Senin, 29 Agustus 2022

Di Balik Itu

 Setiap keberhasilan tidak akan didapatkan dengan mudah, akan ada lika-liku perjuangan. Tidak sama untuk semua orang karena latar belakang juga berbeda.

Kembali lagi dengan cerita anak yang lulus kuliah kemarin, Fiqri. Ternyata ada cerita di luar sana yang membuat dia termitivasi untuk bisa lanjut pendidikan. Dia mencurahkan beban mental yang dihadapi sejak sekolah menengah.

Gini, dulu saya entah bagaimana mana orangnya Buk. Memang nggak ada sama sekali niatan mau kuliah bahkan ada niatan putus sekolah ketika udah berhenti satu tahun itu. Waktu itu saya uduk nongkrong di jembatan sendiri tiba-tiba temen saya datang. Nah,  tidak lama ayahnya juga datang menghampiri, entah karena dasar apa beliau berbicara kepada anaknya "nggak usah kamu main sama dia, dia orang nggak benar." Kata-kata itu melontar ke saya, sangat sakit terasa , tapi saya bertekad besok akan membuktikan kata-kata beliau tidak benar. 

Secara tidak langsung ujaran yang dia terima menjadi salah satu motivasi untuk terus maju, seberapa buruk tingkah lakunya sehingga orang berpikiran seperti itu. Tidak hanya sampai disitu, kisah lainnya yang meragukan kemampuannya terus berdatangan. Dia kembali mencurahkan apa yang dirasakan saat berjuang untuk bisa lulus ke jurusan peternakan.

Terus kemarin waktu saya berusaha daftar kuliah, saya sudah mondar-mandir dan  banyak yang bertanya mau ngambil jurusan apa. Saat saya jawab peternakan,  ternyata dari salah satu mereka berbicara di belakang saya, "Fiqri tu nggak akan di terima di semua fakultas, dia nggak akan jadi orang." 
Mendengar itu emosi saya benar-benar tidak bisa ditahan tapi saya juga kepikiran mungkin yang dia omongin benar. Saya termenung, mulai goyah dan mempertanyakan  kemampuan otak saya untuk kuliah. Kondisi mental yang mudah terpengaruh membuat down, tidak yakin untuk lanjut. Beruntung saya memiliki keluarga, saudara dan teman yang sangat support. 
Temen biasa kumpul yang udah lulus duluan mereka bilang, "aku kalo dulu tahu kerja sesusah ini mending aku kuliah," terus dia bilang "ketika SMA pengen cepat-cepat lulus, sudah lulus bingung mau cari kegiatan apa, kerja capek cuma buruh, nggak kerja enggak makan." Mereka nasehati saya suruh kuliah dan akhirnyasaya coba buk, kalau saya lulus saya lanjut kalau enggak ya nerima takdir tuhan, dan akhirnya keterima di fakultas yang saya inginkan.

Begitu banyak beban dan penilaian orang lain, membuat semangat yang sedang berkobar menjadi redup. Dua sisi kehidupan akan selalu berdampingan, saat satu bagian meragukan bagian lain akan menguatkan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...