Selasa, 13 September 2022

Mengisi Ulang Energi

Penerangan Kala Malam

Kapan merasa bebas? Kali ini bercerita tentang rasa nyaman saat pulang ke tempat menghabiskan masa kecilku. 

Sudah lebih tiga tahun aku menjalani kehidupan sebagai orang rantau yang tidak bisa pulang kapan pun ingin. Liburan didapatkan setiap satu semester jika tidak ada tugas tambahan yang mengharuskan aku tetap di tempat tugas. Jadi setiap ada kesempatan aku akan pulang kampung dan mengunjungi daerah tempat aku dibesarkan.

Tempat itu bernama Alai, salah satu daerah di Nagari Sulit Air Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Sebuah dusun kecil di kaki bukit yang sekarang hanya dihuni oleh satu keluarga di kala malam. Kemana yang lainnya? Karena akses yang susah dan listrik juga tidak ada maka mereka pindah ke daerah seberang bukit. Ada yang membangun rumah dan ada juga menghuni rumah orang lain yang berada di rantau. Keluargaku diantaranya menempati rumah keluarga ayah yang kosong dan pemiliknya sangat jarang pulang kampung. 

Home

Setiap mengunjungi tempat ini membuatku merasa bebas, tidak ada beban yang dirasakan. Sesak akan kepentingan dunia serasa hilang dihembus angin. Suasananya indah, nyaman serta jauh dari kebisingan kendaraan. Apalagi malam hari, keheningan di hiasi oleh bunyi jangrik sahut menyahut, suara binatang malam mencari makan. Di kala melihat ke langit, kerlap-kerlip bintang di kejauhan menambah eloknya pemandangan itu. Semilir angin malam berhembus pelan, dingin menusuk ke tulang tapi tak apa. 

Waktu malam sering kuhabiskan di bangku halaman, merenungi setiap kisah perjalanan yang kulalui. Dalam gelapnya malam, terkadang air mata mengalir pelan seiring hilangnya pemikiran rumit di kepala. Semua tuntutan dunia perlahan menguap, menyisakan semangat baru untuk kehidupan lebih baik. Malam berlalu sangat cepat. Subuh menjelang, sinar  surya menyinari bumi dengan gagahnya. Kabut perlahan beranjak kembali ke atas menghiasi perbukitan nan hijau. Sungguh ciptaan Tuhan tidak akan sia-sia, hanya syukur yang bisa diucapkan.

Kala pagi menjelang

Berada di sini merupakan kebebasan tersendiri, aku merasa tenang walaupun semua serba manual. Air untuk minum di angkut dari sumur memakai ember di kepala, memasak menggunakan tungku kayu bakar. Semuanya ku lakukan sepenuh hati, sederhana memang tapi tidak tergantikan. Tiada ukuran yang baku untuk mengukur rasa kebahagiaan.

Sumur

So, yuk bahagia dengan cara masing-masing.

Senin, 12 September 2022

Tidak semua mudah


Setiap keberhasilan pasti akan ada tanda tanya besar bagi orang disekitar. Penasaran bagaimana proses hingga target itu bisa dicapai. Akan tetapi tak semua melihat dari sudut pandang tersebut, ada anggapan semua didapat dengan mudah. Sama seperti kondisiku diawal saat diumumkan lolos sebagai pegawai negara dengan bantuan sertifikat yang kumiliki. Sungguh kondisi yang  membuatku lumayan bingung karena untuk sampai ditahap ini memerlukan berbagai perjuangan harus aku lewati.

Mari sedikit bercerita kisah apa yang telah kulalui.

Terlahir dari keluarga sederhana, tinggal didaerah tanpa penerangan listrik serta akses jalan susah membuatku terbiasa untuk berjuang. Pendapatan orang tua berasal dari hasil kebun buah tahunan serta sawah yang mencukupi untuk makan dari musim ke musim berikutnya, Alhamdulillah. Jarak dari rumah hingga sekolah dasar saat itu cukup jauh menghabiskan waktu jalan kaki sekitar satu jam. Kondisi ini tidak menyurutkan semangatku untuk tetap semangat dalam menimba ilmu.

Tak terasa pendidikanku sudah melewati Sekolah Menengah Atas, pengumuman kelulusan telah kuterima. Apa langkah selanjutnya? Tentunya aku ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Jalanku menemui rintangan baru, restu dan izin orang tua belum kudapatkan. Kenapa? Bukan karena tidak mendukung lanjut kuliah tapi alasan ekonomi. Beliau takut jika kuliah nanti akan terhenti ditengah jalan karena kekurangan biaya. Takut mentalku tidak kuat jika dihadapkan situasi demikian.

Aku berusaha meyakinkan mereka tetapi tidak berhasil. Jalan terakhir kutempuh adalah mogok makan berhari-hari, diam namun pekerjaan rumah tetap kubantu. Akhirnya suatu malam aku dipanggil oleh ayah berbicara dan tercapailah kesepakatan karena sifat beraniku. Aku berkata berikan izin untuk mencoba ujian masuk perguruan tinggi satu kali saja, jika gagal maka aku tidak akan meminta untuk kuliah lagi. 

Tuhan memberi jalan keyakinanku itu, aku lolos seleksi satu kali tes di Perguruan Tinggi Negeri serta jurusan impianku yaitu Pendidikan Kimia. Perjuanganku belum selesai, uang pangkal begitu besar membuat orang tuaku menjual ternak yang ada, tidak ada lagi tabungan. Bangku perkuliahan kujalani selama empat setengah tahun setelah melewati berbagai rintangan. 

Selesai wisuda apakah aku langsung dapat kerja? Belum, masih diuji belum mendapatkan pekerjaan selama satu setengah tahun. Aku bukan tidak berusaha tapi memang belum jalannya diberi kepercayaan melakukan suatu tugas. Selama masa itu aku membantu orangtua gembala sapi, bercocok tanam serta kegiatan lainnya. Begitu banyak kata-kata menusuk yang kuterima sehubungan gelar sarjana menggembalakan sapi, panas-panasan di dalam sawah dan lainnya. Apakah ada kesalahan yang diperbuat seorang sarjana melakukan pekerjaan yang selama ini membesarkannya?

Hari terus berlalu, aku mendaftar ke program pemerintahan untuk mengabdi satu tahun di daerah terpencil, terdepan dan terluar Indonesia. Setiap seleksi ketat kujalani, akhirnya diterima dan ditempatkan di Kabupaten Sorong Papua Barat. Kisahnya simak di blog uni ya, hehehe

Reward yang didapatkan dari program tersebut adalah kuliah profesi kependidikan gratis dibiayai oleh pemerintah. Pendidikan berasrama kegiatan penuh dari subuh hingga malam hari. Sedikit waktu luang untuk bermain, setiap jam dilewati dengan belajar, tugas dan kegiatan asrama. Semua bisa dilalui walaupun kendala banyak ditemui. Untuk lulus ujian akhirpun tidak mudah, berkali-kali mengikutinya namun belum semua yang berhasil. 

Sertifikat Pendidik aku peroleh, selembar kertas ini yang menjadi kartu pass dalam seleksi kedua tes pegawai saat itu. Nah, ini yang dipermasalahkan bagi segelintir pihak, tidak terima perlakuan ini. Begitu banyak kata kurang pantas beredar menyikapi kebijakan ini. Mereka yang memiliki sertifikat tetap berjuang kok di seleksi pertama, apa salah mereka menikmati keuntungan yang ada setelah semua yang mereka lewati? Tidak mudah untuk sampai di tahap ini dan memang sudah jalan dan rejeki mereka lewat jalur ini termasuk diriku.

Intinya tak ada yang sia-sia, semua punya cerita dan jalurnya. Jangan merendahkan perjuangan orang lain, kita tidak pernah tahu sakit apa yang telah dilalui. Yuk, selalu positif dan saling mendukung.

Minggu, 11 September 2022

Terpenjara Keadaan

Hai, hai, pernahkah kamu merasa dipenjara? Tidak bisa keluar dari suatu pemikiran yang hanya kamu saja yang tahu? Merasa sesat disuatu tempat atau situasi? Hmm, begitu banyak kondisi yang membuat kita merasa terpenjara. Kali ini mari bercerita tentang  kisah kehidupan yang jauh dari perkembangan teknologi, tidak ada arus listrik dan susah sinyal.

Bernostalgia kembali ke masa dahulu saat mengabdi di salah satu sekolah Kabupaten Sorong, tepatnya di pusat Kecamatan Salawati Selatan yaitu Kampung Sailolof. Apakah aku merasa dipenjara disini? Tentunya tidak, kehidupan bahagia, damai dan dihargai sangat kunikmati dan jalani. Tidak ada kecemasan akan kehidupan sosial yang terjadi, guru adalah posisi paling dihormati. Apapun kendala yang dihadapi oleh seorang guru akan dibantu semaksimal mungkin. Setiap ada panen apapun akan ada titipan orang tua siswa untuk kami, hasil kebun, ikan segar dari laut serta hal lainnya. Oh iya, Sailolof terkenal akan duriannya, enak, manis serta daging yang tebal. 

Jika sudah musim anak-anak di sekolah akan bertanya, "Bu Guru senang duriankah?" Tentunya aku jawab senang makan durian, senang maksudnya disini adalah apakah suka dengan durian. Tanpa diminta sorenya akan datang satu karung durian ke rumah, tidak dari satu orang saja akan tetapi beberapa anak. Hal ini bisa membuatku mengirim durian beberapa karung untuk teman yang mengajar di kota ( istilah untuk pusat kabupaten yang bukan pulau)

Lalu apa hubungannya dengan tema penjara? Kehidupan begitu senang dan bahagia disana. Nah, pendidikan akan terus diperbaharui sesuai perkembangan zaman, teknologi semakin canggih. Kecamatan Salawati Selatan merupakah sebuah pulau yang belum memiliki akses mudah untuk dijangkau. Belum memiliki penerangan listrik, hanya beberapa warga yang memiliki mesin genset. Jaringan internet juga belum memadai disini, hanya beberapa tempat yang bisa terhubung yaitu pinggir pantai. Itupun tidak sepanjang pantai, hanya beberapa spot yang jika handphone bergeser, jaringan langsung hilang.

Hal ini yang membuat merasa terpenjara, jauh dari peradaban yang telah serba canggih. Setiap informasi terlambat didapatkan, harusnya sekarang diterima tiga hari kedepan atau bahkan lebih. Kondisi ini menyebabkan minat belajar serta keinginan untuk lanjut ke tingkat lebih tinggi sangat kurang. Mereka tidak bisa melihat perbandingan bagaimana kehidupan diluar sana. 

Apakah akan menyerah dengan keadaan? Pastinya tidak karena tiada permasalahan yang tanpa jalan keluar.

Yah, telat

Mengikuti tantangan menullis setiap hari yang kedua kali membuatku menetapkan target baru. Tidak boleh ada warna lain selain hijau dan biru yang artinya harus setoran setiap hari tepat waktu, jumlah kata cukup dan sesuai tema pada hari tertentu. Selama 25 hari tercapai apa yang aku inginkan akan tetapi tidak kusangka hari ke-26 aku gagal. 

Kenapa?

Hari ini di sekolah memang tidak ada jadwal mengajar masuk kelas. Pukul 07.05 aku melangkah menuju sekolah yang di halaman rumah. Sepi, belum beberapa orang kulihat hadir di sekitar sekolah. Tak lama berselang satu persatu muncul sebelum bel masuk berbunyi. Akan tetapi masih terasa sepi karena pagi ini dihiasi oleh rintikan kecil hujan, gerimis. 

Pukul 07.15 waktunya untuk melaksanakan apel pagi, biasanya dikumpulkan di lapangan namun kali ini tidak, hujan semakin deras. Jadwal satu jam pelajaran pertama yang direncanakan untuk gotong royong sekeliling kelas batal. Untuk mengisi waktu diberi instuksi membersihkan bagian kelas yang tidak terkena hujan.

Waktu berlalu, pembelajaran berlangsung seperti biasanya setiap Sabtu. Aku yang tidak mempunyai kewajiban masuk kelas, menyelesaikan tugas pelatihan yang sedang kuikuti. Rentetan tugas begitu banyak dan harus praktek agar ilmunya bisa bertahan lebih lama. Pemanfaatan fitur goggle dalam pembelajaran untuk kegiatan belajar lebih efektif serta menarik. Butuh waktu dan effort banyak untuk menyelesaikan tugas setiap pertemuan. Semua kujalani santai tanpa beban berlebihan.

Kepalaku mulai terasa berat, pembahasan di dalam kantor juga terasa berat. Aku melangkah keluar untuk mencari ketenangan sebentar. Eh, baru saja keluar, dipanggil oleh anak-anak untuk ikut bermain volly di lapangan. Berhubung ingin sejenak menghilang dari rutinitas itu, aku bergabung dengan mereka. Apakah pandai bermain? Tentunya tidak, servis saja bukan ke lapangan sebelah malah tinggi ke atas. Begitulah kemampuanku bermain, ikut meramaikan serta have fun saja.

Kita percepat saja hingga pulang ya. Pukul 3 sore aku menginjakkan kaki di rumah, langsung merebahkan badan di kasur. Tubuhku terasa berat serta kepala sangat berat. Aku mencoba untuk istirahat dan tidur akan tetapi tidak bisa. Begitu kondisi hingga Magrib menjelang.

Malamnya aku berencana untuk tidur sejenak dan akan menulis nantinya. Ternyata aku ketiduran dan melewatkan semua kegiatan di malam ini. Makan malam serta rencana menulisku gagal, aku terbangun di waktu sepertiga malam. Akhirnya tulisanku terlambat untuk hari ke-26.

Aku hanya bisa berencana. 


Jumat, 09 September 2022

Ingin Menghilang

 Ada apa dengan hari itu?

Aku berjalan pelan melangkahkan kaki menuju tempat bekerja. Jarak yang sangat dekat membuatku seolah harus selalu jadi tim pertama dan terakhir berada di sana. Kehidupan pribadiku yang masih sendiri menjadi alasan untuk selalu diberi tanggung jawab tanpa bisa beralasan menolak. Adilkah ini?

Ya, memang kepercayaan akan hasil kerja yang sesuai telah kudapatkan. Setiap pekerjaan serta deadline berusaha kuselesaikan sebelum menumpuk. Biasanya semua kulalui penuh semangat tanpa beban.

Namun hari itu terasa berbeda. Langkah kaki gontai seolah tak ingin bertemu rutinitas itu. Aku berjalan pelan menelusuri setiap jejak yang sangat familiar. Ingin aku berbalik kembali ke rumah, bersantai menghabiskan waktu di atas kasur. Melupakan kewajiban, tugas serta tuntutan profesi. Bersenda gurau dalam mimpi, merajut cita impian nan indah. Memblokir semua akses kehidupan di sekitarku.

Semua hanya keinginan tanpa bisa terwujud, tiada keberanian untuk ingkar akan janji yang telah diukir. Janji akan bekerja sesuai surat keputusan yang telah di tanda tangani, pekerjaan impian yang telah dicapai dengan susah payah. Apakah akan menghindar dari sana?

Tiada jawaban yang pasti namun aku tak ingin membohongi diri sendiri. Saat ini aku lelah, bosan dan lemah motivasi untuk tetap powerfull. Butuh ketenangan untuk kembali lagi, mengisi stamina dan mengembalikan pola pikir yang mulai kacau. Dan aku masih bertanya-tanya, apa yang harus aku lakukan?

Aku tak bisa kemana-mana, apakah cukup hanya dengan bermalas-malasan seharian?

Kamis, 08 September 2022

Divisi Infokom

Tidak terasa sudah hari ke-24 tantangan menulis selama 30 hari bersama DWC. Sudah tiga hari ini diberi tema tertentu untuk setiap squad dan hari ini tema untuk squad 3 adalah kemenangan. 

Hmmm, berbicara tentang menang sekilas aku kembali ke kenangan 5 tahun silam dikala masih menimba ilmu keprofesian. Aku bergabung dalam sebuah suborganisasi bernama divisi infokom. Sebenarnya banyak kisah yang dapat dijabarkan dari kumpulan orang-orang ini. Akan tetapi kali ini ingin menceritakan bagaimana arti kemenangan bagi kami.

Sesuai namanya divisi ini bertugas sebagai perpanjangan tangan dalam mencari serta memberikan informasi yang update. Semua hal yang berhubungan dengan semua aktivitas , kegiatan serta pengumuman akan melewatinya.

Nah, lalu apa hubungannya dengan menang?

Jadi begini, Universitas tempat kami menjalani pendidikan profesi mengadakan beberapa event antar divisi dan antar jurusan. Setiap kegiatan yang ada selalu kami ikuti dan mengirimkan perwakilan untuk ikut. Apakah utusan tidak memenuhi syarat? Tentunya memenuhi dong karena divisi kami dipenuhi oleh insan berbakat dan bertalenta. Lalu kenapa selalu kalah? Entahlah, aku pun tidak tahu alasan dibalik itu, sudah takdir barangkali. Hehe.

Akan tetapi tidak boleh jatuh dalam kekalahan yang terus menerus, karena apa? Ya karena kami harus meliput serta melaporkan jalnnya perlombaan dan tentunya para pemenang. Kami bahagia mengumumkan kebahagiaan orang lain. 

Ada satu event yang kami angkat serta di handle langsung oleh divisi infokom. Event itu adalah lomba fotografi serta pelatihan menulis dengan goal buku antologi kisah inspirasi. Pelatihan ini diikuti oleh semua mahasiswa profesi kala itu. Acara kami berjalan dengan sukses serta terkumpul lebih dari 100 buah tulisan. Untuk membuatnya lebih semarak akan ada tulisan terbaik dari juri yang saat itu juga pemateri.

Buku Antologi PPG SM3T V UNP 2017

Tibalah saatnya pengumuman pemenang setelah penilaian kurang lebih satu bulan, Dag-dig-dug, debaran jantung semakin terasa. apakah tulisanku terpilih? atau tulisan salah satu anggota divisi? Berharap setidaknya kali ini ada perwakilan untuk menang.

Eh ternyata, tetap tidak satupun tulisan anggota divisi infokom yang masuk tiga tulisan terbaik. Se-fair itu penilaian tanpa ada kecurangan sedikitpun.  Tetap kami harus berjalan dengan motto "Tidak perlu menang tetapi umumkanlah kemenangan orang lain dengan bahagia". Bukan motto resmi sih, hanya saja untuk menghibur diri.

Jauh di dalam lubuk hari terdalam dan keluar dari mulut masing-masing, infokom adalah pemenangnya. Hanya kami yang mempunyai tour keluar dari padang menghabiskan waktu seharian dan bahkan kena panggil karena telat pulang oleh ibu asrama, hehe.


See you.

Rabu, 07 September 2022

Semua Berproses.

Sering kali dihadapkan dengan penilaian orang lain yang menganggap kesuksesan seseorang diperoleh dari jalan mulus. Tidak Sayang, jangan pernah berpikir untuk meremehkan perjuangan setiap insan. Kita tidak pernah tahu seberat apa beban di pundak yang harus dipikulnya, setinggi apa dinding penghalang yang harus digapai. Cukup beri selamat atas prestasi yang sudah didapatnya, hargai setiap proses panjang yang telah dilalui.

Setiap orang mempunyai pencapaian masing-masing yang tidak harus dibandingkan. Ada yang duluan sukses di karir, keluarga dan lainnya. Hilangkanlah kata "mentang-mentang," ini membuat hati seseorang akan sedih dan sakit. Mari kita berbesar hati akan keberhasilan orang di sekitar.

Sedikit bercerita tentang diri sendiri dan beberapa orang yang sudah mendapat pekerjaan berpenghasilan tetap tiap bulannya namun masih sendiri. Maksudnya disini adalah punya gaji tetap tapi belum menikah khususnya perempuan. Seringkali muncul prasangka kurang baik seiring tingginya pendidikan dan pekerjaan dengan mencari jodoh. Mereka beranggapan terlalu pemilih menerima ajakan laki-laki untuk berumah tangga. Seakan hanya melihat dari segi sosialnnya saja padahal perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Dan yang tidak bisa kita sangkal adalah jodoh sudah ada yang atur, tiada akan tertukar.

Suatu saat akan tiba masa itu, masa berjumpa belahan jiwa yang sejalan, hehe. Bukan menutup hati ya atau mencari dengan standar yang tinggi. Hanya saja memang belum bertemu dia yang sekali lihat membuat hati berdebar. Semua ada proses yang harus di lewati dan tidak semua sesuai denga harapan orang lain. Cukup doakan yang terbaik hingga kisah itu berakhir sempurna dan bahagia.

Jadi berhentilah mempertanyakan hal yang belum bisa dipastikan.

Mohon bersabarlah, bukan karena tidak mau hanya saja belum waktunya saja.

Waktu akan menjawab semua proses panjang setiap langkah dan helaan nafas ini.

Ingatlah, semua orang memiliki proses serta alur cerita masing-masing.

Yuk tetap semangat menjalani kehidupan tanpa ikut campur urusan pribadi orang lain.


Selasa, 06 September 2022

Akhirnya Jadi Anak Kampus

Hello, kali ini kita akan berbagi kisah lainnya tentang bagaimana seorang anak beejuang. Kisah seperti apa yang akan di sampaikan? Yuk, simak!

Terlahir dari keluarga yang ekonomi menengah tidak menyurutkan langkah Sukma untuk berusaha. Segala upaya dan perjuangan di tempuh agar cita yang diimpikan tercapai. Sukma adalah salah satu peserta didik di sekolah tempat aku mengajar. Seperti biasanya jika sudah menginjak masa akhir tingjat SMA mengharuskan untuk memutuskan arah mana yanh harus di tempuh. Apakah hanya sampai di sini atau lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

Aku memang guru BK atau wali kelas yang memiliki wewnang untuk mengarahkan. Akan tetapi setiap masuk kelas, selalu mengingatkan serta memberi motivasi agar tetap lanjut untuk kuliah. ku menjelaskan jika memiliki niat yang kuat, InsyaAllah akan ada jalan untuk mempermudah kita menggapainya. Sukma berkata " Saya mau kuliah Buk, tapi tidak tahu untuk ambil jurusan apa." Dia mempunyai keinginan yang kuat serta dorongan dari orang tua yang selalu mendukung. Nah, rintangan pertama telah dilalui karena disini tingkat minat ke perguruan tinggi masih rendah. Kebanyakan para orang tua juga kurang memberi izin anaknya untuk keluar dari daerah.

Semester genap tidak terasa sudah dijalanani artinya jadwal seleksi masuk Perguruan Tinggi telah dibuka. Apa saja upaya dan rintangan yang Sukma jalani hingga sekarang bisa jadi anak kuliahan? Berikut jabaran perjuangan tiada ujuang seorang anak yang bertekad untuk maju.

Langkah pertama yang dipilih adalah ikut seleksi SNMPTN yang kuota untuk jurusan IPA hanya lima orang satu sekolah. Kebetulan yang berminat untuk ikut hanya sedikit dan dia masuk penjaringan nilai. Drama dimulai, kekalutan tidak tahu memiliih jurusan membuatnya mulai gelisah. "Ibukk, bantuin saya ya, pilihkan satu jurusan yang cocok Buk," rengeknya. Aku tidak langsung memberikan jawaban, dimulai dari menggali minatnya kemana, nanti mau kerja apa dan sebagainya. Finally, dia memutuskan untuk mengambil jurusan pendidikan tapi tidak tahu apa. Aku memberi beberapa pilihan, kemudian ditetapkan Tari dan Bahasa Indonesia. Awalnya ingin tari pilihan pertama akan tetapi passing grade Bahasa Indonesia lebih tinggi, aku sarnkan untuk mengubah urutan prioritas.

Hasilnya apa? Alhamdulillah saat pengumuman kelulusan tertera bahwa Selamat anda lulus tahap administrasi, silahkan lengkapi syarat untuk verifikasi data.

Apakah perjuangannya sampai di sana? Tentunya tidak, babak baru dimulai. Kelanjutannya simak di kisah berikutnya.

Senin, 05 September 2022

Day 2

 


Bagaimana kelanjutan cerita Day 1?
Oh iya, ceritanya belum lengkap ya, hehehe.

Perjalanan hari kedua tidak sesuai dengan rencana awal saat video call. Rute kali ini adalah Harau yang terletak di Payakumbuh kemudian Jam Gadang Bukittinggi. Sebelum Subuh kami sudah bangun dan bersiap untuk berangkat. Tidak lupa sarapan karena target memang tidak makan di jalan, maklum liburan yang low budget. 

Sekitar pukul delapan pagi kami sudah berada di mobil untuk segera memulai cerita hari ini. Berangkat dari Kota Solok, menikmati keindahan pemandangan hamparan Danau Singkarak. Sepanjang perjalanan tidak berhenti mengagumi ciptaan Tuhan yang tiada duanya. 
Untuk menuju Harau, kami mengambil jalur melintasi Tanah Datar dan tembus ke daerah Baso. Suasana dalam mobil tidak pernah diam, begitu banyak hal yang membuat kami tertawa sehingga jauhnya jarak yang ditempuh tidak begitu terasa.

Memasuki kawasan wisata, sungguh tatanan alam di luar nalar manusia. Beberapa pilihan tempat terpampang di depan mata ada air terjun serta taman yang mempunyai berbagai fasilitas. Tujuan pertama adalah air terjun namun tempat pertama penuh sesak dan airnya juga kecil. Kami putuskan untuk menuju tempat selanjutnya, ramai juga karena memang libur akhir semester. Mobil di parkirkan lalu kami menuju salah satu air terjun yang ada. Sebenarnya di kawasan itu terdapat tiga air terjun dengan view yang hampir sama.


Ternyata kami berhenti di air terjun kedua yang aku ketahui di akhir bahwa itu lokasi kedua. Tampilan air terjun yang sangat tinggi menelusuri tebing batuan yang indah. Dibawahnya terdapat kolam kecil nan dangkal, biasa untuk anak-anak mandi bermain air. Sekeliling kolam berjejer penyewaan ban untuk berenang dan pastinya warung makanan juga banyak dong. Oh iya, juga ada flying fox mini memintasi sisi satu ke seberang kolam.

Kami beristirahat serta menikmati dingin dan segarnya cuaca. Memperhatikan kebahagiaan anak kecil bermain air, ingin ikut tapi ya itu hanya untuk anak-anak, malu kalau main juga. Lama mengagumi situasi itu dan tidak lupa untuk jajan. Foto-foto pasti tidak lupa.

Tak terasa hampir memasuki waktu Salat Zuhur, kami memutuskan untuk ke Harau Dream Park. Setelah menunaikan ibadah salat, beberapa orang memilih untuk tetap di kawasan sembari istirahat di bawah rindangnya pohon yang ada. Aku dan 3 orang lainnya memasuki fasilitas yang ada yaitu Kampung Korea dan Jepang. 

Detailnya hingga pulang, next ya.




Minggu, 04 September 2022

Day 1

 Hmmm, hari yang di tunggu datang. Pagi hari Jumat aku mulai berkemas untuk perjalanan tiga hari dua malam. Kebetulan di Sulit Air, pasarnya hari Jumat jadi aku terlebih dahulu belanja kebutuhan dapur untuk satu minggu ke depan. Pulang dari pasar aku memasak sambal untuk hari itu dan persediaan makanan kedua orang tuaku. 

Grup chat Wa sudah mulai ramai berbunyi mengkonfirmasi apakah rencana kami akan terlaksana. Pastinya dong harus terlaksana dan memang cuaca sangat merestui pertemuan kami karena hujan yang beberapa hari ini tiada berhenti namun hari ini terang benderang. 

Hal yang harus ku pikirkan sekaramg adalah bagaimana untuk pergi ke Solok, mkasudnya transportasi apa yang harus kugunakan. Jika ingin menggunakan mobil angkutan, mereka terakhir berangkat tadi paling pukul sepuluh. Jadi aku berencana untuk menggunakan ojek hingga Singkarak lalu sambung dengan angkutan kota ke tujuan. Akan tetapi rencanaku gagal karena ojek tak kunjung kudapatkan. 

Akhirnya aku minta bantuan Ayah untuk menelfon salah saeorang yang biasa antar jemput untuk pergi. Kebetulan beliau bisa dan kami taruk tiga menuju rumah Fia. Oh iya, aku mengajak adikku yang juga libur sekolah sekalian untuk jalan-jalan. Apakah motornya nyaman? Hmm, harus dibuat senyaman mungkin. Perjalanan ke tujuan membuatku lumayan sakit pinggang karena menempuh jarak cukup jauh menghabiskan waktu hampir satu jam.

Magrib menjelang saat aku turun dari motor di halaman rumah Fia. Mereka tidak percaya akan aku yang dalam satu motor bertiga. Ya bagaimana lagi, memang begitu kondisi agar aku tidak gagal ikut dalam kisah kali ini. 

Next detailnya nanti ya. 

Sabtu, 03 September 2022

Lagi!Tiada Rencana


Hai, kembali lagi nih dengan cerita gadis Sorong. 

Liburan akhir semester genap telah tiba yang artinya waktu libur lumayan panjang. Terhitung tiga minggu sejak hasil pembelajaran dibagikan. Apakah langsung pulang kampung? Tentunya tidak karena masih ada tanggung jawab yang belum selesai. Bayangan akan santai sudah menari di anganku seolah memanggil untuk segera. Akhirnya tugas selesai, segala administrasi sudah diserahkan dan I'm free!

Perjalanan pulang ke rumah terasa singkat walaupun menghabiskan 8 jam perjalanan. Berangkat dari dharmasraya menggunakan travel sekitar pukul 10 pagi, turun di Kota Solok pukul dua siang. Aku menunggu mobil angkutan untuk ke sulit Air yang berangkat pukul tiga. Kenapa tidak langsung nyambung aja? Ya, karena itu mobil satu-satunya rute Solok - Sulit Air. Sembari menanti, aku singgah di minimarket untuk membeli cemilan agar tidak bosan. Singkat cerita, habis Asar menapaki langkah di tujuan yakni kediaman orang tua.

Waktu cepat berlalu karena nyaman, rencana liburan yang diangankan pun belum terealisasi. Cuaca tidak mendukung untuk bepergian, hujan, angin tiada berhenti siang dan malam. Akan tetapi suatu siang, handphoneku berbunyi terlihat panggilan video kelompok. Mereka adalah gadis penempatan SM3T Sorong dulu yakni Fia, Revi dan Rizka. 

"Hai Kak, ngapain aja di Sulit Air itu? Ke Solok lah main," sapa Fia. 

Dalam panggilan tersebut ternyata Fia dan Revi bertemu di Kota Solok. Seperti biasa pembicaraan tidak lepas dari mengenang kisah masa lalu di Papua. Tidak lupa menertawakan keadaan sekarang yang tidak jauh berbeda dengan kondisi tempat pengabdian daerah 3T dahulu. Apa ending video call kali ini?

"Kak, yok lah liburan kita," Fia mengusulkan untuk liburan bareng. Bagaimana mungkin? Rizka yang masih berada di daerah lumayan jauh dari pusat Provinsi Riau akan ikut serta. Akan tetapi kesepakatan tercapai dalam tiga hari hari lagi akan berjumpa. 

Ide yang tiba-tiba melahirkan persiapan matang sat-set jadi. Rute perjalanan dua hari yaitu tempat wisata Kab. Solok, Kab. Lima Puluh Kota di akhiri Kota Bukittinggi. Bagaimana tempat menginap? Kebetulan ada rumah Fia yang kosong, intinya bisa kami tempati untuk dua hari tersebut. Akomodasi? Rental mobil dan biaya dalam kata candaan ditanggung oleh Kak Yati dan Kak Rizka.

Ah, nantilah teknis itu dibahas kalau sudah bertemu. Sepakat untuk mewujudkan liburan bareng yang hanya terjadi karena kebetulan Video Call. Takdir memang tidak bisa dilawan karean ada saja jalan mewujudkan hal yang mustahil menurut manusia. 

Bagaimana keseruan kisahnya? Nanti ya, karena saat ini jiwa bercerita lagi terkurung dalam mood kurang bagus, hehe.



 

Jumat, 02 September 2022

Sailolof Squad

Kenapa bisa dinamakan denga Sailolof Squad? Sebenarnya kurang tepat juga sih karena tidak semua anggotanya ditempatkan pengabdiannya di Kampung Sailolof. Akan tetapi dari lima orang, tiga diantaranya berada di Sailolof termasuk diriku. Berhubung di kampung ini pusat kecamatan sehingga fasilitas dan jumlah warga lebih banyak di bandingkan dua kampung lainnya. Hal ini yang membuat tempat aku berada menjadi titik kumpul.

Oke, sekarang mari perkenalkan satu per satu anggota dari squad ini. 


Kita mulai dari yang paling tua ya, hehe. Jika ditilik dari foto di atas kira-kira jelas tidak ya? Posisi di sebelah kananku bernama Agung Mulya, Bang Gung biasa aku memanggillnya. Dia ditempatkan di SMA Negeri 9 Kab. Sorong. Jurusan semasa kuliah adalah geografi di Universita Negeri Padang. 

Bang Gung ini orangnya baik, perhatian dan memperlakukanku seperti saudara kandung sendiri. Selama satu tahun penempatan aku banyak bergantung dan hidup dari bantuannya. Pola pikir dan pandangan kami berdua berbeda, walau sering beradu argumen tapi bisa di selesaikan dengan baik. Tentunya harus ada yang mengalah salah satu demi kebaikan bersama. Intinya, dia menjadi tempatku berbagi dan mengadu berbagai hal, membuatku merasakan bagaimana asyiknya mempunyai kakak.

Selanjutnya diriku sendiri, dari foto terlihat orang yang paling imut, cantik dan manis, ya kan?

Syamsul Hidayati nama yang diberikan orangtuaku. Untuk panggilan tidak ada yang baku, terlalu banyak nama kecil yang aku dapatkan. Dimana bertemu orang baru atau ke tempat baru sering ada panggilan baru. Mau tahu apa? Yati, panggilan paling umum dan biasa ku perkenalkan, Ati, Uni, Kak, Mpok, Yat, Samsul dan lainnya. Bagiku tak mengapa asal bukan panggilan yang buruk. Oh iya, aku jurusan kimia UNP dan juga ditempatkan di sekolah yang sama dengan Bang Agung. 

Next, sebelah kiri mempunyai nama Nanang Septiyadi, jurusan olahraga. Dia mengajar di SDN 01 Kab. Sorong tepatnya Kampung Sailolof. Anaknya asyik, supel, menyenangkan dan selalu positif. Segela sesuatu akan dilihat kebaikannya, tidak ada salahnya kita begini...Nanti pasti ada solusinya dan kata-kata positif lainnya. 

Nah, kami bertiga aku, Bang Gung dan Nanang satu dapur. Artinya, segala sesuatu untuk pengisi perut kami masak bersama di rumah yang ditinggali oleh mereka, sedangkan aku di rumah sebelahnya. Hari-hari lebih banyak kami lewati bersama kecuali saat sekolah dan tidur serta kegiatan pribadi lainnya. 

Di belakang Nanang pada foto itu adalah Fajri Rahmadatul dan sebelahnya Sudarman. Keduanya jurusan olahraga juga di kampus yang sama dengan Nanang yaitu UNP.  Fajri ditugaskan di Kampung Kotlol, Darman di Kampung Djulbatan. Mereka sering datang ke Sailolof untuk sekedar main atau menginap. Terkadang berangkat sekolah dari Sailolof, siangnya kembali lagi.

Hal ini yang membuat kami berlima semakin dekat, merasakan persaudaraan yang erat. Walaupun jauh dari kampung halaman dan merantau ke bagian ujung Indonesia tapi masih bisa merasakan hangatnya rumah. Begitu banyak cerita yang telah kami lewati bersama, setiap momen dan kejadian tidak akan pernah terlupa. 

Kabar baiknya, sekarang kami telah mendapat tanggung jawab dari pemerintah semuanya. Periode pengangkatan yang sama, tersebar ke beberapa sudut negeri. Komunikasi tetap berjalan, silahturrahmi tetap di pupuk. Semoga suatu saat nanti kita bisa berkumpul bersama lagi. Tentunya dengan cerita bahagia masing-masing. Terima kasih telah hadir melengkapi potongan cerita perjalanan hidupku.


Kamis, 01 September 2022

Praktek Pembuatan Tahu

Mengajar di sekolah yang jauh dari fasilitas memadai membuatku harus berpikir kreatif. Ujian praktek kelas XII SMA Negeri 9 Kab. Sorong sudah semakin dekat. Aku diminta untuk mempersiapkan praktek sesegera mungkin. Banyak ide bermunculan akan tetapi karena kurang alat dan bahan membuatku mundur. Akhirnya kuputuskan untuk membuat tahu dengan pertimbangan yang matang. 

Bahan yang diperlukan untuk membuat tahu adalah kacang kedelai dan cuka makan. Aku kebetulan turun ke Kota Sorong untuk membeli bahan yang di perlukan. Waktu yang ditentukan untuk ujian telah tiba, lalu bagaimana alat praktikumnya? Kondisi sekolah yang tidak memiliki aliran listrik tidak memungkinkan untuk menghaluskan kacang kedelai. Kegiatan harus tetap berjalan dengan solusi ujian dilaksanakan di salah satu rumah guru, memakai genset yang ada di salah satu perumahan. 

Alat lainnya seperti blender, kompor serta wajan untuk memasak di bawa oleh masing-masing peserta didik. Mulailah pembuatan tahu diawali dengan menghaluskan kacang kedelai yang telah direndam terlebih dahulu. Setelah kacang halus lalu di saring dan dibuang ampasya. Ekstrak kacang yang didapatkan dipanaskan hingga mendidih lalu di tetesi air cuku sedikit demi sedikit hinggga terjadi gumpalan. Langkah selanjutnya adalah meniriskan air yang tersisa dengan kain saring halus lalu di padatkan gumpalan yang ada. Padatan yang didapatkan dalam kain lalu dinginkan dan jadilah tahu.



Ujian ini bertujuan untuk memberi pengalaman kepada peserta didik, mereka sangat tertarik denga hal baru yang di alami. Secara bergantian mereka mencobakan setiap langkah pembuatannya. Banyak hal menarik yang terjadi selama ujian ini, diantaranya blender yang awalnya tidak bekerja, mesin genset tiba-tiba mati. Akan tetapi tahu berhasil di buat, di goreng serta dinikmati bersama. 


Oh iya, sembari menunggu air rebusan kedelai mendidih beberapa anak memanen singkong yang ada di pekarang rumah. Hanya satu batang mempunyai umbi yang besar dan banyak. Singkong ini di olah menjadi gorengan dan tentunya dilakukan oleh anak. Demikian kisah kali ini.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...