Selasa, 23 Agustus 2022

Uter dan Pramu Part 2




Melanjutkan kisah perjalanan ke Danau Uter dan Danau Pramu.
Rombongan yang berangkat terdiri dari enam orang perempuan dan sebelas orang laki-laki. Khusus ladies, dua orang di depan dan empat di tengah sedangkan para lelaki di belakang bagian mobil yang terbuka. Mereka berdesakan bak susunan Sarden, kasihan tetapi demi liburan semua akan baik-baik saja, hehe.

Jalanan yang kami lewati awalnya mulus dengan view kebun pisang bagian kiri dan kanan. Tak lama kemudian sampailah di jalan tanah berbatu, mulus lagi dan berbatu lagi. Selama mobil melaju suasana sangat heboh, banyak hal lucu membuat tertawa. Jarak jauh tidak terasa melelahkan, nyaman dan benar-benar dinikmati.

Suasana menyenangkan bukan tolak ukur tubuh kuat. Setengah perjalanan salah seorang teman yang berada di belakang tepar, muntah, masuk angin. Bagaimana tidak? Jarak tempuh nan jauh dihadapkan angin sepanjang hari tanpa penutup. 

Kami pun berhenti di pinggir jalan, kenapa? Karena kalau di tengah nanti di tabrak, hehe.
Nggak lucu ya? Biarin, memang tidak bermaksud melucu pun. 

Oh iya, teman itu Vino namanya. Semua obat masuk angin diberikan di tambah pijatan bagian punggungnya. Kondisinya lumayan memprihatinkan, tubuh lemas tak berdaya. Kasihan dan tidak tega, akhirmya setelah membaik kuberikan syal agar mengurangi efek dingin. Mobil melaju kembali ke arah tujuan



Kami sampai di daerah bernama Batu Payung, beristirahat di salah satu Rumah Makan sekalian untuk makan.  Apakah menyantap menu di sana? Oh, tidak. Menu asupan energi malam adalah bekal yang telah disiapkan dari sekre. Intinya menumpang saja buat menikmati sajian sendiri.

Puas melepas letih, lanjut kembali tak terasa sampai di perbatasan Kabupaten Sorong dengan Kabupaten Sorong Selatan. Mobil yang kami kendarai di periksa dan dapat teguran karena muatannya terlalu banyak. Memang iya, penumpang melebihi kuota seharusnya. Tidak sampai disitu hambatan yang dialami, saat melewati salah satu jembatan diberhentikan lagi. Parahnya orang itu membawa parang dan balok kayu. Seram dan menakutkan apalagi sudah tengah malam tanpa penerangan.

Ternyata dia cuma minta rokok, akan tetapi orangnya tidak sabaran. Segera di kerubuni mobil kami, andai tidak diberi akan hancur dan tidak selamat. Untungnya sopir sudah menyiapkan stok rokok karena sudah tahu kondisi jalan. Alhamdulillah, setelah diberikan mereka menyilakan lewat.

Pukul sebelas malam sampai di Koramil Ayamaru, parkir kemudian Bang Rido turun minta izin menginap. Kami diberikan satu barak untuk istirahat sampai esoknya.

Bagaimana kelanjutan kisah setelah di Ayamaru?
Next part ya.

Senin, 22 Agustus 2022

Uter dan Pramu part 1

 Uter dan Pramu



Hmmm, jalan-jalan kali ini direncanakan ke sebuah objek wisata yang ada di Ayamaru, Kabupaten Sorong Selatan. 

Perjalanan akan menggunakan truk yang akan di pinjam dari salah seorang warga Sumatera Barat di Sorong ini. Pak Iwan, begitu panggilan beliau sehari-hari. Niat hati memakai truk akan bisa memuat semua anggota di sekretariat semuanya tiga puluh orang. Hari keberangkatan disepakati Sabtu tanggal 26 Maret 2016.

Sabtu pun menjelang, iuran sudah dikumpulkan dan habis Subuh aku bersama teman lainnya ke pasar untuk membeli persiapan serta bekal yang akan di bawa. Sepulang dari pasar, kami mendapat berita bahwa mobil yang bisa dipinjam hanya L200. Maksimal bisa diisi lima belas orang, itupun sudah penuh sesak. 

Bingung, Bang Ridho selaku pimpinan perjalanan ini sakit kepala memikirkan jalan keluar yang baik untuk semua orang. Keputusan memilih siapa yang pergi dan siapa yang batal. 

Sembari memasak, aku diminta pendapat bagaimana baiknya. Sangat berat memang, dikala keinginan sejalan namun harus gagal didepan mata. 

Akhirnya, beberapa orang yang awalnya ragu untuk berangkat, memilih tidak jadi pergi. Ada juga mengalah dengan alasan tempat pengabdian mereka dekat dengan tujuan kami. "Ah, nanti kami bisa kesana sendiri, dekat saja kok dan akses mudah." Aku juga menawarkan diri tidak ikut tapi dilarang, harus ikut kata mereka. Ya udah, enam belas orang memakai satu unit kendaraan L200, nekat.

Siang harinya saat semua keprluan sudah fix, kami berangkat.

Bagaimana kisah perjalanan ini?

Apa yang akan terjadi selama di jalan?

Bersambung ke cerita selanjutnya ya.

Minggu, 21 Agustus 2022

Surat untukmu Rindu

 

Surat untukmu Rindu

 

Dinginnya udara pagi ini membuatku mengingat dirimu

Embun yang jatuh tetes demi tetes

Mewakili hatiku sekarang, jatuh rapuh merindukanmu

Sang embun dengan beningnya memberi segarnya 
Mengobati rindu ini yang lagi dahaga

Aku terdiam menyaksikan tetesannya terusir oleh hangatnya mentari
Hangat yang selalu ditunggu para hati yang sempat tersakiti

 

Setelah aku yakin bahwa seutuhnya raga mayamu menghilang,

Kini nama dan semua memori tentangmu kembali terngiang. 
Aku tanpamu dipeluk oleh kenangan 

 

Ku hanya bisa berkhayal akan indahnya bersamamu

Menikmati indahnya langit pagi

Cakrawala yang di hiasi awan putih bersih seputih hatimu

 

Maaf, mungkin satu kata indah yang bisa kuucapkan.

Untukmu yang selalu rindu akan kata manis dan romantis

Pembelaan yang bisa kuberikan, 

Sifatku yang tidak terlalu mendambakan

Sulit untuk mengeluarkan kata indah.

Pemikiranku semua hanya membuang energi. Egois bukan?

 

Tangis yang dipendam oleh tawa lepas dan gurauan yang tertutup oleh pertengkaran 
Waktu menyirami kita dan pengalaman menyuburkannya

Dalam hening aku bergumam

Masihkah ada waktu ?


Sabtu, 20 Agustus 2022

Sudahkah Kita Merdeka?

 Sudahkah Kita Merdeka?

Masih bulan kemerdekaan Indonesia, 77 tahun yang lalu mendeklarasikan kebebasan dari penjajah. Jasa perjuangan pahlawan dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berbuah manis. Perlahan mulai menata diri agar secepatnya merdeka dari segala hal mulai dari infrastruktur, ekonomi, pendidikan serta aspek lainnya.

Keindahan bebas membuat kita merasakan berbagai macam aspek yang serba mudah. Pendidikan berkembang dengan pesat walau kenyataannya tingkat literasi masih rendah. Tidak apa, semua berproses walau panjang.

Tapi, apakah manusianya benar-benar sudah merdeka?

Sudahkah hak dan kewajiban berjalan dijalur yang sesuai?

Entahlah, begitu banyak warga yang masih dalam belenggu tahanan. Berada diposisi yang tidak bisa bernapas leluasa, pengap dan sesak. Tidak ada tolak ukur untuk kemerdekaan manusia dalam kekuasaan. Demokrasi sekarang hanya filosofi indah. 

Lihat saja apa yang sedang terjadi di negara kita, pelanggaran, penyalahgunaan kekuasaan semakin merajalela. Pelaku dan korban bertukar peran, menyulitkan pihak yang tiada punya kekuatan serta kekuasaan. Jadi, apa inti kemerdekaan itu?

Lama kurenungi setiap kejadian, memahami ari merdeka sebenarnya. Terbersit kekhawatiran, kekalutan jika kita tidak sedang baik-baik saja. Dalam angan berterbangan jeritan hati dari seorang warga, sempat membatin :

Nasib Indonesiaku yang tak lagi bersahabat.

Dipenuhi para ulat yang menggeliat, menggrogoti hati nurani rakyat

Kebiadaban para pilihan rakyat semakin bejat

Lahir penjilat yang diberi ruang di panggung rakyat

Masih adakah kewarasan yang lebih bermartabat?

Atau hanya keterpurukan, penindasan bagi rakyat


Ah, semua hanya dari sudut pandangku saja, kata hati dikala dihadapkan dengan masalah integritas dan loyalitas.

Ya, Indonesia sudah merdeka dari penjajahan di bidang kekuasaan. Semoga Indonesia segera pulih dan bangkit lebih kuat.

Jumat, 19 Agustus 2022

Tugas Mendadak!

 


Sore itu disaat perjalanan dari kampung halaman menuju daerah pengabdian. 

Brrrrrt, telepon selulerku bergetar, Kulihat sebuah panggilan suara melalui aplikasi Whatsapp dari orang yang kukenal.

"Assalamualaikum Kak, udah berangkat ke Dharmasraya?" tanyanya. 

"Sudah tapi belum sampai di rumah, masih di travel" jawabku sembari menjelaskan daerah saat ini berada.

Lebih lanjut kutanya apa tujuan menelfon. "Eh, sudah tahu Kakak jadi pemateri? Mendengar pertanyaan itu akupun terkejut dan sejenak membuat pikiran melayang. Pemateri apa ya? Apakah untuk mengisi seminar? Tentunya belum siap dong.

"Belum, pemateri apa ya?" 

"Oh, Saya kira Kak sudah di kasih tahu karena jadwal dan pembagian materi sudah selesai seminggu yang lalu. Kakak jadi pemateri di kegiatan Masa pengenalan Lingkungan Sekolah ya" 

Akupun terdiam mendengar penjelasan tersebut, bagaimana mungkin akan memberikan materi saat waktu yang tidak banyak lagi. Memang sebagai seorang guru harus siap sedia untuk memberi pengetahuan akan sekolah. 

"Oke, jika jadwal Kak tak bentrok ya, kapan? tanyaku untuk memperjelas jadwal.

"Hari Rabu Kak, hari kedua kegiatan. Terima kasih, hati-hati di jalan. Assalamualaikum"

"waalaikumsalam" 


Tut, bunyi sambungan telepon terputus. Kuhela nafas berat, wah, mendadak mendapat tugas untuk memberikan materi. Memang tidak susah tetapi semua yang serba tanpa persiapan membuatku tak habis pikir. Seminggu yang lalu sudah di atur, apa begitu sulitkah memberi tahu?

Bukan mencari siapa yang salah, bukan melepas tanggung jawab. Koordinasi dan informasi dari atas ke bawah itu sangat penting.

Tapi ya sudahlah, mulai kupikirkan skenario seperti apa untuk penampilan nanti. Menampilkan serta berbagi ilmu dan pengalaman bersama peserta didik baru. 

Bagaimana ending dari cerita ini?

Aku tak jadi tampil, menyisakan air mata kekecewaan.

Detailnya mungkin tak akan ku jabarkan.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...