masih kuhabiskan hari bermalasan. Sore hari aku memasak gulai ayam pesanan nenekku. 

Kelapa yang masih ada kulitnya, aku kupas sendiri menggunakan parang. Lalu di parut dan diperas untuk menghasilkan santan. Bumbunya aku racik sendiri tanpa pakai takaran. Semua bahan sudah selesai kusiapkan dibantu adik. 

Lalu ayamnya bagaimana? Menunggu ayah untuk eksekusi karena aku belum berani. Magrib barulah ayah dan ibu sampai di rumah kembali. Mulailah membersihkan ayam lalu memasak gulai hingga matang. 

Yey, makan malam siap di santap. Alhamdulillah rasanya sesuai selera. Sisa hari aku habiskan istirahat lagi. Terlalu malas ya, hehe.

Sekian.

 Morning...

Tak terasa sudah hari keenam tantangan kali ini. Sedihnya telat mengumpulkan tulisan padahal masih di minggu awal. 

Baiklah pagi ini mari bercerita sedikit kenapa bisa telat.

Masa liburan telah tiba, aku pun bekerja keras agar semua tugas adminitrasi di sekolah selesai. Tiga hari liburan terpakai untuk melengkapi itu semua. Jam tidur pun terkorbankan. Hampir 24 jam berteman dengan laptop dan semua aplikasinya. Deadlinenya harus sampai di kantor cabang dinas (Cabdin) pendidikan tanggal 19 Desember. 

Rencana berangkat ke kantor tersebut menggunakan mobil keluarga salah seorang teman. Akhasil aku beserta rekan lainnya tidak terlalu memikirkan akomodasi. Jarak jauh dari sekolah ke Cabdin memakan waktu sekitar 4 jam, Dharmasraya - Sijunjung. Pemberitahuan mendadak Minggu malam saat kami baru pulang dari sekolah, ternyata mobil tersebut akan digunakan oleh pemiliknya besok pagi. Mulailah terasa bagaimana cemasnya karena didaerah ini sangat susah untuk rental tanpa sopir dari pemiliknya. Hingga pagi pun tidak didapatkan akomodasi pengganti. 

Pagi Senin menjelang,kejelasan berangkat semakin buram. Pukul 7 lewat, akhirnya ada kendaraan yang bisa dipakai namun jaraknya lumayan jauh. Perencanaan meninggalkan sekolah jam 8 pun sirna. Saat itu aku dan dua orang rekan sudah di lingkungan sekolah melengkapi bahan yang masih tercecer. Tak terasa 2 jam berlalu, kami masih di tempat. 

Singkat cerita, sampai di kantor Cabdin pukul 3 siang. Bunyi dari dalam perut diabaikan, selesaikan dulu semua urusan di sana hingga tuntas. Magrib menjelang saat kami meninggalkan kantor menuju Kota Solok untuk mengantarkanku pulang. Angkutan umum sudah tidak ada agar sampai rumah yang berada di ujung. Alhamdulillah, ada sebuah angkutan yang dari Kota padang hendak ke sana, aku menumpanglah.

Hampir pukul 9 menginjakkan kaki di rumah, bertemu keluarga. Rasa letih dari kerja keras seminggu ini mulai terasa. Badan sakit semua, mata sangat berat sangat ngantuk. Akan tetapi mata pun tak bisa di pejamkan. Masih terbiasa dengan jam tidur yang sangat larut. 

Besoknya, ku habiskan hari di pembaringan. Tidak melakukan hal apapun, seakan balas dendam akan waktu istirahat yang hilang akhir-akhir ini. 

Ah, tulisan terpikirkan belum ada tapi tubuh dan otak tak bisa bekerja sama. Terjadilah mengejar setoan di ujung waktu.


Senin, 19 Desember 2022

Terombang-ambing

 Selamat malam, kali ini bercerita apa ya?

Oh iya, sembari istirahat dari rutinitas malam ini aku sekilas melihat postingan sekitar 7 tahun yang lalu. Kisah pengabdian yang belum kelar aku ceritakan dalam bentuk tulisan. Perjalanan penuh kisah berbeda setiap berangkat ke tempat tugas dari Kota Sorong. Kenangan itu samar menari dalam ingatan, menembus perjalanan waktu masa lalu.

Tahun 2015 diberi kesempatan oleh pemerintah untuk berbagi ilmu serta pengalaman di ujung Indonesia. SMA Negeri 9 Kabupaten Sorong yang terletak di salah satu daerah Provinsi Papua Barat tepatnya Kampung Sailolof. Kampung ini berada di Distrik Salawati Selatan. Wilayah tanpa penerangan listrik dan tanpa koneksi internet. Untuk gambarannya boleh di cek blog Uni Yati ya.

Perjalanan kali ini di hiasi banyak rintangan. Di awal keberangkatan, ketika telah melewati tempat parkir jolor (perahu), tiba-tiba saja terjadi tabrakan. Tentu saja bukan dengan jolor lain, akan tetapi terhalang pohon yang tumbang ke laut. Akibatnya terdampar  di lautan yg masih dangkal sehingga tidak bisa jalan. 

Lalu bagaimana solusinya? Beberapa penumpang turun, mendorong perahu tersebut ke arah lain yang  lebih dalam. Alhamdulillah rintangan bisa teratasi berkat kerja sama penumpang, perjalanan dilanjutkan.

***

Setelah 2 jam  mengarungi lautan, turunlah hujan yg sangat deras dan ombak yang lumayan besar.  Sangat menegangkan untuk kali ini, nahkoda jolor sampai susah payah menentukan arah laju kapal,karena cuaca agak gelap di tengah derasnya hujan. Kemudi di kendalikan oleh 2 orang, para penumpang yang di depan menjadi petunjuk arah walaupun mereka basah kuyup. Akan tetapi demi keselamatan semua berjuang bersama. 

Perasaan takut dan cemas mulai menghantui penumpang, terlebih diriku pertama kali merasakan kondisi seperti ini. Berada ditengah lautan tanpa bisa melihat daratan serta arah yang jelas. Perahu berguncang keras, oleng terbawa arus dan gelombang yang semakin tinggi. 

Aku mulai bertanya kepada warga, apakah ini sering terjadi? "Sering, Bu Guru" jawabnya. "Pernah kami terdampar di sebuah pulau kecil terbawa ombak" tambah beliau. Kecemasanku semakin parah, dalam hati terus berdoa agar segera bisa keluar dari situasi ini. "Bagaimana jika hidupku berakhir disini?" batinku. Aku yang jauh dari orang tua dan keluarga, Sumatera Barat - Papua Barat, bagaimana jika hal tak diinginkan terjadi.

Setengah jam berlalu akhirnya hujan mulai berhenti, cuaca kembali cerah. Rasa syukur tiada kira terucap dari hati. Jolor kembali melaju ditengah lautan penuh misteri, mengarungi ombak tak terkalahkan. Hampir tengah malam mendarat di dermaga Kampung Sailolof, disambut oleh siswa yang secara sukarela membawakan barang belanjaan persiapan hidup satu bulan ke depan. 

Sungguh pengalaman tak terlupakan.

Sekian kisah malam ini, sudah di penghujung hari.

Minggu, 18 Desember 2022

Batin

 Aku kuat.

Aku bisa.

Aku biasa.

Menjalani kehidupan yangh menurut orang baik-baik saja mengharuskan kita untuk terlihat baik setiap saat. Setiap tindakan akan menjadi pusat perbandingan akan apa yang telah dicapai. Sebuah kesalahan kecil meyebabkan keributan yang besar. Hal yang biasa jika dilakukan orang lain menjadi tidak biasa jika terjadi pada kita.

Sering kali memendam rasa sakit dan beban yang dialami membuat seolah tidak pernah terjadi hal buruk. Bersikap seakan tidak mempunyai kegundahan serta ganjalan dalam hati. 

Tapi.....

Adakalanya semua itu sangat berat, menyerah untuk untuk bertahan.

Apakah tidak boleh, mengeluh sekali saja?

Memohon untuk istirahat sejenak.

Sudah sampai batasku terlihat kuat.

Dalam diam pemikiran itu terlintas, seandainya dulu. Sering ku berandai jika waktu itu tidak begitu maka sekarang tidak akan menyesal. Penyesalan terpendam dalam menutupi pintu hati yang lain. Menghambat kejujuran akan perasaan diri sendiri akan sulitnya bertahan.

Eh, itu tidak baik untuk hidupku. Sering aku bisikkan kata positif agar kuat. Saat merasa sesak carilah suatu hal untuk melepaskannya. Jikalau perlu menghindar untuk sesaat. Tidak apa-apa, demi kebaikan diri sendiri. Sejenak mengosongkan pikiran dari kejadian menyesakkan dada. Akan tetapi kehadiran seorang insan yang mampu mengerti tanpa bercerita banyak, sangat di syukuri. Pendengar keluh kesah tanpa banyak ikut campur.

Pesan kepada diri, jangan meniadakan apa yang telah orang lain lakukan untuk kita. Sedikit saja kata motivasi akan menjadikan kuat. Tiada satu pun kata untuk mewakili bantuan dan jasa seseorang.

Love your self.

see you

......................................................................................................................................................................


Sabtu, 17 Desember 2022

Rutinitas Akhir Tahun


Yes! telah sampai di hari terakhir sekolah semester ini. Enam bulan sudah berlalu menjalani hari seperti biasa, berangkat pagi dan pulang sore. Perjalanan memberikan ilmu kepada mereka yang ingin belajar untuk masa depan. Semua aspek penilaian diramu menjadi nilai rapor setiap mata pelajaran. Bagaimana hasilnya? Tentu akan sesuai dengan tingkat usaha serta pemahaman masing-masing. Akan ada pemuncak dari setiap kelas tetapi bukan berarti yang lain tidak baik. Intinya selamat telah menyelesaikan pembelajaran dan selamat liburan.

Lalu bagaimana dengan diriku?
Seharusnya sudah mengakhiri semua kegiatan sekolah dan fokus ke istirahat. Akan tetapi apa yang terjadi? Rentangan jam kerja malah semakin panjang. Rutinitas akhir tahun yaitu membuat laporan evaluasi penilaian. Biasanya memang membuat dan menyelesaikannya lalu dikumpulkan di awal semester genap. Namun kali ini keluar surat edaran diserahkan senin depan. Waw! bekerjalah seperti dikejar oleh setan, hehe.

Tubuh ini sudah menunjukkan gejala menyerah, letih. Dibuktikan hari ini, tidak sadar tertidur padahal deadline menumpuk.
Akan tetapi otak berkata, ayo segera selesaikan biar bisa pulang kampung.

Aku tetap berusaha menyelesaikan dengan baik dan sesuai aturan yang ada. Walaupun sudah mendesak tetapi tidak membuatku bekerja asal jadi. Hal yang paling membuat bisa bertahan adalah support system di sekitar. Teman seperjuangan berbagi tugas agar segera selesai. Alhamdulillah di kelilingi oleh orang-orang yang mau berjuang bersama, saling membantu dalam setiap hal. 

Semoga besok semuanya tuntas lalu bisa kembali ke rencana pribadi yang sudah diatur dalam mengisi libur akhir tahun. Amiin. Ayo semangat menikmati rehat satu tahun dan bertemu lahi tahun depan.

See you
......................................................................................................................................................................



 

Jumat, 16 Desember 2022

Diluar Ekspetasi

 


"Hai, apa kabar?"

Sapa diriku lirih kepada diri sendiri setelah sekian lama. Kenapa? karena sibuk melewati hari-hari dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaan. Belum lama ini selesai mengikuti rangkain kegiatan pelatihan penggunaan TIK dalam pembelajaran. Tuntutan zaman yang serba digital serta kecenderungan siswa menggunakan gawai, membuat seorang guru harus bisa menyesuaikan pola penyampaian materi . Tidak luput juga suasana kelas harus asik serta tidak monoton. 

Dalam diam aku bertanya apakah selama ini sudah memberikan yang terbaik untuk siswa. Apakah baru sekedar melepaskan tugas belaka? Terkadang rasa malas mulai menghantui, berpikir seakan semua akan baik-baik saja jika tidak masuk satu kali. Akan tetapi segera ku buang pemikiran sesat itu, perlahan kembali ku pelajari setiap materi pendidikan. Model, strategi serta media pembelajaran yang cocok dan menarik bagi siswa. 

Oh iya, kembali ke kata sapaan tadi. Diri yang lama tak ku sapa, tidak ku pedulikan terhadap rasa lelah. Hari ini aku ingin bercerita tentang keluh kesah menjalani rentetan Peningkatan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK). Kegiatan ini diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Keluaran kegiatan ini adalah Duta Teknologi setiap provinsi. 

***

Aku bergabung  dengan target lulus tiga level dari empat yang tersedia. Alhamdulillah, semua kendala serta hambatan dalam mengerjakan tugas, ujian tiap level bisa terlewati. Tidak terasa target yang ingin digapai bisa diraih dan melebihi ekspetasi awal. Sampai di tingkat empat yaitu hanya 30 orang tiap provinsi untuk melaju ke 5 besar lalu di pilih sebagai Duta Teknologi Tahun 2022. 

Untuk kali ini setiap peserta diwajibkan untuk melakukan kolaborasi tentang sosialisasi fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dalam pembelajaran berbasis TIK. Singkat cerita, mengangkat sebuah webinar yang tidak pernah ada dalam angan selama ini, bisa aku lakukan. Hal yang jauh dari kemampuan diri dan rasa tidak percaya diri hilang walau tidak sepenuhnya. Bantuan dan kerja sama orang terdekat serta teman baru sesama peserta membuatnya menjadi realita. 

Mungkin biasa menurut orang lain tapi hal besar sudah terjadi dalam hidupku sebagai seorang guru yang jauh di dalam. Sekolah kecil yang namanya pun banyak tidak tahu. Mau tahu apa yang lebih membuat tidak percaya? Harapan sudah dilepaskan dengan pemikiran sudah sangat tinggi mencapai level 4, jangan bermimpi untuk melaju ke 5 besar. Jadi, mulai tidak menantikan rangkaian selanjutnya. Namun hasil berkata lain, aku terpilih menjadi salah satu kandidat duta. 

Bagaimana hasil akhirnya?
Coba lagi dari awal tahun depan.

Sekian cerita malam ini, terima kasih hati selalu kuat, tubuh tidak drop sehingga bisa bertahan. Sekali lagi terima kasih , kamu telah bekerja keras.

See you.........

......................................................................................................................................................................

Follow me :

Instagram  dan 1 lagi ðŸ˜„



Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...