Minggu, 19 Juni 2022

Waisai Part 2


Melanjutkan kisah sebelumnya Waisai Part 1, hempasan ombak yang kuat membuat pusing dan mual. Kuatasi dengan mengoleskan freshcare, nafas terasa sedikit lega. Barang di dalam jolor semakin tak karuan, air tumpah dari dalam panci. Mencoba bertahan namun tidak sanggup lalu berjalan keluar bagian jolor yang terbuka. 

Lepas ombak, kumasuk kembali dan tidur. Matahari pagi muncul kami sampai di dermaga mendekati daratan Waisai. Ternyata ada momen penting yang kulewatkan, sambutan dari lumba-lumba di perairan sana. Sayang sekali ya. Jolor merapat di dermaga, tepatnya disisi pasar. Muatan dibongkar, kami izin ke Om Rani untuk jalan serta meminta petunjuk kondisi jalanan disana. 

Jalan kaki pilihan terbaik karena ingin menikmati kota  ala backpacker. Hal pertama yang dicari adalah mesjid, ingin istirahat dan membersihkan diri. Mesjidnya sangat bagus, bersih dan terawat, nyaman untuk ibadah. Tenaga sudah kembali, pikiran fresh, kami berencana makan terlebih dahulu dilanjutkan jalan ke tempat wisata.

Waisai merupakan Ibukota Kabupaten Raja Ampat, daerah pinggir laut yang dikelilingi perbukitan. Jalan aspal bagus, dua jalur dihiasi tonggak atau apa ya istilahnya, terbuat dari kayu yang ditata sedemikian rupa, cantik. Jangan heran ditemukan banyak penginapan karena memang daerah transit wisatawan ke pulau wisata lainnya seperti Raja Ampat, Misol. 

Rumah makan Sederhana, target tujuan perdana. Pelayanan memakai prinsip ambil sendiri. Mari makan, sambal yang awalnya kukira pedas ternyata manis. Suapan tertahan namun dipaksakan terus mengunyah, lapar dan butuh asupan energi. Sedikit demi sedikit perlahan mengisi perur berakhir tidak habis juga. Nasi plus Es Teh menghabiskan dana kurang lebih 30 ribu rupiah, lumayan mahal. 

Tujuan wisata pertama adalah Pantai WTC, seperti umumnya pemandangan laut dan pasir. Kawasan pantai bagian dalam terdapat dua buah patung lumba-lumba mempunyai ukuran sangat besar. Pohon kelapa, pepohonan lain yang rindang serta rumput ditanam dalam kawasan tersebut. Indah serta nyaman untuk istirahat.

Puas melepas lelah, lanjut keliling untuk melihat daerah itu lebih banyak. Ada gazebo dengan atap khas Papua, dermaga kecil, lapangan beton yang lumayan luas, juga Menara Eiffel ala Waisai. Jalan ke arah kanan mencari WC dan tempat salat ternyata tidak ada. 



Capek mengitari pantai, akhirnya diputuskan pergi untuk lanjut ke Waiwo dan Waigeo.
Bagaimana cerita selanjutnya, tunggu Part 3 ya.

Jumat, 17 Juni 2022

Konsep Buku NonFiksi

Tetesan air hujan kembali membasahi bumi, mendinginkan cuaca yang panas, meredam emosi yang mendalam. Dingin mulai terasa menusuk tulang, hembusan angin pelan menyusup melalui cela ventilasi yang tak tertutup. Kenbali kelas belajar menulis pertemuan ke-14 menghampiri, notifikasi di handphone pun mulai bersahut. 

Pertemuan kali ini dipandu oleh Ibu Lely Suryani yang sangat energik dan penuh semangat. Narasumber yang akan memberikan materi dan informasi malam ini adalah Ibu Musiin, M.Pd. Beliau adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yangmendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Beliau telah berhasil menaklukakan tantangan menulis Prof Eko dan bukunya telah berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya beliau berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Sharing awal dari Ibu Musiin tentang menulis adalah 
Ketakutan di rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:
    • Takut tidak ada yang membaca.
    • Takut ssalah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
    • Merasa karya orang lain lebih bagus.
Menulis menjadi momok yang menakutkan karena harus menghasilkan dan harus mengeluarkan ide. Akhirnya singgah di Kelas menulis Om Jay dan bertemu dengan banyak penulis pemula dan pemateri hebat, salah satunya adalah Prof Eko. Dan cahaya untuk berkarya berasal dari dalam diri  sendiri. Beliau awalnya minder untuk menulis, menjadi berani untuk menulis. Kegiatan menulis ternyata sangat menyenangkan. 

Sungguh pencapaian yang luar biasa ya. Bisa mengalahkan diri sendiri untuk terus berjuang dan berkarya hingga menjadi kebiasaan yang menguntungkan. Semoga kita suatu saat seperti beliau dengan jembatan pelatihan menulis ini. Amin.

Ayo kita masuk pada materi yang dibahas.

Menulislah sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita,  atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Kita semua memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir.

Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena menulis sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS. Sebelum menulis buku, harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis.

Lalu bagaimana jika ingin menulis nonfiksi?Seperti apa cerita atau buku nonfiksi tersebut?

Pola penulisan nonfiksi
  • Pola Hierarkis
Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) Contoh: Buku Pelajaran
  • Pola Prosedural

Buku disusun berdasarkan urutan proses.
Contoh: Buku Panduan

  • Pola Klaster
Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara

 Proses penulisan buku nonfiksi :

  • Pratulis
    • Menentukan tema
    • Menemukan ide
    • Merencanakan jenis tulisan
    • Mengumpulkan bahan tulisan
    • Bertukar pikiran
    • Menyusun daftar
    • Meriset
    • Membuat Mind Mapping
    • Menyusun kerangka

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, diantaranya

      • Pengalaman pribadi
      • Pengalaman orang lain
      • Berita di media massa
      • Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
      • Imajinasi
      • Mengamati lingkungan
      • Perenungan
      • Membaca buku
      • Survey
      • Wawancara

  • Menulis Draf
    • Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
    • Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

  • Merevisi Draf
    • Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
    • Memeriksa gambaran besar dari naskah.
  • Menyunting Naskah
Dalam menyunting naskah, ada hal yang harus diperhatikan sesuai KBBI dan PUEBI
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma

  • Menerbitkan
Untuk menerbitkan  buku tentunya kita harus mempunyai kontak dari penerbit, mengetahui semua prosedurnya dan tentunya biasa yang akan di keluarkan.

Sepertinya mudah ya tapi susah dipraktekkan, seringkali terkena kendala untuk memulai bahkan melanjutkan tulisan yang sudah ada. 

Berikut kendala umum dalam menulis :
  • Hambatan waktu
  • Hambatan kreativitas
  • Hambatan teknis
  • Hambatan tujuan
  • Hambatan psikologis
Jika kita sudah menemukan alasan terkuat untuk apa menulis maka semua hambatan akan ditemukan jalan keluarnya. Tidak apa terkena Writer's Block, segera cari jalan keluarnya, jalan-jalan contonya, hehe.

Motivasi dari Bu Musiin nih, 
Tetaplah setia dengan pilihan dan terus berbuat baik. Tetaplah terus menulis, menulis dan menulis. Semoga tulisan kita menjadi inspirasi orang lain.

 Dari hasil diskusi ada beberapa hal yang penting diantanya :

Ciri-ciri buku nonfiksi adalah sebagai berikut

1. Bahasa yang digunakan formal dan baku.

2. Isi berkaitan dengan fakta.

3. Tulisan bersifat ilmiah populer 

4. Isi diambil dari penelitian atau temuan yang sudah ada

Jenis Buku Non Fiksi

1. Buku Catatan Pelajaran
2. Buku Teks
3. Buku Pelajaran
4. Buku Motivasi
5. Buku Filsafat
6. Buku Sains Populer
7. Kamus
8. Ensiklopedia
9. Biografi
10. Memoar

Wah, begitu banyak info malam ini, terima kasih Bu. 

Kelas X MIA

Penghujung tahun ajaran tak terasa sudah tiba. Menjalani amanah sebagai orang tua di sekolah bagi gadis dan bujang yang masih polos. Wajah lugu baru memasuki usia pendidikan sekolah menengah masih terbayang ketika pertama kali memeperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka. Kelas X MIA dengan jumlah anak 18 orang, delapan perempuan serta 12 lelaki. 

Berbagai tingkah mereka sudah di hadapi, mulai dari yang sedikit-sedikit mengadu, "Buk, pena saya diambil, pulpen saya di sembuyiiin, catatan saya gak dikembaliin" dan berbagia macam aduan lagi. Tipe kalem dan pendiam, nurut aja tiap disuruh, dalam proses pembelajaran pun diam. Banyak tingkah, yang selalu telat dan lainnya.



Tiap anak punya kelebihan masing-masing, tidak ada yang kekurangan, semua spesial. Perlahan kupahami karakteristik setiap siswa dikelas X MIA. Mencoba untuk lebih dekat dan mencari akar masalah bagi anak yang sering terpanggil. Dalam artian kehadiran yang bolong, apel pagi telat bahkan tiba-tiba tidak masuk. 

Apakah ini salah satu bentuk kelalaian sebagai orang tua? Di pertengahan semester dua kehilangan satu anggota kelas. Berhenti melanjutkan menimba ilmu. Upaya yang dilakukan mencari tahu dan mengajak untuk tetap sekolah tapi tekadnya sudah bulat. Berulang kali dicoba tetap tidak berhasil. Sungguh merasa gagal sebagai wali kelas. 

Di penghujung semester dua pun kembali satu orang tidak datang. Surat penggilan sudah dilayangkan untuk orang tuanya namun tak kunjung datang. Kucoba menghubungi lewat chat WhatApp, jawaban yang kuterima pun menorehkan kesedihan. "Saya sudah bicarakan bersama orang tua Buk, Saya memutuskan untuk tidak sekolah, berhenti" Ya Allah, miris dan sedih perasaan ini. Anak yang  masih di usia belia tidak berminat menempuh pendidikan lagi. Ku hanya bisa mendoakan semoga berhasil di luar sana.

 Oh iya, di pertenghan semester satu, warga kelas bertambah tiga orang yang terdiri dari dua cowok dan satu cewek. Akhir semester hanya 19 orang, semoga tetap bersama hingga lulus nanti. Tidak ada lagi pengurangan anggota, Amin.

Banyak sudah momen dan kebersamaan yang telah di lalui. Kedekatan emosional mulai erat dan semakin terbuka akan masalah yang dihadapi. Momen yang paling terasa adalah setiap akhir semester akan menerima banyak surat cinta dari Buk Yati. Teror melengkapi tugas, remedi, praktek dan hal lainnya yang bermasalah dengan guru mata pelajaran.

Semua tak apa, biar bisa diperjuangkan. 

MOMENT LPTQ dan SEKRE


Pak Dosen dan Bu Dosen sudah pulang ke Padang, tinggallah kami. Awalnya diurusin sekarang usahakan sendiri apalagi buat makan. Anak cowok menuntut cewek yang notabene-nya bisa masak karena berada di jurusan bagian tata boga. Aku diam saja seolah tak dianggap bisa memasak. Tak mau banyak kata, memang mereka yang tahu banyak variasi menu dan pastinya terupdate. Aku mah hanya bisa yang sederhana saja, masakan rumahan. 

Suatu siang kulihat rizky dan Bg Rido mau masak nasi, mereka sudah meminjam kompor ke Sahrul yang tinggal di LPTQ. Ya sudah kubantu dan mereka mencari air bagus untuk masak. Saat tahu Aku bisa masak mereka bilang "Kok dak dari patang-patang masak?" Kujawab aja " Kan yang disuruh masak anak yang itu, Aku mah gak dianggap"


Biar sudah agar mereka tahu belum tentu yang diam tidak bisa diandalkan. Jangan lihat dari cover saja. Ku berakhir jadi tukang masak. Menu yang diolah biasa aja untung habis dan meminimalisir pengeluaran. Hal yang paling asyik yaitu saat mau makan bersama  seperti dirumah merasa hangat kekeluargaan. 

Selamat Jalan.

Anggota semakin lama semakin berkurang, satu persatu berangkat ke penempatan. Bagi yang sudah fix kapan jalan, mereka mulai belanja buat keperluan di sana. Menghabiskan uang yang lumayan banyak untuk stok berbulan-bulan.

Momen demikian bukan yang terpenting, di kala mobil angkutan  memasuki pekarangan rasa sedih mulai merasuki hati. Rasa haru akan berpisah seolah akan pergi jauh, memang jauh sih. Setiap kepergian mereka derai air mata menghiasi. Begitu berat, tapi perpisahan tidak bisa tidak terjadi karena memang begitu adanya dan sudah waktunya.



Selamat jalan sampai bertemu nanti di liburan atau saat belanja lagi ke kota.

Rabu, 15 Juni 2022

Pesona Senja Papua

 


Langit memang tak pernah mengecewakan pemujanya. Pagi, siang, sore dan malam selalu ada hal indah untuk dinikmati. Hujan dan panas pun memberikan nikmat tiada tara yang tak dapat dibalas. Kali ini kisah tentang betapa ku terpesona oleh keindahan langit Papua. Menginjakkan kaki ditanah tempat matahari terbenam membuatku terpaku pada berbedanya siluet indahnya alam.

Suatu sore sudah di sekretariat yang di sediakan dinas, cerita detailnya nanti ya. Aku bersama Rizka, Bg Gung, Bg Jon dan Bg Sat kehabisan bahan untuk masak dan beberapa keperluan di dapur. Kami berjalan kaki ke arah belakang sekre seperti yang di tunjukkan oleh warga , toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Selayar namanya. "Dekat saja mo, lurus sini habis tu belok kanan, di ujung jalan" Begitu penjelasan rute. 


Berjalanlah dengan santai namun toko tak kunjung tampak. Setelah tikungan seudah lumayan jauh, jalanan setapak yang penuh dengan debu beterbangan. Sisi kiri jalan hamparan sawah luas membentang dipenuhi padi menguning keemasan. Matahari perlahan turun disisi barat, memenuhi bumi dengan sinar cerahnya. Memberikan manfaat bagi setiap makhluk dunia.

Sembari menikmati keindahan suasana jalanan, terus melangkah jauh ke ujung jalan selanjutnya. Sekilas toko yang akan dikunjungi tidak terlihat. Posisinya tepat berada di tikungan ujung jalan dan tertutup pohon. Matahari hampir menuju peraduannya, tak bisa kuberpaling dari magnet pesona senja itu. 

Di urungkan sejenak langkah kaki, berhenti memandang cahaya mahal yang jarang di temukan di Sumbar sana. Bukan berarti tidak ada sunset, bukan berarti tidak menikmati tampilandi kampung halaman. Langit Papua terasa rendah, ukuran pusat tata surya lebih besar, sangat indah. Hamparan sawah di terpa belaian sinar, tidak bisa di jelaskan dengan kata. Anugerah Tuhan yang tidak akan bisa di beli dan di bayar berapapun. Alhamdulillah.

Foto adalah suatu keharusan, setiap momen di abadikan menjadi kenangan suatu saat nanti saat tak di sini lagi. Sangat bersyukur bisa sampai dibagian timur indonesia secara gratis dan penuh mutiara ini. 


Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...