Senin, 27 Juni 2022

Beda Seolah Kembar?


Pernahkah mempunyai seseorang belum kenal lama tapi terasa dekat? Tanpa menceritakan isi hati tapi saling mengerti? Aku punya cerita, yuk disimak!

Entah disebut teman atau apa, aku tak tahu menamai hubungan ini. Diawali pertemuan 2015, itu pun detail awalnya entah bagaimana. Tiada kesamaan, kedekatan dan latar belakang yang akan membuat satu. Semakin kesini, tak disadari style mirip tanpa perencanaan.

Permulaan kisah saat prakondisi, salah satu tes kecakapan hidup dalam rangkaian seleksi peserta untuk berangkat ke Sorong. Dimulai dari kamar yang tidak hanya beda kamar saja tetapi malah beda gedung dimana aksesnya lumayan jauh. Itu pun tidak hanya berdua saja kemana mana, selalu bertujuh. Memang klop aja, tak mengerti juga sih ada apa.

Keberangkatan ke Sorong, beda tempat duduk, pesawat tapi tetap aja ada momen. Seolah waktu mengerti kapan bisa bertemu serta bercengkrama. Tempat mengabdi di Sorong jauh berbeda , satu di kota hingga satu lagi jauh di pulau sana. Komunikasi kurang lancar, saling berkabar dan menanya keadaan minim sekali, tapi ya gitu kalau udah ketemu ya langsung santai aja.

Oh iya, Rizka Fadilla nama teman tersebut, jurusan Sosiologi lulusan Universitas Negeri Padang. Kepribadian kami tak sama. Pola makan berbeda, aku sangat menyukai sayur tapi dia tidak suka sama sekali. Cara berpakaian, aku senang memakai rok, penampilan feminim sedangkan satunya tomboi. Akan tetapi kenapa bisa satu pakaian bersama? Kenapa malah di bilang kembar? Entahlah, di cari pun persamaan tak ada.

Mungkin ini yang dinamakan saling melengkapi? Saling mengisi? Menutupi kelemahan masing-masing dengan perbedaan. Saat bersama menjadi hal serasi, tidak mengharuskan bercerita banyak. Apa yang dirasa, diperlukan seolah sudah tahu. Sungguh, bagian kosong atas kekurangan terisi penuh karena keberadaan teman sejalan. Kita tidak bisa menentukan siapa, jalani saja karena waktu akan menjawab.


Selesai pengabdian satu tahun, kami diberikan hadiah istimewa yang memang sudah dijanjikan. Kuliah kembali dalam program Pendidikan Profesi Guru (PPG) secara gratis. Kampus menempuh pendidikan lanjutan inipun tidak sama. Rizka di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), aku di Universitas Negeri Padang (UNP). 

Terpisah lagi, di era teknologi yang sudah berkembang pesat. Jaringan lancar, koneksi tak terhambat tetapi komunikasi kami tetap sekedar saja. Bertanya kabar, lancar kuliahnya, kapan pulang, bagaimana di sana. Susah sekali untuk berkabar, hanya saja saat ada masalah selalu menemani dari jauh. 

Alhamdulillah, kami diberi amanah mengabdi kembali hingga usia pensiun. Pengangkatan tahun 2019, sekolah penempatan sekarang jauh berbeda. Kebalikan kondisi saat di Sorong, aku daratan dikelilingi sawit sedangkan Rizka di pulau. Akses yang membutuhkan waktu dan mental yang kuat agar sampai di sana. 

Tapi kok serasa satu "parasaian"? 

Komunikasi sekarang tak memakai kata basa basi nanya kabar. Tanpa pendahuluan, langsungg to the point. Tugas, kondisi hati bahkan keluhan sama, saat bercerita seakan berbagi satu pikiran dan hatiPertemuan pun tiada direncanakan. Eh pas ketemu, skip tanya kondisi, bercerita seolah baru bertemu kemarin.

Semoga hubungan ini akan selalu bertahan. Cukup saling mengisi kekosongan tanpa ikut campur kehidupan pribadi. Tetap menjalani pertemanan yang tidak memaksa untuk berbagi sampai salah seorang inisiatif membagi kisahnya. Kurangnya komunikasi dan tatap muka bukan penghalang kedekatan secara emosional.


Minggu, 26 Juni 2022

TUGU PAWBILI

 

Hello, kembali lagi cerita momen di Sorong.

Malam itu Aku, Rizka dan Fia merencanakan untuk jogging besok pagi ke alun-alun Aimas, Ibukota Kabupaten Sorong. Kebetulan kami menginap di kontrakan Rizka yang jarknya tidak begitu jauh. Kondisi saat aku proses pemulihan dari sakit malaria yang sempat menerjang.  Selepas subuh kami berangkat jalan pagi dengan semangat. Melihat kondisi jalanan Aimas di kala matahari baru akan menampakkan pesonanya. 

Jalanan besar di kiri kanan dipenuhi ruko dan perumahan warga masih sangat sepi. Bisa dibilang belum ada kehidupan berjalan. Menikmati udara pagi yang segar, nyaman dan tenang. Suasana damai menambah keseruan jalan kali ini. Tak disangka di tengah perjalanan bertemu dengan Bang Satriyadi, salah satu peserta SM3T Sorong lainnya. Lebih asyik nih, tambah ramai serta ada cowok juga. 

Sesampai di alun-alun, kami memutuskan untuk lanjut ke salah satu ikon Kabupaten Sorong yaitu Tugu Pawbili. Tugu ini terletak pada Kilo 18, perbatasan antara Kabupaten dan Kota Sorong. Terdapat  tulisan berbeda disetiap sisi yaitu Pawbili, Watusak dan Mawatambik. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kab. Sorong serta pom bensin berada disekitar tugu tersebut.




Saat itu tugu sudah perbaikan memakai cat baru serta pagar. Warna cat yang kuning keemasan diterpa sinar matahari menambah kecantikan viewnya. Tak lupa dokumentasi untuk kenangan nanti kalau sudah pulang ke Sumatera lagi. 

Puas istirahat sembari mengagumi tempat sejarah tersebut, kami putuskan untuk pulang kembali. Perjalanan kembali dilalui dengan santai dan penuh cerita, canda tawa serta rencana selanjutnya. Tak lupa untuk mengisi energi, tentunya sarapan.

Sekian dulu cerita hari ini, tak bisa jabarkan lebih detail karena ingatan sudah semakin pudar. Maklum sudah mulai menua, hehe.




Indikator Alami Asam Basa

     

Hai, kembali lagi bercerita, kali ini tentang kegiatan di labor.

Mata pelajaran kimia yang identik dnegan praktikum mengharuskan guru untuk kreatif dalam menyusun bahan ajar. Kondisi sekolah yang minim akan sarana dan prasarana labor, membuat saya berpikir supaya praktikum tetap berjalan. Setidaknya memberi pengalaman busat peserta didik melakukan percobaan dan mengenal alat sederhana. 

Salah satu materi kelas XI adalah indikator asam basa. Terkadang dalam kehidupan sehari-hari kita perlu menentukan apakaah suatu zat itu bersifat asam atau basa tapi kita tidak memiliki alat untuk mendeteksinya. Solusi yang bisa dilakukan adalah menggunakan indikator alami yang biasanya digunakan adalah bunga berwarna. Bunga apa saja yang dapat di gunakan? Nah, berikut percobaan tentang uji indikator tersebut di kelas XII MIA sebagai ujian praktikum akhir sekolah.

Tujuan praktikum adalah mengelompokkan bunga yang bisa digunakan sebagai indikator.
Alat dan Bahan :
  • Lumpang dan alu
  •  Pipet tetes
  •  Tabung reaksi
  • Bermacam bunga
  • Asam Klorida
  • Natrium Hidroksida
Langkah praktikum :
a.   Haluskan bunga hingga menghasilkan ekstraknya
b.   Ambil sampel dengan pipet tetes masukkan kedalam 2 tabung reaksi
c.     Tambahkan beberapa asam dan basa alami kedalam masing – masing tabung
d.      Amati perubahan warna warna larutan
e.     Catat hasil percobaan kedalam tabel

Tabel pengamatan hasil percobaan 

No

Indikator Alami

Warna

Warna ditambah Asam

Warna ditambah Basa

1

 

 

 

 

2

 

 

 

 

3

 

 

 

 

4

 

 

 

 

5

Peserta didik saya bagi menjadi 3 kelompok. Praktikum dimulai tepat saat saya membagikan alat, bahan serta lembar kerja. Mereka sangat antusias dan bersemangat melaksanakan praktek ini. Apalagi dengan hasil yang didapatkan. Perubahan warna yang terjadi saat asam atau basa diteteskan ke sampel sungguh menakjubkan.

Beberapa hasil percobaan peserta didik, sebelah kiri di tambah asam, kanan basa.












Jumat, 24 Juni 2022

Bianglala?

Sumber : Orami

Mengisi waktu liburan sekolah sudah seperti rutinitas untuk pergi ke taman bermain. Begitu banyak wahana  dalam taman tersebut yang dapat dinikmati oleh anak-anak hingga dewasa.

Sejujurnya aku belum pernah menaiki bianglala, bahkan hanya tahu bentuknya dari foto, video serta berita yang tersebar di media. Kenapa bisa? Ya, berasal dan tumbuh dari orang tua petani yang tinggal di pelosok daerah membuatku kurang update dulunya. Sehingga uforia liburan ke taman dengan wahana yang super tidak pernah kunikmati. Kuliah ke ibukota provinsi, tak menumbuhkan minat dan memang kala itu belum ada.

Untuk dapat bercerita sekarang, kucari di-google, apa sebenarnya bianglala tersebut. Menurut travel.detitk.combianglala awalnya bukanlah jenis wahana, melainkan nama dari kincir raksasa di Dufan. Bisa jadi, kincir raksasa tertua Indonesia di Dufan inilah yang menjadi pelopor penggunaan kata bianglala, yang kini lazim digunakan untuk menyebut wahana kincir raksasa di berbagai lokasi di Tanah Air.Bianglala sendiri berarti pelangi. Hal ini ditunjukkan dengan warna gondola bianglala yang berwarna-warni seperti pelangi. 

Bagaimana ya rasanya naik kincir tersebut? Apakah tidak pusing dan mual? Benarkah pemandangan di atas sana menakjubkan? Entahlah, semoga suatu saat kesampaian mencoba. Tempat wisata tak jauh dari kampung sebenarnya sekarang sudah memiliki wahana tersebut. Akan tetapi belum ada waktu dan kesempatan untuk berkunjung.

Bagi yang menaiki bianglala, akan memutari sumbu dari kincir. Dimulai dari bagian paling bawah hingga perlahan ke puncak terus ke bawah lagi. Prinsip kerjanya bisa diibaratkan dengan kehidupan yang kita jalani. Setiap lika-liku kejadian dalam hidup menghadapkan kita ke berbagai keadaan. 

Ada masanya pada kondisi terpuruk, lemah dan tak berdaya. Hal yang harus dilakukan adalah selalu bangkit, jangan berlama-lama dalam lubang itu. Istirahat di saat lelah namun jangan berhenti. Sebaliknya kejayaan menghampiri, semua lancar tak ada hambatan berarti. Kala berada atas, jangan merasa angkuh, sombong dan lupa diri. Tetaplah bersyukur dan rendah hati. 

Mengenal Penerbit Indie

Hai, tak terasa sudah menjelang tujuh belas pertemuan pelatihan menulis bersama PGRI ini. Waktu yang berlalu sekilas hanya berlalu dalam ingatan. Terbiasa membersamai hari Senin, Rabu serta Jum'at setiap pukul 19.00 WIB bersama moderator dan narasumber hebat. Tak lupa peserta gelombang 25 yang selalu semangat dan berlomba untuk menyelesaikan resume duluan. Pemenang adalah yang jaringannya stabil. 

Moderator malam ini adalah Ibu Lely Suryani. Pelatihan di buka dengan semangat yang membara, membagi pengalaman beliau dalam dunia literasi serta dunia lainnya sehingga bisa menjadi terkenal seperti sekarang. Moderasi yang penuh semangat dan ceria, khas Bu Lely.

Narasumber yang akan membagi ilmu ialah Bapak Mukminin, S.Pd.,M.Pd. 
Bapak Mukminin alias Cak Inin
Yuk kenalan sekilas dengan narasumber kita kali ini.
Cak Inin adalah nama panggilan beliau, lahir 57 tahun yang lalu di Jombang Jawa Timur. Menjadi guru SMP adalah pekerjaan tetapnya, dan  ber macam - macam pekerjaan lain yang  berada dipundaknya.

Dalam dunia literasi, sebagai lulusan S2 dari  Jurusan  Pendidikan  Bahasa dan Sastra Indonesia, tentu tak diragukan lagi kemampuannya. Apalagi sebagai  seorang Direktur Penerbit Buku  Kamila Press Lamongan, tentu semakin menambah kekuatan untuk  menjulangkan kiprahnya di dunia literasi.

Penasarankan? Simak selanjutnya di CV Cak Inin .

Pembukaan pelatihan, Cak Inin memberi tantangan kepada peserta untuk dapat menyebutkan empat alasan mengapa menulis. Tentunya dengan hadiah buku terbaru beliau.

Materi malam ini adalah mengenal penerbit indie, namun motivasi sangat banyak beliau bagi untuk mensupport penulis pemula dan peserta.
Kata-kata motivasi dari beliau sungguh menggugah hati, Mari sama-sama kita simak dan pahami ya.

Pada zaman melinial ini semua org bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yg kita bayangkan. Apalagi sbg seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki byk kisah dan pengalaman inspiratif tersebut perlu kita tulis dan terbitkan buku  menjadi yg bermanfaat bg orang lain/ pembaca. 

Untuk bisa terlatih menulis memang butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis.

Berbicara motivasi, ada banyak kata-kata agar kamu terus semangat menulis. Melalui kata-kata mutiara tentang menulis bisa menjadi motivasi agar sukses dalam berkarya.

Untuk mewujudkan itu  memang butuh ketekunan,  perjuangan dan juga tekad serta  motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis.

 Setelah kita mengetahui apa tujuan menulis, apa motivasi untuk menulis dan goals apa yang diharapkan, barulah mmepelajari tentang menulis dan penerbit.

Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan Buku yang Tepat

  • Prawriting
    • Tahap awal penulis mencari ide apa yang akan ditulis dg peka terhadap sekitar ( Pay attention).
    • Penulis hrs kreatif menangkap fenomena yg terjadi di sekitar untuk menjadi tulisan.
    • Penulis banyak membaca buku.
  • Drafting
Penulis mulai menulis naskah buku sesuai  yang dengan apa yang disukai ( pasion). Boleh menulis artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya dg penuk kreatif merangkai kata, menggunakan majas, dan berekpresi untuk menarik pembaca.
  • Revisi
Setelah naskah selesai maka kita lakukan revisi naskah. Merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan, naskah mana yang perlu dibuang,   naskah mana yg perlu ditambahkan. 
  • Editting/ Swasunting
Setelah naskah direvisi maka masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan. Hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pada kalimat. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "Swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit, kan malu kalau banyak kesalahan. Maka penulis dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EBBI. 
  • Publikasi
Jika tulisan yg berupa naskah buku sudah yakin maka memasuki tahap Publikasi atau penerbitan  buku.

Lalu bagaimana cara kita mencari dan mengetahui penerbit?

Berikut perbedaan Penerbit Mayor dengan Penerbit indie menurut narasumber kita:

  • Jumlah Cetakan  
    • Penerbit mayor

Mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.

    • Penerbit indie :

Hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll.

  • Pemilihan Naskah yang Diterbitkan
    • Penerbit mayor : 

Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan.

    • Penerbit indie : 
Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti kami terbitkan. Kami adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

  • Profesionalitas
    • Penerbit mayor : 

Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.

    • Penerbit indie : 

Kami pun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit Bapak Ibu dan Saudara-saudara. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus). Kami jaga mutu Cover bagus cerah mengkilat isi buku kertas cokal halus awet ( bookpapar). 

  • Waktu Penerbitan
    • Penerbit mayor : 

Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

    • Penerbit indie :

Tentu berbeda kami akan segera memproses naskah yang kami terima dengan cepat. Dalam hitungan minggu bukumu sudah bisa terbit. Karena memang, kami tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Kami menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga kami tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku. 

  •  Royalti
    • Penerbit mayor : 

Kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.

    • Penerbit indie : 

Umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter, status, dll

  • Biaya penerbitan
    • Penerbit mayor : 

Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit. 

    • Penerbit indie : 

Berbayar sesuai dg aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama. 

Ayook kenalan dengan Penerbit kepunyaan Bapak Mukminin, yaitu CV Kamila Press Lamongan yang merupakan penerbit indie yang banyak diminati oleh penulis untuk menerbitkan karyanya.


Nah, ini syarat untuk bisa menerbitkan buku dengan CV Kamila Press :

  • Kirimkan naskah lengkap mulai judul, kata pengantar, daftar isi, naskah lengkap sesuai urutan daftar isi, daftar pustaka, biodata penulis dg fotonya dan Sinopsis ( ditempatkan di cover belakang). Kalau ada Endors dari pakar ( orang ahli).
  • Ketik  A5 ukurannya 14,8 x 21 cm, spasi 1,15 ukuran fon 11 dan margin kanan 2 cm, kiri 2 cm, atas 2 cm dan bawah 2 cm. Gunakan huruf Arial, calibri atau  Cambria dan masukkan dalam 1 file kirim ke WA  atau email gusmukminin@gmail.com
  • Untuk judul dan Cover. 
    • Untuk judul kalau kurang pas saya membantu mengusulakan kepada Bapak Ibu judul yang menarik. 
    • Cover buku boleh  sudah Bapak ibu buat kami tinggal poles biar cantik dan menarik dg kesepakan Bpk ibu. 
    • Cover minta kami buatkan. Siap. 

Selain mendapat fasilitas buatkan cover buku, layout, edit dan ISBN penulis juga dapat PO ( Pre Order ) promo buku dengana harganya serta dapat sertifikat dari penerbit yang kerja sama dengan  pencetakan.

Fasilitasnya adalah dibuatkan cover buku, sertifikat Penulis buku, PO buku.

Sungguh materi yang bermanfaat bagi kita yang baru merintis menjadi penulis.

Motivasi penutup dari beliau

Tiada kata terlambat untuk menulis dan terbitakan buku, tulislah sgr apa yg Anda suka, Anda dengar, Anda lihat, Anda rasakan untuk berbagi kebaikan ( Cak Inin)
Torehkan penamu dari jejak kakimu, siap tahu jadi penolongmu ( Cak Inin)
Kalau Anda ingin panjang umur , maka menuliskah ( Cak Inin)

See you next.



Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...