Jumat, 13 Januari 2023

Buku Baru


Siang itu suasana Taman Kota Solok ramai seperti biasanya. Puluhan kendaraan terpakir rapi, tempat bermain di penuhi anak-anak di awasi orang tuanya. Kaki kecil itu berlarian begitu ringan mengelilingi wahana. Aku tersenyum tipis melihat pemandangan itu, dalam hati berkata, "kapan ya?"

Kembali berandai-andai, "jika dulu begitu pasti sekarang sudah begini," dan masih banyak seandainya yang lain. Lamunanku terhenti, bola mata menangkap siluet seseorang yang ku kenal. Retina mata bergerak cepat memfokuskan penglihatan itu. Dia berjalan santai dengan sesorang di sebelahnya. Pelan ku arahkan pandangan jauh ternyata dua manusia kecil sedang berjalan di depan mereka.

Lama aku pandangi langkah kaki yang semakin mendekat, tak terasa mata kami bertemu. Sedikit memiringkan badan agar terlihat jelas. Eh ternyata memang dia yang ku kenal dan pernah menjalani kehidupan bersama 7 tahun lalu. Melewati hari penuh perjuangan dengan begitu banyak cerita. Wanita cantik nan anggun di sampingnya juga tak luput dari ingatan.

Perlahan kaki bergerak ke arah mereka, bibir tersenyum merekah tapi tidak terlihat karena tertutup masker. Dia berkata kepada wanita itu, memberitahu keberadaanku.

"Eh, Mpok apa kabar?" begitu sapanya ketika aku tepat didekatnya.

"Alhamdulillah sehat," jawabku.

Basa basi sapaan normal seadanya terjadi dalam waktu singkat. Siapa dia? Seorang rekan kerja saat pengabdian di ujung timur dahulu. Orang yang selalu curhat dan khawatir tentang seseorang yang jauh di ujung Indonesia lainnya. Wanita itu inti cerita yang kini berstatus sebagai istrinya dan di karuniai sepasang amanah indah dari Tuhan. Akhir kisah yang indah dari perjuangan panjang penuh lika liku masalah saat itu.

"Ngga jadi nikah, Mpok?" tanya dia sembari bergurau.
"Jadi lah, masa ngga jadi," jawabku, "tunggu aja undangannya."

Pertanyaan yang membuatku selalu tersenyum karena sudah terlalu biasa. Hari-hari dilewati penuh kata tanya seperti itu. Tidak ada efek apa pun, hal lumrah di perjalanan kisahku. Kemudian dia berpamitan karena anaknya ingin segera bermain.

Tak lama kemudian aku berjalan ke arah ATM untuk menarik uang, berhubung tidak ada lagi isi dompet. Dalam perjalanan kembali ke Taman, kaki ini berbelok ke sebuah bangunan. Keinginan untuk berbelanja memberontak. Mr. DIY, begitu plang nama terpampang di sana. 

Wah, sepanjang mata memandang banyak barang yang ingin ku bawa pulang.Akan tetapi, jarak tempuh ke rumah sangat jauh yaitu lintas kabupaten. Satu persatu dagangan mereka lewat di mataku. Hingga akhirnya sampai di rak alat tulis. Pena warna-warni dan lucu menarik perhatian, berbagai model buku catatan atau agenda menggoda. Lama mengelilingi rak tersebut, memeriksa apakah ada yang ingin ku bawa pulang (banyak padahal).


Lembaran kertas berwarna kuning seolah buku lama memenangkan hatiku. Sampul bergambar Menara Eifil, Paris menambah efek klasik tampilannya. Akan ku tuliskan kisah setiap hari satu tahun ini didalamnya. Setidaknya begitulah niatku, menulis setiap hari. Bagaimana nantinya, entah lah.

Bagaimana sekarang? Apa hasil niatnya?

Yah, hampir setengah bulan berlalu namun lembaran itu masih bersih. Pembuka halaman saja yang terisi cerita hari pertama tahun 2023. Lembaran berikutnya masih menunggu goresan tinta, mungkin sudah sangat rindu. Niat jika tidak di iringi konsistensi akan bermuara pada ketidak tercapaian tujuan. Aku sudah membuktikan.

Apakah selesai seperti ini?

Tentunya tidak, akan ku cicil hutang janji bercerita di atas buku tersebut. Aku tuliskan setiap detail kejadian agar menjadi pengingat saat lupa.

Semoga, semangat Yati.




Kamis, 12 Januari 2023

Lembaran Lama

 Hai, apa kabar dunia?

Semoga selalu memberikan hal indah dan kuat menghadapi lika-liku kehidupan.

Setiap perjalanan pasti memiliki kisah yang tidak terlupakan. Apakah cerita indah atau sedih akan menjadi suatu kenangan. Adakalanya ingin menorehkan dalam memori, adakalanya melupakan secara cepat. Hal itu semua tergantung dari pola pikir dan cara pandang, menurut aku ya. Lalu adakah kisah yang hendak dibagikan?

Tahun 2015 hingga 2016  merupakan waktu yang telah dilewati penuh perjuangan. Begitu banyak hal kejadian di luar kendali serta keinginan yang terpenuhi. Kenapa tiba-tiba ingat kala itu? Hmm, malam itu ketika aku menghabiskan waktu istirahat dengan tenang. Bermain ponsel berlatarkan musik galau kesukaanku. Begitu banyak hal menarik yang muncul di feed instagram lalu beralih ke aplikasi facebook.

"What's on your mind?" 

Begitu perhatiannya aplikasi tersebut ke setiap penggunanya, selalu menanyakan apa yang dirasakan. Ku periksa pemberitahuan, diingatkan jika mempunyai kenangan 7 tahun lalu. Segera aku klik, terpampang status memori tersebut.

"Bismillah, saatnya menuju tempat pengabdian, Kampung Saillof. Mudah-mudahan semester ini menjadi guru lebih baik lagi. Bisa memberikan hal terbaik buat siswa SMA Negeri 9 Kabupaten Sorong. Siap mengarungi lautan Papua Barat."

Ternyata sudah berlalu sangat lama, berkelebat kembali rentetan perjuangan hingga bisa mencapai ujung timur Indonesia tersebut. Segera aku bangun dari pembaringan, mencari catatan perjalanan dahulu. Perlahan aku buka buku tersebut, pelan ku baca satu persatu diari itu, ternyata dahulu rajin ya menulis.

Kenagan yang tidak akan terlupakan, memberikan sedikit sumbangsih kepada negara. Demi mewujudkan generasi emas Indonesia. 

Rabu, 11 Januari 2023

Kisah Nan Telah Usai

Suatu sore aku bersantai dari padatnya aktivitas belajar yang berjalan dari pagi. Pemandangan senja dari atap asrama sangat indah. Sinar jingga sang surya mengintip melalui sela awan nan tipis. Pantulan cahaya keemasan di atas air laut membuatku terpesona untuk ke sekian kalinya. Mata seolah tak mau berpaling. Tak sadar entah sudah berapa lama waktu berlalu di sana.

‘Drrtt, drttt,” getaran ponsel membuatku terkejut, terlihat sederet pesan manis di sana.

“Hai, selamat sore Adek. Bagaimana perasaannya hari ini? Semoga selalu menyenangkan ya.”

Aku tersenyum tipis membaca pesan singkat itu. Dia yang telah hampir sepuluh tahun ini menemani hari-hariku.Tidak bisa terlukiskan momen yang telah dijalani bersama. Kisah cinta remaja semenjak bangku sekolah menengah hingga lulus perguruan tinggi dan bekerja. Tepatnya masa mencari pekerjaan yang tetap.

****

Satu dekade hubungan, tentunya sudah memikirkan langkah selanjutnya apalagi usia juga semakin tua. Suatu hari terjadilah percakapan serius.

“Dek, ayok menikah,” katanya pelan.

“Abang serius? Kita belum bekerja lo, belum punya penghasilan tetap,” jawabku.

“Nggak apa, Dek. Rejeki nantinya pasti ada. Inikan abang juga sudah merintis usaha sendiri.”

Lama pembicaraan itu dibahas, aku sebenarnya setuju dengan ide tersebut karena tidak mau lagi menjalani hubungan yang tidak pasti ini. Menikah bukan hal mudah yang hanya selesai oleh dua orang insan tapi menyatukan berbagai aspek berbeda dari kedua belah pihak.

Akhirnya sebulan kemudian aku memberanikan diri berkata kepada orang tua bahwa dia ingin ke rumah. Disambut baik oleh mereka hingga terjadi kesepakatan bulan Agustus akan melangsungkan akad. Prosesnya tidak lancar, banyak kendala dan pertimbangan di tengah itu semua. Awalnya dia sempat berkata jika tidak bulan Maret, dia tidak mau. Keinginannya tidak terwujud karena orang tuanya tidak setuju mengingat persiapan dan lain halnya.

***

Alhamdulillah, tak lama keputusan itu dibuat, aku mendapatkan pekerjaan. Jam kerja mulai setelah Zuhur hingga pukul 9 malam, tidak ada hari libur. Komunikasiku dengan dia entah kenapa tidak seindah dulu. Semua chat atau saat telfon pun, pembicaraan tidak berjalan lancar. Hanya sekedar basa-basi bertanya kabar saja ditambah lagi waktu luang kami tidak sama. Semakin sulit untuk bertemu membicarakan bagaimana persiapan pernikahan. Semua halnya aku percayakan saja kepada keluarga besar.

Hari demi hari berlalu, pertengkaran semakin sering terjadi hingga suatu ketika dikala tengah malam menjelang. Tiba-tiba sebuah chat membuatku tercengang.

“Kita batalkan saja ya rencana pernikahan ini.” Seolah tak percaya dengan apa yang aku baca, kembali satu persatu kata aku pahami. Tidak bisa di terima akal sehat apalagi hati perkataan itu. Bagaimana mungkin jalinan kasih sedemikian lama dan sudah berjanji akan diikat dibatalkan begitu saja?

Perasaan tidak terima aku pendam dahulu, mencoba bertanya apa masalahnya.

“Kenapa, Bang?” tanyaku.

“Belum siap,” jawabnya singkat.

Ah, tidak akan selesai jika hanya chat saja, langsung aku telfon saat itu juga. Tetap kekeh awalnya dengan alasan tidak siap menikah sekarang. Lalu kenapa kemarin itu ingin cepat? Kenapa saat keluargaku sudah menerima apa adanya malah di kecewakan? Apa yang harus aku katakan kepada orang tuaku?

Air mata mengalir dengan sendirinya, deras. Berusaha meyakinkan agar tetap pertahankan rencana ini. Jika alasannya hanya belum siap, tidak bisa aku terima. Bagaimana mungkin sekarang saat semua sudah oke lalu tidak siap? Awalnya tidak mau menceritakan alasan sebenarnya, tetap hanya kata itu yang keluar.

“Abang mempunyai wanita lain,” lirih suaranya terdengar.

‘Deg,” sejenak seolah jantungku berhenti berdetak. Kesalahan yang tidak akan pernah aku maafkan, pengkhianatan.

“Sudah lama Abang bertemu dia, sebelum keluarga kita bertemu.” sambungnya.

“Adek lihat kan, postingan media sosial dan status WA Abang, itu semua bukan untuk adek tapi untuk dia.”

Lama mulut ini terdiam, ingatanku mulai berkelana ke setiap postingannya. Akhirnya aku sadar, ternyata hubungan yang aku pertahankan selama ini hanyalah mainan belaka. Sudah lama mereka dekat dan berhubungan, hanya aku yang bodoh.

***

Malam itu aku putuskan untuk menutup buku cerita indah itu. Tak ingin lagi lanjut, aku minta keluarganya untuk memutuskan janji secara baik-baik kepada keluargaku. Alasan sesungguhnya biarlah aku tutup erat. Tidak apa jika hanya aku yang disakiti, tapi ini sudah melibatkan keluarga. Tak bisa di maafkan.

Buku itu aku tutup erat dan tak akan sedikitpun ku buka kembali.

 

Selasa, 10 Januari 2023

Kata Nan Tak Terucap

Alhamdulillah, awal tahun yang damai. Pergantian malam setahun berjalan dengan tenang. Mengisi relung hati nan sunyi. Hari perdana di tahun 2023, saatnya kembali ke tempat menghabiskan waktu dari pagi hingga sore di satu lokasi. Aku tinggalkan orang tua yang sudah beranjak tua. Keriput kulit beliau semakin jelas terlihat, terlebih sang ayah. Tubuhnya tidak sekuat dahulu namun keadaan mengharuskan tetap bekerja demi anak tercinta.

Sang ibu pun tidak jauh berbeda. Setiap hari bolak-balik jalan kaki. Menelusuri jarak nan jauh antara rumah tempat menginap dengan tempat mencari nafkah. Wajah lelah dan penat terukir di setiap kali beliau menapakkan kaki saat menjelang Magrib kembali ke rumah. Namun, tidak pernah terlontar kata letih seolah tiada yang terasa.

Maaf  Ayah. Maaf Ibu. Aku belum bisa membuatmu santai sepenuhnya di masa ini. Maafkan kami yang terlambat untuk bisa lepas dari tanggung jawabmu. Tanggung jawab menafkahi dan memikirkan masa depan para anak gadisnya. Apalagi sudah sepantasnya menambah anggota baru namun belum satu pun yang menemukannya. 

Mohon bersabar sebentar lagi, semoga kabar bahagia itu segera datang menghampiri. Memang tidak pernah secara lansung bertanya kapan, tapi kami tahu apa yang ada di pikiranmu. Disaat gadis lain yang jauh lebih kecil usianya sudah menemukan pasangan hidup. Akan tetapi, para anak gadismu masih sibuk mengejar karir dan pendidikan. 

Bukan maksud hati menunda itu Yah, Bu. Belum ada momen bertemu yang sesuai atau mengena di hati. Percayalah, rencana Tuhan itu indah. Memberi di saat yang tepat sesuai kebutuhan hamba-NYA.

Salam sayang dari anakmu. Sehat dan bahagia selalu.

Senin, 09 Januari 2023

Momen Hari ini



Hai, mari merekap hari ini dalam bentuk tulisan ya.

Saat sinar matahari di ufuk timur menunjukkan keindahannya, saat itu saya melangkahkan kaki ke sekolah. Bangunan nan tepat beberapa langkah saja sudah sampai. Seperti biasa, Senin pagi diadakan upacara bendera rutin, kali ini pelaksananya adalah pengurus OSIS. Pembina upacara yaitu Ibu Wakil Kepala menyampaikan beberapa amanat untuk perbaikan kedepan.

Selesai kegiatan tersebut saya mengajar 3 jam pelajaran di kelas X IS. Loh, kok jurusan sosial belajar kimia? Jadi begini, berhubung saya kekurangan jam mengajar maka untuk mata pelajaran lintas minat diberikan satu kelas. Hari ini merupakan pertemuan pertama dengan mereka di dalam kelas semester ini. Tidak lama berada di kelas kali ini karena ada seorang teman yang minta tolong untuk tugas pendidikan profesinya.

Anaknya di tinggal, Buk?
Iya, tapi bukan berarti tidak belajar. Zaman saat ini sudah ada benda cangggih yang bernama ponsel pintar. Belajarlah menggunakan kelas maya yang telah saya buat sebelumnya melalui platform yang disediakan pemerintah. 

Pertolongan yang diminta kepada saya ialah merekam proses pembelajaran teman tersebut. Video full dari awal hingga selesai pembelajaran. Hari ini mengambil video yang terakhir dan untuk ujian. Semoga lulus lalu menjadi guru profesional. Amin. Diingat kembali, sudah 5 orang yang saya sebagai videografernya, artinya saya berbakat kan?

Next yuk, minggu lalu saya berjanji di kelas XII MIA untuk praktikum menggunakan gas butana. Percobaan memindahkan api dari satu tangan ke tangan lainnya menggunkan busa sabun. Ternyata tidak hanya siswa yang penasaran, guru pun demikian. Begitu melihat ada tabung gas di meja, mulai berdatangan apa yang akan saya lakukan. Untuk itu, maka dicobakan dulu di kantor bersama beberapa orang guru. Awalnya takut untuk menyalakan api tapi akhirnya ketagihan. Oh iya, ada pengorbanan yakni bulu tangan yang ikut terbakar. Hilang deh sebagian harta kebanggaan.


Akhirnya tibalah saatnya untuk kelas XII, dua orang siswa membantu saya membawa alat yang dibutuhkan ke kelas. Sepanjang jalan mereka pamer mau praktikum sembari perkataan "makanya jadi anak IPA, biar bisa praktek." Nada tengilnya membuat teman-temannya melihat sepanjang jalan. Hampir semua mata melihat karena posisi kelas paling ujung.

Sesampai dikelas, melakukan pembukaan seperti biasa, menanyakan kembali materi yang telah di ajarkan serta hubungannya dengan praktikum kali ini. Tak lama kemudian mulailah bermain api. Kami lakukan di luar ruangan mengingat keselamatan nantinya. Mereka penasaran bagaimana bisa nanti akan memegang api atau menghasilkan api dari busa sabun.

Awalnya pada takut mencoba, takut terbakar. Bagi yang memberanikan diri, mulanya terkejut melihat api menyala di tangan namun setelah itu tak mau berhenti untuk terus mencoba. Kami mencoba untuk oper api dari satu tangan ke tangan lain dan berhasil walau tidak begitu banyak.

Ada yang penasaran caranya?







Terenyuh

Adakah momen yang ingin kau lupakan?
Membuat seolah waktu itu tidak pernah ada.
Apakah penyesalan?
Ataukah momen yang di syukuri?

Setiap kejadian pasti memiliki penyesalan atau rasa syukur. Tergantung dari sisi mana menilai itu semua. Berbicara tentang itu, ada satu momen yang membuat saya terenyuh. Sebuah tindakan dari seorang siswa yang diiringin sebuah kata. 

Kala itu adalah hari perpisahan kelas XII, saat melepas semua siswa untuk ke tingkat yang baru. Dia ialah seorang anak laki-laki yang telah saya temani sejak kelas X. Kenapa? Karena saat itu saya bertindak sebagai wali kelasnya. Anak yang saya perjuangkan untuk tetap bisa lanjut sekolah tanpa mengulang di kelas yang sama. Setiap akhir semester selalu berjuang melengkapi nilai, tugas dan hal lainnya agar tuntas. Keinginannya tidak tinggi, cukup memenuhi stndar naik kelas saja.

Anaknya sangat sopan, tidak pernah kurang ajar kepada guru. Tutur kata yang merendah dan mampu menempatkan diri sebagai pihak yang lebih kecil. Lalu apa masalahnya? "Saya nggak bisa bangun pagi, Buk," begitu jawabnya saat ditanya. Saya bisa apa? Jarak rumahnya dan sekolah cukup jauh serta tidak ada teman yang searah. Orang tua dia Subuh sudah berangkat untuk bekerja. Upaya yang saya lakukan ialah meminta anggota kelas untuk pagi-pagi menelfon agar segera bangun. Terkadang berhasil dan seringnya tidak masuk.

Alhamdulillah, sikap baik dan kegigihannya dalam melengkapi tugas membuahkan hasil. Selalu naik kelas hingga kelas XII dan tibalah saatnya berpisah. Ada rasa kebanggan tersendiri yang saya rasakan melihat dia sampai di tahap ini. Perlahan muncul kilas balik saat hampir 24 jam saya menghubunginya. Menemani menyelesaikan tugas hingga larut malam, bukan langsung tapi tetap terkoneksi lewat chat. 

Tiba saatnya mengucapkan salam perpisahan, satu persatu siswa menyalami gurunya. Pelan penuh hari dan deraian air mata. Tibalah dia berdiri didepan, menyambut tangan dengan wajah tertunduk dalam, membungkuk sembari memegang erat tangan saya. Lama tanpa kata, sulit kiranya melepaskan tangan, ternyata tangisnya pecah saat dihadapanku. "Terima kasih, Buk," lirih terdengar suaranya. Saya usap pelan kepalanya dan berkata "semoga berhasil, Nak." Air mata yang sedari tadi saya tahan akhirnya jatuh. 

Nasib baik, dibalik keraguannya untuk meneruskan pendidikan masih ada harapan saya untuk memberi motivasi. Akhirnya ikut seleksi perguruan tinggi, gagal pertama kali namun saya kuatkan lagi untuk mencoba. Rasa syukur tiada kira mendapatkan jurusan idaman di kampus idaman. Sampai hari ini masih rajin memberi kabar walau sekedar berkata "Lapar, Buk."
Good Luck untuk selanjutnya.




Hari Pertama

Hari yang telah ditentukan menjelang, sebelum fajar muncul di ufuk timur saya dan teman lainnya bangun. Mempersiapkan segala hal yang di perlukan untuk perjalanan ke Raja Ampat. Pagi harinya sebelum berangkat kami sarapan terebih dahulu di Pasar Aimas. Menunya seperti biasa yaitu nasi kuning serta batagor. Kami tidak sempat masak karena jarak sekre dengan pelabuhan rakyat lumayan jauh memakan waktu lebih dari satu jam.

Kami menggunakan angkutan umum yang disebut dengan taksi. Taksi di sini maksudnya adalah angkutan kota (Angkot) yang biasa kita kenal. Ada 3 armada kami sewa untuk sampai ke pelabuhan. Sesampai disana kami membeli tiket ke Waisai dengan harga Rp. 60.000,- dengan perjalanan sekitar 6 jam (semoga tidak salah ingat), kalau memakai kapal cepat hanya memakan waktu 2 jam saja.                                             

Waktu selama di kapal kami habiskan di bagian atas sembari menikmati pemandangan lautan luas nan biru. Warna air serta pulau-pulau kecil menambah indahnya. Puas dengan sajian alam tersebut, kami turun menghabiskan sisa perjalanan di tempat tidur yang telah di sediakan. Istirahat hingga kapal mendarat di pelabuhan Waisai. 

Ternyata sudah malam, view pelabuhan tidak terlihat jelas saat itu. Kami hanya terpikir agar segera sampai di penginapan agar bisa istirahat dengan nyaman. Untuk sampai kesana sudah ada mobil angkutan yang telah dipesan sebelumnya. Tak lama kemudian rumah tersebut nampak di depan mata. Rumah dengan dua buah kamar serta ruangan yang luas lalu memiliki dua buah kamar mandi. Sederhana tapi nyaman karena prinsip kami adalah ada tempat bernaung. 

Hari pertama dihabiskan untuk perjalanan saja. Besok akan dilanjutkan ke Pianemo.


Raja Ampat

 Hai, sudah beberapa hari ini tak menjumpai.

Kali ini kita akan bercerita tentang apa ya?

Hmm, nostalgia aja yuk. Mencoba bercerita tentang kisah lalu yang menghabiskan waktu, tenaga serta uang namun happy. Butuh waktu yang lama untuk mengingat kembali.

Kembali lagi ketika ke tahun 2016, dimana saya masih berada di ujung Indonesia bagia timur yaitu Provinsi Papua Barat. Menikmati waktu liburan menunggu untuk dijemput kembali ke Sumatera Barat. Kami berkelana ke Raja Ampat. Apakah dekat? Bagaimana bisa ke sana? Mari simak yang berikut ini.

Sangkala senja mulai menampakkan indahnya, sinar keemasan matahari mewarnai birunya langit, terjadilah percakapan di Sekretariat. Oh iya, sekretariat kami di gedung LPTQ Kab. Sorong menumpang sementara di sana karena sekre sebelumnya tidak muat untuk 51 orang.

Saat sebagian orang berkumpul di ruangan, mulailah ada yang berkata, "Ayok kita ke Raja Ampat, kapan lagi bisa ke sana." Disambut riuh oleh yang lain setuju untuk pergi karena jikalau sudah berada di Sumbar nanti akan sangat sulit meluangkan waktu apalagi biaya untuk bisa liburan ke Raja Ampat. Buktinya rencana kami akan kembali suatu saat nanti kala tu, sampai saat ini ya hanya rencana, hehe.

Banyak hal yang harus dipikirkan untuk berangkat. Akomodasi, penginapan di sana serta hal lainnya untuk kelangsungan hidup. Berhubung beberapa teman punya kenalan tentang akses ke sana, kami minta di carikan sebuah rumah yang bisa kami tinggali untuk dua malam, Kenapa? Kalau di penginapan nggak cukup biaya, belum lagi makan serta transportasi ke Pianemo. 

Akhirnya diputuskan berangkat menggunakan kapal penumpang ke Maluku. Kapal ini transit di pelabuhan Waisai jadi kami turun di sana. Tempat tinggal sudah didaparkan rumah warga yang kosong namun cukup menampung sekitar 20 orang. Untuk perahu ke Pianemo memakai punya salah seorang keluarga siswa saya diSailolof. Dia mempunya Om yang memang menyediakan jasa transport ke pulau yang ada di Raja Ampat. 

Perjalanan direncanakan 3 hari 2 malam dengan gaya minimalis yaitu ala-ala Backpacker. Menikmati indahnya liburan sesuai dana yang tersedia. Bukankah selama pengabdian di sekolah masing-masing sudah di tempa? Hidup seadanya tanpa listrik, sinyal serta akses yang sulit. Intinya, ayo nikmati sebuah anugrah hidup, bisa menapakkan kaki di tempat yang tidak pernah terpikirkan. Bersyukur bisa gabung di program pemerintah ini.

Bagaimana kelanjutannya? Next ya.


Jumat, 06 Januari 2023

Rekor Muri

Masih rangkaian perayaan hari jadi Kabupaten Dharmasraya ke-19 tahun 2023. Kali ini ialah pemecahan Rekor Muri membuat olahan makanan berbahan telur dengan tema menu keluarga untuk balita. Kegiatan ini berawal juga dari tinglat stunting yang mulai tinggi di Dharmasaraya. Sekaligus sebagai edukasi dan pilihan menu yang aman untuk balita. 

SMA Negri Tiumang mendapatkan menu Schotel tahu telur puyuh. Mulailah berdiskusi ibu-ibu guru bagaimana teknis nantinya. Bahan masakan dibeli oleh Ibu Wakil lalu di kerjakan di sekolah secara bersama. Hari Kamis pagi tetap mengajar seperti biasa, Saya masuk kelas selama 3 jam pertama. Ternyata di kantor sudah mulai memasak schotel tersebut.

Bahan yang diperlukan adalah tahu, telur puyuh, telur ayam biasa, wortel, serta bumbu perisa bahan dasar masakan. Perlu kali ya saya tuliskan cara pembuatannya.

1. Haluskan bawang merah, bawang putih serta sedikit garam

2. Iris wortel dengan ukuran yang kecil

3. Rebus telur puyuh hingga matang

4. Hancurkan tahu dalam wadah kemudian tambahkan bawang halus, wortel, telur ayam dan sedikit lada halus

5. Cetak adonan 

6. Kukus bahan yang dalam cetakan

7. Goreng bahan yang telah di kukus lalu sajikan biar cantik

Setelah sajian di tata rapi, berangkatlah ke Sport Center Kabupaten Dharmasraya. Perjalanan sekitar satu jam, kali ini di antarkan oleh salah satu siswa menggunakan mobil Bersyukur kegiatan belum selesai karena memang telah lewat dari jadwal yang ditentukan.

Lapangan besar dipenuhi oleh ribuan manusia di tengah teriknya matahari. Panas sangat kuat membuat kepala hampir terasa pecah. Akan tetapi hal ini tidak membuat semangat masyarakat pudar. Sembari menunggu tim Rekor Muri datang ke stand masing-masing, saya berkeliling melihat berbagai macam olahan yang telah dibuat.

Alhamdulillah Rekor Muri telah dipecahkan. Masakan yang telah dibuat melebihi 2023 hidangan. 

Oh iya, kegiatan juga di meriahkan oleh konser Band Republik. Lapangan mulai di penuhi oleh antusias warga sejak habis Zuhur. Jalanan padat dan susah akses untuk keluar. Saya bersama rombongan sekolah pulang saat konser akan di mulai. Kenapa? Karena siswa yang bawa mobil udah janji sama temannya untuk ngonser bareng. Jadilah kami pulang, kasian anak bujang sudah menunggu lama tapi terlambat juga lihat konser.

Sekian

Jalan Santai

Dalam rangka memeriahkan HarinUlang Tahun(HUT) Kabupaten Dharmasraya yang ke-19 di adakan berbagai acara. Rangkaian kegiatan di mulai sejak tanggal 1 Januari. Puncak acara yakni tanggal 7 Januari. 

Salah satunya adalah jalan santai yang kali ini diadakan di Kecamatan Koto Baru. Malam sebelum hari itu, grup Whatapp sekolah mulai berbunyi.

"Bapak/Ibu, besok kita mengikuti kegiatan ini ya. Berkumpul di Simpang Tiga pukul 07.30 WIB."

"Pakaiannya baju olahraga yang berwarna dongker, lalu infokan ke anak osis agar besok juga berangkat."

Begitu instruksi dari atasan di tengah kesunyian malam. Waktu terus berlalu hingga pagi menjelang.

Yeay, matahari dengan gagahnya menyinari bumi, hembusan angin sepoi-sepoi menambah syahdunya pagi. Ku langkahkan kaki menuju sekolah tempat berkumpul guru serta siswa. Jarak tempuh ke Simpang Koto Baru memakan waktu kurang lebih 30 menit perjalanan menggunaan  motor. Setelah lengkap barulah berangkat beriringan hingga titik temu jalan santai.

Sesampai disana sudah banyak peserta yang memenuhi jalan serta lapangan kecil depan kantor Camat Koto Baru. Masyarakat umum serta dari instansi 3 kecamatan memadati lokasi memakai baju olahraga banyak rupa. Reuni kecil-kecilan pun terjadi, bertemu orang-orang yang lama tak di lihat secara langsung. 

Singkat cerita, Bapak Bupati sudah hadir lalu kegiatan langsung di mulai. Rute jalan adalah dari Simpang Tiga tepatnya depan Kantor Camat hingga lapangan bola kaki Matador Nagari Koto Baru. Tempat ini merupakan titik akhir dan penyerahan hadiah dari kupon yang sebelumnya telah di bagikan. Banyak hadiah yang disediakan yang berasal dari dana kabupaten, sponsor serta donatur lainnya.




Selasa, 03 Januari 2023

Awal Semester Awal Tahun

 Tepat 2 Januari setelah libur pergantian tahun, sekolah kembali beraktifitas seperti biasanya. Grup info sekolah mulai ramai dengan pemberitahuan pembelajaran. Bahwasanya semua guru, staff tata usaha dan siswa serta semua warga sekolah wajib hadir.

Pukul 07.00 WIB seperti biasa aku langkahkan kaki dengan semangat baru menyonsong matahari. Panas bukan? Tentunya iya tapi pagi ini hanya mataku saja yang silau. Hal ini karena sekolah berada di bagian timur dari arah rumah yang ku tingggali. 

Pemandangan familiar sama seperti tahun lalu. Sebekas sinar mengintip dari dedauanan sawit, ayam berkokok mulai berkeliaran, burung-burung pun beterbangan menghiasi halaman sekolah. Tetesan embun hinggap dengan anggunnya di daun rumput. Kiasan sinar matahari membentuk warna pelangi, indah.

Tak lama ku jejakkan kaki di depan ruang guru. Hari ini aku tak menjadi nomor satu karena sudah ada rekan guru yang datang. Siswa pun satu per satu berdatangan. Ada yang langsung ke kelas serta ada singgah dulu ke kantin. 

Pukul 07.15, bel sekolah berbunyi menandakan waktunya berkumpul. Perlahan lapangan berisi puluhan siswa. Guru pun bergegas menghampiri melihat anak yang dua minggu libur. Yah, kembali mengingatkan bahwa kita sudah sekolah kembali. Aturan tentang pakaian dan lainnya agar segera di ikuti lagi. Sudah, lupakan masa bersantai di rumah.

Amanat dan kata-kata dari Kepala Sekolah cukup lama. Begitu banyak yang ingin di sampaikan beliau agar sekolah berjalan lancar. Selesai di lapangan dilanjutkan rapat dinas awal semester. Membahas bagaimana kelangsungan proses belajar dan mengajar untuk 6 bulan ke depan. Target dan langkah apa yang harus dilakukan agar sesuai harapan.

Semoga semester ini menjadi lebih baik, menghasilkan lulusan yang bisa di terima dan berguna di masyarakat.

Semangat.

Senin, 02 Januari 2023

Taman Siang (Lanjutan)

 

Hello.

Sudah baca belum ya postingan sebelumnya?

Oke, mari kita lanjut ya.

Sebelumnya bercerita tentang rencana ke Taman Siang dan akhirnya terwujud. Perjalanan kurang indah jika lancar-lancar saja. Eh, itu kata penenang biar tidak kecewa ya, hehe.

Ternyata Afni tidak jadi ikut menginap serta paginya mengabarkan bahwa Mak Dang juga tidak bisa menemani jalan ke sana. Lalu bagaimana? Apakah akan gagal? Tentunya tidak mau rencana tersebut hanya sekedar wacana dong. 

Beberapa hari sebelumnya saat aku ke sawah bersama ibu, aku bertemu dnegan Dino, teman masa kecil. Adik sih sebenarnya karena kakak paling tuanya seumuran diriku. Terjadilah janji akan berangkat ditemani dia. Pagi hari dihubungi kembali dan dia bisa dong. Alhamdulillah ada teman cowok untuk jalan. Kenapa harus ada laki-laki? karena Aku bersaudara hanya perempuan saja. Tidak dapat izin dari ayah jikalau hanya anak gadisnya menjelajah ke hutan.

Pukul 10 siang Dino sampai di rumah membawa es batu yang aku pesankan sebelumnya. Bersiap membuat minuman dingin lalu berangkat. Eh iya, Dino sempat memanjat pohon kelapa untuk mengambil kelap muda. Air serta isinya kami masukkan ke dalam botol agar nanti bisa di nikamti saat dahaga selepas berjalan. Es batunya juga dibalut kain agar nanti bisa digunakan saat sudah sampai. 

Perjalanan dimulai dari tanjakan bukit belakang rumah. Kami mengambil jalur landai tapi jarak agak panjang. Jalanan di hiasi dengan pepohonan serta tanah merah. Cukup rimbun dan rindang di tengah teriknya matahari. Kaki yang sudah lama tidak terbiasa berjalan mulai merasakan penat, nafas terasa sesak. Hal itu  tidak mengurungkan biat tetap lanjut, penasaran dengan pemandangan yang akan di sajikan oleh Taman Siang.

Tak lama kemudian sampailah di puncak, jalan mendatar dipenuhi dedaunan yang jatuh. Daun berserakan sepanjang jalan berwatna kuning kecoklatan, memberi nuansa musim gugur. Seolah berada di negara yang ada empat musimnya, hehe. Impian suatu hari ingin merasakan setiap musim di sana. Hmm, Korea atau Jepang indah kali ya.


Di Talago, nama tempat di puncak, kami bertemu dengan Mak Dang. Apa bisa di sebut bertemu ya? Karena tidak melihat wajah masing-masing. Hanya mendenga suara dan berbincang dari jauh. Tidak kelihatan keberadaan pasti beliau dimana, terhalang pepohonan yang banyak. Beliau memastikan kami ada teman berangkat.

Nah, tiba di seberang Taman Siang, tiba-tiba gerimis berjatuhan ke bumi. Jalan yang akan di lalui lumayan ekstrim nih untuk sampai bukit itu. Kiri kanan dihiasi oleh jurang, tempat menapakkan kami snagat kecil Jika salah menginjakkan kaki kemungkinan akan terpeleset dan jatuh. Apalagi tanah merah ditimpa air hujan pasti licin.

Alhamdulillah selamat hingga tujuan walau penuh perjuangan. Hujan semakin deras ditambah angin berhembus kencang. Dingin menyergap tubuh nan tanpa perlindungan. Tempat bernaungpun tidak ada, berteduh dibawah pepohonan sama saja. Tetesan air hujan yang terkumpul di daun terhembus angin membuat air semakin banyak mengenai tubuh. Sungguh cuaca tidak dapat di prediksi, panas terik tiba-tiba hujan.

Tapi bukankah sudah diingatkan BMKG bahwa cuaca akan ekstrim? Kok tidak membawa persiapan? Yah, begitulah terjadang pemikiran. Bertindak sesuka hati namun menyesal dikemudian.

Apa tulisan ini terlalu panjang ya?

Sambung nanti aja ya.

Minggu, 01 Januari 2023

Taman Siang



Hai.
Apa kabar di awal tahun ini?
Semoga lebih bahagia dan sehat ya.
Awal tahun seharusnya dengan resolusi yang baru. Banyak beredar kata-kata "tahun baru, diri yang baru." 
Diri ini tidak sepenuhnya setuju dengan kata tersebut, kenapa? Tahun baru bukan berarti menjadikan diri kita sebagai orang baru. Akan tetapi, tetap diri yang dulu dengan resolusi baru, diri yang lebih baik dari sebelumnya.
Semoga kita semua bisa meperbaiki kesalahan masa lalu dan membuka lembaran baru dengan semangat baru ya.

Oh iya, penghujung tahun lalu berupa libur panjang dari kesibukan pekerjaan yang rutin. Salah satu harinya aku manfaatkan untuk menginap di rumah tempat dibesarkan dahulu. Rumah yang telah lama tinggal jika di malam hari. Siang hari tetap di kunjungi karena sumber penghasilan kebun serta ternak di sana. 

Rencana jalan kali ini di sana adalah sebuah tempat yang bernama Taman Siang. Kenapa Taman Siang ya? Apakah kalau sore di sebut Taman Sore? Mungkin tidak ya, hingga saat ini pun aku tak tahu kenapa namanya demikian. Tempat tersebut adalah sebuah bukit kecil yang terletak di tengah perbukitan lainnya. 

Sebuah perencanaan telah diatur, menginap satu malam kemudian besoknya langsung jalan ke sana. Adikku, Yusi menghubungi sepupu yakni anak dari "mamak" (Saudara laki-laki dari ibu). Mak Dang panggilan kami kepada beliau karena mamak yang paling besar. Nama sepupu itu ialah Afni.

"Assalamuaikum Afni, besok nginap di sawah yuk," ajak Yusi.
"Waalaikumsalam Kak, boleh." jawabnya
"Nanti kita ke Taman Siang sekalian," lanjut Yusi. Kemudian menjelaskan bagaimana teknis berangkat dan lainnya.

Eh tiba-tiba Mak Dang menyela pembicaraan itu.
"Beli obat untuk udang ya. Sekalian nanti cari udang lalu disambal disana," kata beliau.
Ternyata beliau juga ingin ikut, intinya menemani kami karena Taman Siang berada di hutan yang sudah tidak di lewati banyak orang lagi. Hewan buas juga masih berkeliaran.

Akhir cerita sudah sepakat Rabu tanggal 28 Desember akan menginap di rumah yang biasa kami sebut sawah. 

Lanjutan cerita jalannya di postingan selanjutnya ya.


Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...