Minggu, 25 Desember 2022

Mengapa Tiumang?

 Hai, melanjutkan detail cerita yang kemaren ya. 

Nah, sudah sampai hasil akhir dari seleksi dengan beberapa keraguan. Adalagi nih hal lainnya yang sempat membuatku dilema. Apakah itu? Setelah diputuskan untuk mengambil sekolah di Dharmasraya, akupun bingung mau lamar sekolah yang mana. Hal ini dikarenakan ada beberapa formasi. 

Awalnya terbelah pada 2 sekolah yakni SMKN 2 Pulau Punjung atau SMAN 1 Tiumang. Pertimbangan ingin di SMK ialah sudah pasti tempanya di keramaian karena Pulau Punjung merupakan pusat pemerintahan Dharmasraya. Akan tetapi, daerah Tiumang tidak aku ketahui sedikitpun. Pernah dicoba menelusuri google map namun tidak tergambar dengan baik. Tampilannya hanya sebuah bangunan diantara kebun sawit. 

Mengapa diputuskan pilih SMA? Sebagai seorang lulusan Pendidikan Profesi Guru, pastinya akan memikirkan tunjangan sertifikasi nantinya. Dimana salah satu syarat yang dipahami saat itu adalah jumlah jam mengajar. SMK hanya mengajarkan mata pelajaran kimia di kelas X kecuali ada jurusan kimianya. Artinya tidak akan mencukupi syarat minimum yaitu 24 jam tatap muka. 

Kurikulum SMA yang terbagi rata-rata atas 2 jurusan yaitu IPA dan IPS mewajibkan kimia untuk jurusan IPA. Kalaupun tidak memenuhi nantinya, akan ada mata pelajaran lintas minat. Siswa jurusan IPS akan belajar mata pelajaran wajib IPA yaitu Kimia, Fisika atau Biologi. 

Demikianlah kisah kenapa jodohya Tiumang. Tempat baru memulai kehidupan yang baru untuk hampir 30 tahun ke depan. InsyaAllah jikaa diberikan umur yang panjang serta kesehatan. Amin.

See you.



Sabtu, 24 Desember 2022

 Melihat kembali cerita tentang bagaimana bisa aku di tempatkan di Dharnasraya. Semua berawal dari pembukaan seleksi menjadi abdi negara yaitu Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2018. Tahun itu terdapat formasi sebagai guru kimia di beberapa sekolah di Sumatera Barat. 

Awalnya aku masih ragu ingin ikut seleksi atau tidak. Hal ini karena ketidakpastian dari program pemerintah tentang penempatan mahasiswa lulusan Pendidikan Profesi Guru. Lulusan khusus untuk mereka yang telah mengabdi satu tahun di daerah 3T. Program khusus ini disebut Guru Garis Depan (GGD).

Bukan keputusan yang mudah saat itu. Aku sudah memegang tiket khusus jika GGD dibuka. Jikalau ikut CPNS jalur umum, harus persiapan lebih matang sebab saingan lebih banyak. 

Akhirnya kuputuskan ikut seleksi karena program khusus tidak tahu kapan dibuka. Faktanya sampai saat ini tidak ada . Mulailah aku belajar kembali tentang materi tes awal yakni Seleksi Kemampuan Dasar (SKD). Aku ikuti pembahasan soal di youtube dan grup whatsapp. Pemahaman materi dijalankan seiring melakukan pekerja sebagai guru les privat. 

Di saat mendaftar, dilema kedua pun menghampiri. Mau ambil formasi di mana ya? Semua sekolah yang menerima guru kimia ialah bagian daerah ujung provinsi. Rata-rata sekolah baru berumur 3-6 tahun. Mentawai atau Dharmasraya? Kedua daerah tersebut ada dalam pilihanku. 

Nah, pilihan fixnya daerah Dharamasraya. Aku tidak tahu daerah itu, tidak terbayang bagaimana topografi serta budayanya. Sekolah yang anggapan ku berada di pusat kabupaten ternyata jauh di dalam.

Alhamdulilah, takdir berkata aku mengabdi di sana. Lulus menhadi salah satu abdi negara. Menjalani babak baru karir kehidupan.

Udah ya, nanti sambung lagi.


Pasar Jumat


Hai. Kembali lagi dengan rutinitas sehari-hari yang tiada habis. Berulang hingga menjadi suatu hal lumrah. 

Masih edisi cerita di kampung halaman, kemarin adalah hari pasar. Setiap Jumat akan datang pedagang dari daerah lain untuk berjualan. Pasar di sini hanya satu kali seminggu. Oh iya, kampungku bernama Sulik Aie (Sulit Air) yang terletak di kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.

Pagi harinya setelah membersihkan rumah dan sarapan, aku berangkat ke pasar. Jalan kaki tentunya bersama ibu dan sibungsu. Jarak rumah ke sana sekirar 15 menit berjalan kaki. Jalanan yang biasanya sepi, kini penuh kendaraan serta masyarakat yang akan belanja kebutuhan pangan satu minggu ke depan. Orang-orang yang sangat jarang kulihat pada hari biasa, kutemui kali ini.

Pemandangannya sama dengan pasar mingguan umumnya. Pedagang mayoritas menjual sayuran, lauk-pauk serta kebutuhan dapur lainnya. Aku mulai berjalan berkeliling, tidak segera membeli apa yang dibutuhkan. Melihat suasana jual beli. 

Sembari berjalan aku bertemu guru bahasa inggris waktu SMP dulu. Ku sapa lalu salin dengan beliau.
"Eh Yati, bertemu disini, biasanya ibuk cuma lihat di Facebook", kata beliau
"Iya Buk, sekarang libur sekolah jadi bisa pulang", jawabku. 
Ucapan beliau setelah itu membuatku bahagia. Beliau berkata "I'm so proud of you, Ibuk tunggu kisah lainnya ya." Kalimat singkat itu menjadi penyemangat besar, apresiasi yang sangat dibutuhkan. 

Bangga pastinya, bagaimana tidak merasa demikian. Guru yang dulu memberikan ilmu, sekarang memuji dan bangga atas siswanya. Perasaan sederhana itu menjadi motivasi untuk membuat lebih banyak prestasi. Merasa diakui dan dihargai.

Akan kuingat perasaan ini. Hal baik yang kita lakukan akan menjadi kebanggan bagi orang lain. Kita tak akan pernah bisa membanggakan semua orang. Akan tetapi, dalam diam ada orang memuji dan senang melihat itu semua.

See you.

Kamis, 22 Desember 2022

Galau

Selamat malam. 

Kembali lagi dengan rangkaian kata yang tidak bisa aku pikirkan secara gampang. Aku mulai kehabisan ide cerita walaupun bank ide sudah ada. Mencoba menuangkannya dalam bentuk tulisan membutuhkan keinginan yang kuat. Mood memulai perlahan menurun. 

Dalam sunyinya malam ini, aku terdiam lama di depan gadget. Menorehkan satu kalimat lalu hapus dan terjadi berulang kali. Aku kehilangan arah melanjutkan kisah. 

Ku merenung mengingat rangkaian kegiatan serta kejadian yang telah berlalu. Oh iya, bagaimana jika hasil menulis hari ini kacau? Akan tetapi kutepis pemikiran itu jauh-jauh. Tidak boleh menyerah. Jadi, mau ceritakan apa?

Akhirnya diputuskan curhat tentang hari ini . 

Rutinitas pagi seperti biasa, tidak ada yang baru. Hari ini aku akan membantu Ayah dan Ibu menanam padi di sawah. Benih yang disemai sudah waktunya di tanami. Ukuran lahan tidak besar hanya satu petak saja. Biasanya jika mulai pagi, selesai menjelang zuhur. Bermodalkan pengalaman tersebut aku bersama ibu dan adik bungsu berangkat. Persiapan bekal hanya untuk sampai siang. 

Sesampai di sawah, benih di cabut dari persemaiannya. Kondisinya memprihatinkan, daun yang seharusnya hijau segar ternyata penuh kemerahan seperti daun yang terbakar. Benih tidak tumbuh sebagaimana yang di harapkan. Walaupun demikian Alhamdulillah masih bisa digunakan dengan harapan bisa berkembang pesat jika sudah dipindahkan.

Perkiraan waktu kami meleset, hari semakin siang tapi benih belum ditanam satu pun dalam sawah. Gagal deh rencana pulang cepat dan istirahat, hehe.

Akhirnya sawah satu petak itu tidak selesai ditanami. Masih sisa sebagian kecil karena tidak cukup benih. Alhasil pulang juga sudah hampir Magrib  dengan target tidak tercapai 100%. Besok sambung lagi. 

Sekian cerita kali ini, kurang detail ya?

Rabu, 21 Desember 2022

Kemalasan

Selamat malam, eh hampir tengah malam. Ada cerita apa ya hari ini? Oh iya, kilas balik keseharian yuk.

Tak terasa sudah hari ketiga di kampung halaman. Rumah yang menjadi tempat ternyaman untuk pulang. Tidak ada kegiatan yang spesial akan tetapi terasa penyembuhan hati.

Seperti biasa, aktivitas di mulai sejak subuh. Selepas salat, keributan di dapurpun mulai menggema. Bunyi air di rebus untuk kopi menemani kesunyian. Minuman wajib setiap pagi, terkadang ditemani oleh gorengan. Suara alunan ayat suci alquran menambah indahnya suasana . Kicauan burung, hembusan angin dingin membuatku tertegun. Ah, ini yang ku rindukan enam bulan terakhir ini.

Kegiatan memasak pun dimulai. Bekal untuk dibawa ayah dan ibu ke sawah. Sawah ini artinya bukan sawah benaran tapi daerah di bukit seberang. Tempat ternak serta ladang berada dan sawah tentunya juga ada. Tapi sudah nyaman di sebut ke sawah jika berangkat ke daerah sana.

Hari ini aku tidak ikut, masih tahap pemulihan tenaga. Karena untuk mencapai sawah butuh 2 jam perjalanan. Memakai kendaraan manual yaitu kaki. Kenapa? Aksesnya sangat sulit untuk di tempuh kendaraan bermotor. Hanya orang tertentu dan terbiasa yang bisa bawa motor hingga sana. 

Eh, kelewatan cerita kan. Hari ini masih kuhabiskan hari bermalasan. Sore hari aku memasak gulai ayam pesanan nenekku. 

Kelapa yang masih ada kulitnya, aku kupas sendiri menggunakan parang. Lalu di parut dan diperas untuk menghasilkan santan. Bumbunya aku racik sendiri tanpa pakai takaran. Semua bahan sudah selesai kusiapkan dibantu adik. 

Lalu ayamnya bagaimana? Menunggu ayah untuk eksekusi karena aku belum berani. Magrib barulah ayah dan ibu sampai di rumah kembali. Mulailah membersihkan ayam lalu memasak gulai hingga matang. 

Yey, makan malam siap di santap. Alhamdulillah rasanya sesuai selera. Sisa hari aku habiskan istirahat lagi. Terlalu malas ya, hehe.

Sekian.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...