Rabu, 29 Juni 2022

Jangan Lupakan Diri Sendiri



Hello, malam ini mari bercerita tentang lelahnya menjalani pekerjaan.

Menjalani kehidupan yang rutinitas sudah pasti setiap hari menimbulkan kejenuhan. Jadwal rutin berulang setiap minggu. Tidak ada pilihan lain karena sudah menjadi resiko sebuah pekerjaan. Tugas pokok tertuang dalam aturan dan undang-undang berlaku. Menyesal? Tentu tidak karena merupakan pilihan sendiri. Keputusan, rejeki serta takdir membawa pada kondisi seperti ini. 

Hari-hari dipenuhi oleh rentetan tugas yang tak kunjung habis. Berangkat sebelum pukul tujuh pagi, pulang sebelum magrib. Eh, tapi kan tidak sepenuh itu kegiatan? Kok full day di tempat kerja? ngapain aja? Sering kali pertanyaan itu muncul, seolah aneh menghabiskan hari di meja kerja saat yang lain sudah pulang. 

Ada dua penyebab aku lebih banyak menghabiskan waktu siang di luar rumah. Pertama, memang prinsip diri memenuhi jam kerja sesuai upah yang di terima. Prinsip ini akan kuterapkan hingga nanti sampai akhir masa kerja. Pasti ada kalanya tidak terealisasi sempurna, ada halangan menerpa tidak bisa dihindari.

Kedua, pembagian tugas yang tidak adil. Maksudnya adalah dalam sebuah event dibagi beberapa orang dalam satu tim. Kebanyakan hanya numpang nama dan tidak membantu. Pola pikir berbeda membuatku sering mengalah dan mengerjakan semuanya. Tingkat kesulitan tanggung jawabpun tidak sama, seringkali jauh lebih berat kuterima. Kenapa? Alasan klise, selalu sama kembali terucap, hanya aku yang bisa. Ini bukan hal bisa atau tidaknya tapi mau atau tidak. Jika ada kemauan pasti akan ada jalan keluar, semua bisa di pelajari.

Nah, hal ini membuatku sering lupa akan diri sendiri, lupa kehidupan di luar pekerjaan. Merasakan kebosanan melalui hal sama setiap hari. Terkadang tanpa apresiasi dan terima kasih. Sering kurenungi, bagaimana cara kembali ke diri sendiri? Kembali menikmati dua kehidupan terpisah. Ada sekat yang jelas antara kerjaan dan pribadi. 

Salah satu caranya adalah kembali ke kampung, tempat orang tua berada. Di sini kubisa kembali menjadi pribadi sebelumnya, melupakan semua beban berat tuntutan. Jangan biasakan terhanyut dalam pekerjaan, sisihkan waktu untuk istirahat, mengosongkan pikiran. Menikmati waktu santai, mengabaikan riuhnya deadline. Akan tetapi jangan terlena, terbengkalai nanti semua yang sudah di susun.

Mari temukan cara masing-masing untuk kembalikan ketenangan diri. Nikmati pekerjaan, nikmati kesendirian.

Pemasaran Buku


Rabu menjelang dengan hembusan  angin mengandung uap air, dingin. Malam ini pertemuan ke-19 menyapa bersama moderator kece Bapak Sigid Purwo Nugroho. Pelatihan diawali tentunya dengan persiapan kenyamanan diri sendiri, hehe. "Draft, sinopsis buku yang akan di terbitkan harus segera di susun agar memudahkan untuk nanti." Begitu kata Pak Sigid.

Narasumber yang akan berbagi ilmu tentang ilmu pemasaran buku adalag Bapak Agus Subardana. Berikut CV beliau :


Beliau sudah 18 tahun bergabung dalam Penerbit Andi Offset yang menerbitkan sekitar 30 kategori buku. Penerbit ini termasuk penerbit mayor yang mencetak buku tidak dalam eksemplar kecil serta memiliki kategori dan penilaian tersendiri dari tim. Kata lain adalah melalui proses seleksi dari segala aspek.

Bagaimana strategi pemasaran buku?

  • Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara. (Online )
    • Pentingnya Transformasi Digital 

Dampak dari pandemi COVID-19 telah mengubah dunia menuju era Low Touch Economy. Era ini ditandai dengan interaksi antar individu yang minim sentuhan fisik atau low-touch, keharusan mengecek kesehatan dan keselamatan, perilaku yang baru hingga pergeseran di sektor-sektor industri., terutama sektor Industri Perbukuan. Perubahan ini tentu akan berdampak ke banyak hal, mulai dari tempat bekerja, Cara belajar – mengajar ,  kehidupan keluarga hingga aktivitas sosial. Strateginya yang utama yang kita pakai adalah Digital Marketing dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnis penerbitan buku .

    • Pemasaran Buku Lewat Komunitas

Gunakanlah jaringan komunitas kita untuk sarana promosi dan penjualan buku . Penjualan lewat komunitas  akan lebih efektive dan efisien sehingga tingkat keberhasilan nya lebih tinggi penjualan buku yang kita tawarkan. Kuncinya kita harus proaktive komunikasi dan interaksi dengan komunitas serta dapat menjaga integritas pribadi kita.

Manfaat Digital Marketing :

  • Biaya relatif terjangkau
  • Daya jangkau sangat luas
  • Mudah menetukan target pasar
  • Komunikasi dengan konsumen lebih mudah
  • Lebih cepat ke sasaran, populer, mudah di evaluasi
Untuk Penerbit Andi sudah banyak bekerjasama dengan marketplace online, sehingga mudah menawarkan, memasarkan serta mempermudah pembelian. Selain itu sudah banyak memiliki reseller yang membantu untuk pemasaran ke komunitas dan lainnya.

  • Strategi pemasaran buku serangan Darat (Offline )
    • Toko Buku 

Penerbit Buku yang mampu memproduksi sendiri dan mempunyai mesin percetakan sendiri , sebagian besar sebagai pemasok Toko buku di Indonesia. Untuk bisa masuk dan sebagai pemasok rutin di toko buku maka  kita perlu pemetaan jenis toko buku. Toko buku ini kita petakan menjadi tiga jenis yaitu Toko Buku Modern, Toko Buku Semi Modern, dan Toko Buku Tradisional.

    •  Directselling 

Pemasaran Buku melalui Directselling ini kita petakan berdasarkan jenis katagori buku yang kita terbitkan . Jenis Katagori buku penjualan lewat Directselling ini kita bagi menjadi beberapa target pasar yaitu :

  • Buku Pendidikan (Buku mata pelajaran Utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK).
  • Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kuliah
  • Buku Referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK , Perguruan Tinggi dan umum

Dengan pemetaan jenis katagori tersebut diatas maka kami sebagai Industri Penerbitan buku melakukan terobosan pemasaran dengan menempatkan tenaga penjual di setiap wilayah Kota dan Kabupaten. Penerbit ANDI Offset mempunya 96 Cabang di Indonesia dari Aceh s.d Jayapura

 

Menerbitkan Buku Semakin Mudah


Pertemuan ke-18 dipandu oleh Ibu Mutmainah. Dibuka dengan begitu semangat serta kata motivasi dari beliau.
Menulis dan membaca merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan, amunisi seorang penulis adalah bacaannya. Tidak semangat menulis bisa jadi karena kurang membaca jika membaca sudah dilakukan tetapi masih saja sulit menulis cobalah membaca buku inspirasi atau bermain ke media sosial niscaya ide ide brilliant berjejer mengantri
Narasumber malam ini adalah Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.

Mengutip CV beliau dari Ibu Mut , 
Beliau lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Kini tinggal di Bekasi dan berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. Memulai aktivitas menulis ketika blog pertamanya (www.praszetyawan.com) dibuat pada 2009. Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future".

Puluhan tulisannya sudah dimuat di berbagai media. Penulis 3 buku solo dan 14 buku antologi, juga aktif di berbagai diberbaga pelatihan kelas menulis sebagai Narasumber. Ketua Komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional. Relawan Pengurus Pelatihan Belajar Menulis PGRI

Sejak tahun 2020, telah membuat pelatihan kelas dasar blogspot bagi guru-guru se-Indonesia. Sampai saat ini sudah dilaksanakan 5 angkatan, 

Lengkapnya, intip di Profil Pak Brian 

Yuk masuk ke pembahasan materi bagaimana mudahnya menerbitkan buku melalui penerbit indie.

Mengapa menerbitkan buku dikatakan semakin mudah ?

Karena sekarang ini ada penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Erlangga, Elex media, Andi, dll. Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang mencoba mengirim naskah ke beberapa penerbit hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Penolakan naskah menjadi makanan sehari-hari penulis. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama.

Bagaimana ciri-ciri penerbit Indie?

  • Tidak ada seleksi naskah
  • Proses terbit cepat
  • Biaya penerbitan bervariasi tergantung penerbit
  • Biaya cetak ulang dan ongkir ditanggung penulis
  • Penulis menentukan sendiri harga bukunya
  • Tidak memasarkan buku ke toko-toko
  • Penulis harus memasarkan sendiri agar bukunya laris
Tips memilih penerbit indie

  • Biaya penerbitan
  • fasilitas penerbitan
  • Batas maksimal jumlah halaman
  • Ketentuan dan Biaya cetak ulang
  • Apakah dapat Master PDF
  • Jumlah buku yang didapat penulis
  •  Lalu penerbit apa yang direkomendasikan oleh Pak Brian?

    dengan pertimbangan :
    • Penerbit Depok cocok untuk bapak/ibu yang memang hanya sekedar menerbitkan buku saja, tidak berencana cetak ulang, sekadar untuk pribadi saja, sehingga  tidak perlu jumlah buku yang banyak. Maka biaya penerbitannya lebih terjangkau. Di sisi lain, Biaya penerbitan yang terbilang murah membuat biaya cetak ulang di penerbit depok cukup lumayan.
    • Penerbit Malang cocok untuk bapak/ibu yang  berencana menjual bukunya, karena jumlah buku yang diberikan lebih banyak. Dengan biaya penerbitan 650.000 terhitung lebih hemat. Jika stok buku habis, bisa cetak ulang lagi dengan biaya cetak per buku lebih murah dibanding penerbit depok.

    Untuk Penerbit Malang
    Detailnya cek di postingan https://www.praszetyawan.com/2021/09/ini-cara-menerbitkan-buku-dengan-mudah.html



    Buku Pak Brian dengan Penerbit Depok
    Detail untuk penerbit depok silahkan intip ke https://www.praszetyawan.com/2021/10/murah-banget-menerbitkan-buku-ber-isbn.html

    Wah, materi yang keren dan sangat membnatu ya. Ayokk segera buat naskah dan terbitkan buku.
    Fighting!

    Selasa, 28 Juni 2022

    Pancaran Energi

     

    Seringkali dalam hidup kita dihadapkan kepada lingkungan yang berbeda. Menjalani kesibukan dan rutinitas sehari-hari pasti bertemu dengan banyak orang. Pribadi berbeda selalu datang silih berganti atau selalu dalam lingkaran kehidupan. Ada yang memancarkan energi positif dan energi negatif. Bagaimana cara menyikapinya?

    Pernahkah menemui seseorang yang selalu mengeluh? Tiada hari tanpa keluhan, semua hal dianggap beban. Jika ada tugas diberikan akan stress duluan memikirkan betapa berat dan resiko tidak berhasil. Belum dijalani sudah menganggap hal tersebut dinding tinggi tak bisa digapai. Berada disekitar lingkungan seperti ini membuat diri sendiri ikut cemas dan kepikiran juga. Energi yang diterima mempengaruhi kinerja, seolah terbawa dalam lingkaran kekhawatiran.

    Untuk menyikapi agar tidak ikut pengaruhi kualitas pekerjaan serta keseharian, maka harus punya pendirian. Mental kuat serta prinsip pribadi harus jelas. Jangan mudah terpengaruh oleh keadaan sekitar. Perhatikan sekelilingmu akan tetapi fokus terhadap tujuan masing-masing. Akan lebih baik bisa mengajak orang seperti itu keluar dari pikiran tak baiknya.

    Lalu bagaimana dengan orang yang positif? Pasti ada dong, banyak malahan dibanding negatif. Manusia yang memiliki pancaran energi positif akan membuat setiap orang nyaman berada di dekatnya. Setiap hal,baik itu pekerjaan atau masalah, tidak akan membuatnya terlalu memikirkan nanti jika tak sesuai harapan. Bukan berarti abai, tetapi menjalani dengan santai, penuh perhitungan serta mencari tahu apa seharusnya dikerjakan. Memikirkan saja tidak akan menjadikan itu semua mudah. 

    Pilihan ada ditangan diri masing-masing. Jalani serta usahakan sebaik mungkin terlebih dahulu. Hasil tidak akan mengkhianati usaha. Jikalau belum berhasil, masih ada waktu untuk memperbaiki. Artinya tidak selalu apa yang ingin kita dapatkan, segera datang menghampiri. Mari berpikir positif dan memancarkan energi bagus untuk orang-orang sekitar.

    Senin, 27 Juni 2022

    Beda Seolah Kembar?


    Pernahkah mempunyai seseorang belum kenal lama tapi terasa dekat? Tanpa menceritakan isi hati tapi saling mengerti? Aku punya cerita, yuk disimak!

    Entah disebut teman atau apa, aku tak tahu menamai hubungan ini. Diawali pertemuan 2015, itu pun detail awalnya entah bagaimana. Tiada kesamaan, kedekatan dan latar belakang yang akan membuat satu. Semakin kesini, tak disadari style mirip tanpa perencanaan.

    Permulaan kisah saat prakondisi, salah satu tes kecakapan hidup dalam rangkaian seleksi peserta untuk berangkat ke Sorong. Dimulai dari kamar yang tidak hanya beda kamar saja tetapi malah beda gedung dimana aksesnya lumayan jauh. Itu pun tidak hanya berdua saja kemana mana, selalu bertujuh. Memang klop aja, tak mengerti juga sih ada apa.

    Keberangkatan ke Sorong, beda tempat duduk, pesawat tapi tetap aja ada momen. Seolah waktu mengerti kapan bisa bertemu serta bercengkrama. Tempat mengabdi di Sorong jauh berbeda , satu di kota hingga satu lagi jauh di pulau sana. Komunikasi kurang lancar, saling berkabar dan menanya keadaan minim sekali, tapi ya gitu kalau udah ketemu ya langsung santai aja.

    Oh iya, Rizka Fadilla nama teman tersebut, jurusan Sosiologi lulusan Universitas Negeri Padang. Kepribadian kami tak sama. Pola makan berbeda, aku sangat menyukai sayur tapi dia tidak suka sama sekali. Cara berpakaian, aku senang memakai rok, penampilan feminim sedangkan satunya tomboi. Akan tetapi kenapa bisa satu pakaian bersama? Kenapa malah di bilang kembar? Entahlah, di cari pun persamaan tak ada.

    Mungkin ini yang dinamakan saling melengkapi? Saling mengisi? Menutupi kelemahan masing-masing dengan perbedaan. Saat bersama menjadi hal serasi, tidak mengharuskan bercerita banyak. Apa yang dirasa, diperlukan seolah sudah tahu. Sungguh, bagian kosong atas kekurangan terisi penuh karena keberadaan teman sejalan. Kita tidak bisa menentukan siapa, jalani saja karena waktu akan menjawab.


    Selesai pengabdian satu tahun, kami diberikan hadiah istimewa yang memang sudah dijanjikan. Kuliah kembali dalam program Pendidikan Profesi Guru (PPG) secara gratis. Kampus menempuh pendidikan lanjutan inipun tidak sama. Rizka di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), aku di Universitas Negeri Padang (UNP). 

    Terpisah lagi, di era teknologi yang sudah berkembang pesat. Jaringan lancar, koneksi tak terhambat tetapi komunikasi kami tetap sekedar saja. Bertanya kabar, lancar kuliahnya, kapan pulang, bagaimana di sana. Susah sekali untuk berkabar, hanya saja saat ada masalah selalu menemani dari jauh. 

    Alhamdulillah, kami diberi amanah mengabdi kembali hingga usia pensiun. Pengangkatan tahun 2019, sekolah penempatan sekarang jauh berbeda. Kebalikan kondisi saat di Sorong, aku daratan dikelilingi sawit sedangkan Rizka di pulau. Akses yang membutuhkan waktu dan mental yang kuat agar sampai di sana. 

    Tapi kok serasa satu "parasaian"? 

    Komunikasi sekarang tak memakai kata basa basi nanya kabar. Tanpa pendahuluan, langsungg to the point. Tugas, kondisi hati bahkan keluhan sama, saat bercerita seakan berbagi satu pikiran dan hatiPertemuan pun tiada direncanakan. Eh pas ketemu, skip tanya kondisi, bercerita seolah baru bertemu kemarin.

    Semoga hubungan ini akan selalu bertahan. Cukup saling mengisi kekosongan tanpa ikut campur kehidupan pribadi. Tetap menjalani pertemanan yang tidak memaksa untuk berbagi sampai salah seorang inisiatif membagi kisahnya. Kurangnya komunikasi dan tatap muka bukan penghalang kedekatan secara emosional.


    Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

    Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...