Senin, 20 Juni 2022

SISTEMATIKA SUSUNAN BUKU


Pertemuan ke-15 tak terasa sudah datang, menemani malam pertama libur semester ini. Dipandu oleh Mr. Brams nama beken beliau. Untuk lebih kenal dan familiar dengan karya beliau silahkan intil ke http://penamrbams.id/.

Pemateri malam ini adalah Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd. Lengkapnya tentang beliau simak di blog https://romadean.blogspot.com/2021/01/profil.html.
Dikunjungi, simak, sukai dan subscribe yaaa, bagikan juga biar lebih banyak yang tahu.

Beliau merupakan peserta guru penggerak angkatan 4, sehingga buku yang beliau susun juga berhubungan dengan program tersebut.
Lalu apa saja langkan menulis buku yang sistematis?
  • Pertama harus mempunyai ide yang akan di kembangkan tentunya
  • Harus mempunyai naskah dalam ukuran kertas A5 minimal 40 halaman sesuai standar UNESCO
  • Manfaatkan fitur yang ada di microsoft word
Metode apa yang bisa digunakan? Simak cara dari microsoft word berikut:
  • Tuliskan judul, atur rata tengah
  • Kata Pengantar
  • Daftar Isi
  • Daftar Tabel
  • Daftar Gambar
  • Bab I
  • Bab II
  • Bab III
  • Bab IV
  • Indeks
  • Daftar Pustaka
Untuk membuat daftar isi otomatis, blok semua kemudian klik heading 1 lalu rapikan.
Kemudian untuk subjudul, blok tulisan kemudian klik heading 2.

Bagaimana menu lainnya?Sistematika lainnya?
Simak video berikut :
atau 
Penjabaran yang sangat jelas dalam video tersebut sangat membantu kita untuk sistematika penulisan.

Semoga membantu dalam penulisan naskah buku yang akan segera kita terbitkan.
InsyaAllah.

Penutup dari narasumber
Semoga kegiatan malam ini bisa memberi manfaat bagi kita semua. Menulislah, nikmati prosesnya, pantang mundur sebelum buku terbit ber-ISBN. Menulislah bukan karena angka kredit, tapi menulislah sebagai bagian pelayanan hidup.


 

Minggu, 19 Juni 2022

Waisai Part 3


 Bagaimana kelanjutan kisah Waisai Part 2? Yuk simak cerita dibawah ini.

Keluar dari kawasan Pantai WTC, kami mencari akses menuju Waiwo. Berhubung tidak ada angkutan umum, maka memutuskan naik ojek yang ternyata tarifnya sangat mahal. Lima puluh ribu hanya antar saja, belum lagi jasa menunggu hingga selesai, Akhirnya batal memakai jasa tersebut. Kemudahan datang, Tukang Ojek tersebut kembali menawarkan sewa dua motor 200 ribu dengan batas waktu pengembalian sebelum Magrib.

Selesai salat Zuhur kami berangkat menuju tempat wisata tersebut. Kondisi jalan masih seperti di kampung, naik turun. Jarak tempuh lumayan jauh disuguhi pemandangan bukit sebelah  kanan dan laut sebalinya sebelah kiri. Disatu titik saat teman yang membawa motor terpaku melihat laut, tidak menyadari ada lubang. Hampir saja jatuh, untung segera bisa menguasai motor menjadi stabil kembali. Alhamdulillah.

Sesampai ditempat tujuan, Waiwo yang mempunyai hal menarik untuk dilakukan. Apakah itu? Memberi makan ikan. Roti sudah disiapkan dan pemandangannya laut lepas nan biru menghiasi spot tersebut. Ikan sangat jinak, begitu potongan roti dilempar ke laut, muncul berbagai jenis dan warna ikan. Sungguh membuat takjub, air jernih dan bersih menambah keindahan pemandangan. Betapa masih asri serta kaya laut Papua. Semoga dapat terjaga kelestariaan nan elok ini.

Sayang, tidak banyak waktu untuk dihabiskan di sana, perlahan beranjak untuk tempat selanjutnya. Oh iya, kawasan Waiwo merupakan penginapan yang di rapi dan asri. Tempat inap dibuat dari kayu yang dicat sesuai warna dasar kayu. Sungguh indah dan nyaman, Suatu saat ingin menikmati momen rumah serasa di hutan, disuguhi pemandangan laut dihiasi pasir putih.

Next trip, pantai lain tempat mandi-mandi karena pasirnya yang luas. Pantai Cemara, begitu nama tertera dari luar. Tempat ini dipenuhi oleh wisatawan dengan aktivitas masing-masing. Laut bersih serta biru terpampang nyata, degradasi warna sangat jelas. Mulai warna biru laut dangkal, agak dalam, dalam dan dangkal lagi. Entah bagaimana bisa ada tumpukan pasir putih ditengah lautan luas, kuasa Tuhan tiada tara.

Hari semakin berlalu, perjalanan pulang terasa panjang. Selepas magrib mengisi perut yang kelaparan dengan bakso. Malam menjelang, baru menyadari di mana akan tidur? Penginapa? Ah, tidak sanggup membayar. 

Penasaran kisah seterusnya? Lanjut part terakhir ya, part 4.
See You.




Waisai Part 2


Melanjutkan kisah sebelumnya Waisai Part 1, hempasan ombak yang kuat membuat pusing dan mual. Kuatasi dengan mengoleskan freshcare, nafas terasa sedikit lega. Barang di dalam jolor semakin tak karuan, air tumpah dari dalam panci. Mencoba bertahan namun tidak sanggup lalu berjalan keluar bagian jolor yang terbuka. 

Lepas ombak, kumasuk kembali dan tidur. Matahari pagi muncul kami sampai di dermaga mendekati daratan Waisai. Ternyata ada momen penting yang kulewatkan, sambutan dari lumba-lumba di perairan sana. Sayang sekali ya. Jolor merapat di dermaga, tepatnya disisi pasar. Muatan dibongkar, kami izin ke Om Rani untuk jalan serta meminta petunjuk kondisi jalanan disana. 

Jalan kaki pilihan terbaik karena ingin menikmati kota  ala backpacker. Hal pertama yang dicari adalah mesjid, ingin istirahat dan membersihkan diri. Mesjidnya sangat bagus, bersih dan terawat, nyaman untuk ibadah. Tenaga sudah kembali, pikiran fresh, kami berencana makan terlebih dahulu dilanjutkan jalan ke tempat wisata.

Waisai merupakan Ibukota Kabupaten Raja Ampat, daerah pinggir laut yang dikelilingi perbukitan. Jalan aspal bagus, dua jalur dihiasi tonggak atau apa ya istilahnya, terbuat dari kayu yang ditata sedemikian rupa, cantik. Jangan heran ditemukan banyak penginapan karena memang daerah transit wisatawan ke pulau wisata lainnya seperti Raja Ampat, Misol. 

Rumah makan Sederhana, target tujuan perdana. Pelayanan memakai prinsip ambil sendiri. Mari makan, sambal yang awalnya kukira pedas ternyata manis. Suapan tertahan namun dipaksakan terus mengunyah, lapar dan butuh asupan energi. Sedikit demi sedikit perlahan mengisi perur berakhir tidak habis juga. Nasi plus Es Teh menghabiskan dana kurang lebih 30 ribu rupiah, lumayan mahal. 

Tujuan wisata pertama adalah Pantai WTC, seperti umumnya pemandangan laut dan pasir. Kawasan pantai bagian dalam terdapat dua buah patung lumba-lumba mempunyai ukuran sangat besar. Pohon kelapa, pepohonan lain yang rindang serta rumput ditanam dalam kawasan tersebut. Indah serta nyaman untuk istirahat.

Puas melepas lelah, lanjut keliling untuk melihat daerah itu lebih banyak. Ada gazebo dengan atap khas Papua, dermaga kecil, lapangan beton yang lumayan luas, juga Menara Eiffel ala Waisai. Jalan ke arah kanan mencari WC dan tempat salat ternyata tidak ada. 



Capek mengitari pantai, akhirnya diputuskan pergi untuk lanjut ke Waiwo dan Waigeo.
Bagaimana cerita selanjutnya, tunggu Part 3 ya.

Jumat, 17 Juni 2022

Konsep Buku NonFiksi

Tetesan air hujan kembali membasahi bumi, mendinginkan cuaca yang panas, meredam emosi yang mendalam. Dingin mulai terasa menusuk tulang, hembusan angin pelan menyusup melalui cela ventilasi yang tak tertutup. Kenbali kelas belajar menulis pertemuan ke-14 menghampiri, notifikasi di handphone pun mulai bersahut. 

Pertemuan kali ini dipandu oleh Ibu Lely Suryani yang sangat energik dan penuh semangat. Narasumber yang akan memberikan materi dan informasi malam ini adalah Ibu Musiin, M.Pd. Beliau adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yangmendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Beliau telah berhasil menaklukakan tantangan menulis Prof Eko dan bukunya telah berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya beliau berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Sharing awal dari Ibu Musiin tentang menulis adalah 
Ketakutan di rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:
    • Takut tidak ada yang membaca.
    • Takut ssalah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
    • Merasa karya orang lain lebih bagus.
Menulis menjadi momok yang menakutkan karena harus menghasilkan dan harus mengeluarkan ide. Akhirnya singgah di Kelas menulis Om Jay dan bertemu dengan banyak penulis pemula dan pemateri hebat, salah satunya adalah Prof Eko. Dan cahaya untuk berkarya berasal dari dalam diri  sendiri. Beliau awalnya minder untuk menulis, menjadi berani untuk menulis. Kegiatan menulis ternyata sangat menyenangkan. 

Sungguh pencapaian yang luar biasa ya. Bisa mengalahkan diri sendiri untuk terus berjuang dan berkarya hingga menjadi kebiasaan yang menguntungkan. Semoga kita suatu saat seperti beliau dengan jembatan pelatihan menulis ini. Amin.

Ayo kita masuk pada materi yang dibahas.

Menulislah sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita,  atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Kita semua memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir.

Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena menulis sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS. Sebelum menulis buku, harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis.

Lalu bagaimana jika ingin menulis nonfiksi?Seperti apa cerita atau buku nonfiksi tersebut?

Pola penulisan nonfiksi
  • Pola Hierarkis
Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) Contoh: Buku Pelajaran
  • Pola Prosedural

Buku disusun berdasarkan urutan proses.
Contoh: Buku Panduan

  • Pola Klaster
Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara

 Proses penulisan buku nonfiksi :

  • Pratulis
    • Menentukan tema
    • Menemukan ide
    • Merencanakan jenis tulisan
    • Mengumpulkan bahan tulisan
    • Bertukar pikiran
    • Menyusun daftar
    • Meriset
    • Membuat Mind Mapping
    • Menyusun kerangka

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, diantaranya

      • Pengalaman pribadi
      • Pengalaman orang lain
      • Berita di media massa
      • Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
      • Imajinasi
      • Mengamati lingkungan
      • Perenungan
      • Membaca buku
      • Survey
      • Wawancara

  • Menulis Draf
    • Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
    • Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

  • Merevisi Draf
    • Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
    • Memeriksa gambaran besar dari naskah.
  • Menyunting Naskah
Dalam menyunting naskah, ada hal yang harus diperhatikan sesuai KBBI dan PUEBI
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma

  • Menerbitkan
Untuk menerbitkan  buku tentunya kita harus mempunyai kontak dari penerbit, mengetahui semua prosedurnya dan tentunya biasa yang akan di keluarkan.

Sepertinya mudah ya tapi susah dipraktekkan, seringkali terkena kendala untuk memulai bahkan melanjutkan tulisan yang sudah ada. 

Berikut kendala umum dalam menulis :
  • Hambatan waktu
  • Hambatan kreativitas
  • Hambatan teknis
  • Hambatan tujuan
  • Hambatan psikologis
Jika kita sudah menemukan alasan terkuat untuk apa menulis maka semua hambatan akan ditemukan jalan keluarnya. Tidak apa terkena Writer's Block, segera cari jalan keluarnya, jalan-jalan contonya, hehe.

Motivasi dari Bu Musiin nih, 
Tetaplah setia dengan pilihan dan terus berbuat baik. Tetaplah terus menulis, menulis dan menulis. Semoga tulisan kita menjadi inspirasi orang lain.

 Dari hasil diskusi ada beberapa hal yang penting diantanya :

Ciri-ciri buku nonfiksi adalah sebagai berikut

1. Bahasa yang digunakan formal dan baku.

2. Isi berkaitan dengan fakta.

3. Tulisan bersifat ilmiah populer 

4. Isi diambil dari penelitian atau temuan yang sudah ada

Jenis Buku Non Fiksi

1. Buku Catatan Pelajaran
2. Buku Teks
3. Buku Pelajaran
4. Buku Motivasi
5. Buku Filsafat
6. Buku Sains Populer
7. Kamus
8. Ensiklopedia
9. Biografi
10. Memoar

Wah, begitu banyak info malam ini, terima kasih Bu. 

Kelas X MIA

Penghujung tahun ajaran tak terasa sudah tiba. Menjalani amanah sebagai orang tua di sekolah bagi gadis dan bujang yang masih polos. Wajah lugu baru memasuki usia pendidikan sekolah menengah masih terbayang ketika pertama kali memeperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka. Kelas X MIA dengan jumlah anak 18 orang, delapan perempuan serta 12 lelaki. 

Berbagai tingkah mereka sudah di hadapi, mulai dari yang sedikit-sedikit mengadu, "Buk, pena saya diambil, pulpen saya di sembuyiiin, catatan saya gak dikembaliin" dan berbagia macam aduan lagi. Tipe kalem dan pendiam, nurut aja tiap disuruh, dalam proses pembelajaran pun diam. Banyak tingkah, yang selalu telat dan lainnya.



Tiap anak punya kelebihan masing-masing, tidak ada yang kekurangan, semua spesial. Perlahan kupahami karakteristik setiap siswa dikelas X MIA. Mencoba untuk lebih dekat dan mencari akar masalah bagi anak yang sering terpanggil. Dalam artian kehadiran yang bolong, apel pagi telat bahkan tiba-tiba tidak masuk. 

Apakah ini salah satu bentuk kelalaian sebagai orang tua? Di pertengahan semester dua kehilangan satu anggota kelas. Berhenti melanjutkan menimba ilmu. Upaya yang dilakukan mencari tahu dan mengajak untuk tetap sekolah tapi tekadnya sudah bulat. Berulang kali dicoba tetap tidak berhasil. Sungguh merasa gagal sebagai wali kelas. 

Di penghujung semester dua pun kembali satu orang tidak datang. Surat penggilan sudah dilayangkan untuk orang tuanya namun tak kunjung datang. Kucoba menghubungi lewat chat WhatApp, jawaban yang kuterima pun menorehkan kesedihan. "Saya sudah bicarakan bersama orang tua Buk, Saya memutuskan untuk tidak sekolah, berhenti" Ya Allah, miris dan sedih perasaan ini. Anak yang  masih di usia belia tidak berminat menempuh pendidikan lagi. Ku hanya bisa mendoakan semoga berhasil di luar sana.

 Oh iya, di pertenghan semester satu, warga kelas bertambah tiga orang yang terdiri dari dua cowok dan satu cewek. Akhir semester hanya 19 orang, semoga tetap bersama hingga lulus nanti. Tidak ada lagi pengurangan anggota, Amin.

Banyak sudah momen dan kebersamaan yang telah di lalui. Kedekatan emosional mulai erat dan semakin terbuka akan masalah yang dihadapi. Momen yang paling terasa adalah setiap akhir semester akan menerima banyak surat cinta dari Buk Yati. Teror melengkapi tugas, remedi, praktek dan hal lainnya yang bermasalah dengan guru mata pelajaran.

Semua tak apa, biar bisa diperjuangkan. 

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...