Sabtu, 24 Desember 2022

 Melihat kembali cerita tentang bagaimana bisa aku di tempatkan di Dharnasraya. Semua berawal dari pembukaan seleksi menjadi abdi negara yaitu Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2018. Tahun itu terdapat formasi sebagai guru kimia di beberapa sekolah di Sumatera Barat. 

Awalnya aku masih ragu ingin ikut seleksi atau tidak. Hal ini karena ketidakpastian dari program pemerintah tentang penempatan mahasiswa lulusan Pendidikan Profesi Guru. Lulusan khusus untuk mereka yang telah mengabdi satu tahun di daerah 3T. Program khusus ini disebut Guru Garis Depan (GGD).

Bukan keputusan yang mudah saat itu. Aku sudah memegang tiket khusus jika GGD dibuka. Jikalau ikut CPNS jalur umum, harus persiapan lebih matang sebab saingan lebih banyak. 

Akhirnya kuputuskan ikut seleksi karena program khusus tidak tahu kapan dibuka. Faktanya sampai saat ini tidak ada . Mulailah aku belajar kembali tentang materi tes awal yakni Seleksi Kemampuan Dasar (SKD). Aku ikuti pembahasan soal di youtube dan grup whatsapp. Pemahaman materi dijalankan seiring melakukan pekerja sebagai guru les privat. 

Di saat mendaftar, dilema kedua pun menghampiri. Mau ambil formasi di mana ya? Semua sekolah yang menerima guru kimia ialah bagian daerah ujung provinsi. Rata-rata sekolah baru berumur 3-6 tahun. Mentawai atau Dharmasraya? Kedua daerah tersebut ada dalam pilihanku. 

Nah, pilihan fixnya daerah Dharamasraya. Aku tidak tahu daerah itu, tidak terbayang bagaimana topografi serta budayanya. Sekolah yang anggapan ku berada di pusat kabupaten ternyata jauh di dalam.

Alhamdulilah, takdir berkata aku mengabdi di sana. Lulus menhadi salah satu abdi negara. Menjalani babak baru karir kehidupan.

Udah ya, nanti sambung lagi.


Pasar Jumat


Hai. Kembali lagi dengan rutinitas sehari-hari yang tiada habis. Berulang hingga menjadi suatu hal lumrah. 

Masih edisi cerita di kampung halaman, kemarin adalah hari pasar. Setiap Jumat akan datang pedagang dari daerah lain untuk berjualan. Pasar di sini hanya satu kali seminggu. Oh iya, kampungku bernama Sulik Aie (Sulit Air) yang terletak di kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.

Pagi harinya setelah membersihkan rumah dan sarapan, aku berangkat ke pasar. Jalan kaki tentunya bersama ibu dan sibungsu. Jarak rumah ke sana sekirar 15 menit berjalan kaki. Jalanan yang biasanya sepi, kini penuh kendaraan serta masyarakat yang akan belanja kebutuhan pangan satu minggu ke depan. Orang-orang yang sangat jarang kulihat pada hari biasa, kutemui kali ini.

Pemandangannya sama dengan pasar mingguan umumnya. Pedagang mayoritas menjual sayuran, lauk-pauk serta kebutuhan dapur lainnya. Aku mulai berjalan berkeliling, tidak segera membeli apa yang dibutuhkan. Melihat suasana jual beli. 

Sembari berjalan aku bertemu guru bahasa inggris waktu SMP dulu. Ku sapa lalu salin dengan beliau.
"Eh Yati, bertemu disini, biasanya ibuk cuma lihat di Facebook", kata beliau
"Iya Buk, sekarang libur sekolah jadi bisa pulang", jawabku. 
Ucapan beliau setelah itu membuatku bahagia. Beliau berkata "I'm so proud of you, Ibuk tunggu kisah lainnya ya." Kalimat singkat itu menjadi penyemangat besar, apresiasi yang sangat dibutuhkan. 

Bangga pastinya, bagaimana tidak merasa demikian. Guru yang dulu memberikan ilmu, sekarang memuji dan bangga atas siswanya. Perasaan sederhana itu menjadi motivasi untuk membuat lebih banyak prestasi. Merasa diakui dan dihargai.

Akan kuingat perasaan ini. Hal baik yang kita lakukan akan menjadi kebanggan bagi orang lain. Kita tak akan pernah bisa membanggakan semua orang. Akan tetapi, dalam diam ada orang memuji dan senang melihat itu semua.

See you.

Kamis, 22 Desember 2022

Galau

Selamat malam. 

Kembali lagi dengan rangkaian kata yang tidak bisa aku pikirkan secara gampang. Aku mulai kehabisan ide cerita walaupun bank ide sudah ada. Mencoba menuangkannya dalam bentuk tulisan membutuhkan keinginan yang kuat. Mood memulai perlahan menurun. 

Dalam sunyinya malam ini, aku terdiam lama di depan gadget. Menorehkan satu kalimat lalu hapus dan terjadi berulang kali. Aku kehilangan arah melanjutkan kisah. 

Ku merenung mengingat rangkaian kegiatan serta kejadian yang telah berlalu. Oh iya, bagaimana jika hasil menulis hari ini kacau? Akan tetapi kutepis pemikiran itu jauh-jauh. Tidak boleh menyerah. Jadi, mau ceritakan apa?

Akhirnya diputuskan curhat tentang hari ini . 

Rutinitas pagi seperti biasa, tidak ada yang baru. Hari ini aku akan membantu Ayah dan Ibu menanam padi di sawah. Benih yang disemai sudah waktunya di tanami. Ukuran lahan tidak besar hanya satu petak saja. Biasanya jika mulai pagi, selesai menjelang zuhur. Bermodalkan pengalaman tersebut aku bersama ibu dan adik bungsu berangkat. Persiapan bekal hanya untuk sampai siang. 

Sesampai di sawah, benih di cabut dari persemaiannya. Kondisinya memprihatinkan, daun yang seharusnya hijau segar ternyata penuh kemerahan seperti daun yang terbakar. Benih tidak tumbuh sebagaimana yang di harapkan. Walaupun demikian Alhamdulillah masih bisa digunakan dengan harapan bisa berkembang pesat jika sudah dipindahkan.

Perkiraan waktu kami meleset, hari semakin siang tapi benih belum ditanam satu pun dalam sawah. Gagal deh rencana pulang cepat dan istirahat, hehe.

Akhirnya sawah satu petak itu tidak selesai ditanami. Masih sisa sebagian kecil karena tidak cukup benih. Alhasil pulang juga sudah hampir Magrib  dengan target tidak tercapai 100%. Besok sambung lagi. 

Sekian cerita kali ini, kurang detail ya?

Rabu, 21 Desember 2022

Kemalasan

Selamat malam, eh hampir tengah malam. Ada cerita apa ya hari ini? Oh iya, kilas balik keseharian yuk.

Tak terasa sudah hari ketiga di kampung halaman. Rumah yang menjadi tempat ternyaman untuk pulang. Tidak ada kegiatan yang spesial akan tetapi terasa penyembuhan hati.

Seperti biasa, aktivitas di mulai sejak subuh. Selepas salat, keributan di dapurpun mulai menggema. Bunyi air di rebus untuk kopi menemani kesunyian. Minuman wajib setiap pagi, terkadang ditemani oleh gorengan. Suara alunan ayat suci alquran menambah indahnya suasana . Kicauan burung, hembusan angin dingin membuatku tertegun. Ah, ini yang ku rindukan enam bulan terakhir ini.

Kegiatan memasak pun dimulai. Bekal untuk dibawa ayah dan ibu ke sawah. Sawah ini artinya bukan sawah benaran tapi daerah di bukit seberang. Tempat ternak serta ladang berada dan sawah tentunya juga ada. Tapi sudah nyaman di sebut ke sawah jika berangkat ke daerah sana.

Hari ini aku tidak ikut, masih tahap pemulihan tenaga. Karena untuk mencapai sawah butuh 2 jam perjalanan. Memakai kendaraan manual yaitu kaki. Kenapa? Aksesnya sangat sulit untuk di tempuh kendaraan bermotor. Hanya orang tertentu dan terbiasa yang bisa bawa motor hingga sana. 

Eh, kelewatan cerita kan. Hari ini masih kuhabiskan hari bermalasan. Sore hari aku memasak gulai ayam pesanan nenekku. 

Kelapa yang masih ada kulitnya, aku kupas sendiri menggunakan parang. Lalu di parut dan diperas untuk menghasilkan santan. Bumbunya aku racik sendiri tanpa pakai takaran. Semua bahan sudah selesai kusiapkan dibantu adik. 

Lalu ayamnya bagaimana? Menunggu ayah untuk eksekusi karena aku belum berani. Magrib barulah ayah dan ibu sampai di rumah kembali. Mulailah membersihkan ayam lalu memasak gulai hingga matang. 

Yey, makan malam siap di santap. Alhamdulillah rasanya sesuai selera. Sisa hari aku habiskan istirahat lagi. Terlalu malas ya, hehe.

Sekian.

 Morning...

Tak terasa sudah hari keenam tantangan kali ini. Sedihnya telat mengumpulkan tulisan padahal masih di minggu awal. 

Baiklah pagi ini mari bercerita sedikit kenapa bisa telat.

Masa liburan telah tiba, aku pun bekerja keras agar semua tugas adminitrasi di sekolah selesai. Tiga hari liburan terpakai untuk melengkapi itu semua. Jam tidur pun terkorbankan. Hampir 24 jam berteman dengan laptop dan semua aplikasinya. Deadlinenya harus sampai di kantor cabang dinas (Cabdin) pendidikan tanggal 19 Desember. 

Rencana berangkat ke kantor tersebut menggunakan mobil keluarga salah seorang teman. Akhasil aku beserta rekan lainnya tidak terlalu memikirkan akomodasi. Jarak jauh dari sekolah ke Cabdin memakan waktu sekitar 4 jam, Dharmasraya - Sijunjung. Pemberitahuan mendadak Minggu malam saat kami baru pulang dari sekolah, ternyata mobil tersebut akan digunakan oleh pemiliknya besok pagi. Mulailah terasa bagaimana cemasnya karena didaerah ini sangat susah untuk rental tanpa sopir dari pemiliknya. Hingga pagi pun tidak didapatkan akomodasi pengganti. 

Pagi Senin menjelang,kejelasan berangkat semakin buram. Pukul 7 lewat, akhirnya ada kendaraan yang bisa dipakai namun jaraknya lumayan jauh. Perencanaan meninggalkan sekolah jam 8 pun sirna. Saat itu aku dan dua orang rekan sudah di lingkungan sekolah melengkapi bahan yang masih tercecer. Tak terasa 2 jam berlalu, kami masih di tempat. 

Singkat cerita, sampai di kantor Cabdin pukul 3 siang. Bunyi dari dalam perut diabaikan, selesaikan dulu semua urusan di sana hingga tuntas. Magrib menjelang saat kami meninggalkan kantor menuju Kota Solok untuk mengantarkanku pulang. Angkutan umum sudah tidak ada agar sampai rumah yang berada di ujung. Alhamdulillah, ada sebuah angkutan yang dari Kota padang hendak ke sana, aku menumpanglah.

Hampir pukul 9 menginjakkan kaki di rumah, bertemu keluarga. Rasa letih dari kerja keras seminggu ini mulai terasa. Badan sakit semua, mata sangat berat sangat ngantuk. Akan tetapi mata pun tak bisa di pejamkan. Masih terbiasa dengan jam tidur yang sangat larut. 

Besoknya, ku habiskan hari di pembaringan. Tidak melakukan hal apapun, seakan balas dendam akan waktu istirahat yang hilang akhir-akhir ini. 

Ah, tulisan terpikirkan belum ada tapi tubuh dan otak tak bisa bekerja sama. Terjadilah mengejar setoan di ujung waktu.


Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...