Senin, 22 Agustus 2022

Uter dan Pramu part 1

 Uter dan Pramu



Hmmm, jalan-jalan kali ini direncanakan ke sebuah objek wisata yang ada di Ayamaru, Kabupaten Sorong Selatan. 

Perjalanan akan menggunakan truk yang akan di pinjam dari salah seorang warga Sumatera Barat di Sorong ini. Pak Iwan, begitu panggilan beliau sehari-hari. Niat hati memakai truk akan bisa memuat semua anggota di sekretariat semuanya tiga puluh orang. Hari keberangkatan disepakati Sabtu tanggal 26 Maret 2016.

Sabtu pun menjelang, iuran sudah dikumpulkan dan habis Subuh aku bersama teman lainnya ke pasar untuk membeli persiapan serta bekal yang akan di bawa. Sepulang dari pasar, kami mendapat berita bahwa mobil yang bisa dipinjam hanya L200. Maksimal bisa diisi lima belas orang, itupun sudah penuh sesak. 

Bingung, Bang Ridho selaku pimpinan perjalanan ini sakit kepala memikirkan jalan keluar yang baik untuk semua orang. Keputusan memilih siapa yang pergi dan siapa yang batal. 

Sembari memasak, aku diminta pendapat bagaimana baiknya. Sangat berat memang, dikala keinginan sejalan namun harus gagal didepan mata. 

Akhirnya, beberapa orang yang awalnya ragu untuk berangkat, memilih tidak jadi pergi. Ada juga mengalah dengan alasan tempat pengabdian mereka dekat dengan tujuan kami. "Ah, nanti kami bisa kesana sendiri, dekat saja kok dan akses mudah." Aku juga menawarkan diri tidak ikut tapi dilarang, harus ikut kata mereka. Ya udah, enam belas orang memakai satu unit kendaraan L200, nekat.

Siang harinya saat semua keprluan sudah fix, kami berangkat.

Bagaimana kisah perjalanan ini?

Apa yang akan terjadi selama di jalan?

Bersambung ke cerita selanjutnya ya.

Minggu, 21 Agustus 2022

Surat untukmu Rindu

 

Surat untukmu Rindu

 

Dinginnya udara pagi ini membuatku mengingat dirimu

Embun yang jatuh tetes demi tetes

Mewakili hatiku sekarang, jatuh rapuh merindukanmu

Sang embun dengan beningnya memberi segarnya 
Mengobati rindu ini yang lagi dahaga

Aku terdiam menyaksikan tetesannya terusir oleh hangatnya mentari
Hangat yang selalu ditunggu para hati yang sempat tersakiti

 

Setelah aku yakin bahwa seutuhnya raga mayamu menghilang,

Kini nama dan semua memori tentangmu kembali terngiang. 
Aku tanpamu dipeluk oleh kenangan 

 

Ku hanya bisa berkhayal akan indahnya bersamamu

Menikmati indahnya langit pagi

Cakrawala yang di hiasi awan putih bersih seputih hatimu

 

Maaf, mungkin satu kata indah yang bisa kuucapkan.

Untukmu yang selalu rindu akan kata manis dan romantis

Pembelaan yang bisa kuberikan, 

Sifatku yang tidak terlalu mendambakan

Sulit untuk mengeluarkan kata indah.

Pemikiranku semua hanya membuang energi. Egois bukan?

 

Tangis yang dipendam oleh tawa lepas dan gurauan yang tertutup oleh pertengkaran 
Waktu menyirami kita dan pengalaman menyuburkannya

Dalam hening aku bergumam

Masihkah ada waktu ?


Sabtu, 20 Agustus 2022

Sudahkah Kita Merdeka?

 Sudahkah Kita Merdeka?

Masih bulan kemerdekaan Indonesia, 77 tahun yang lalu mendeklarasikan kebebasan dari penjajah. Jasa perjuangan pahlawan dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berbuah manis. Perlahan mulai menata diri agar secepatnya merdeka dari segala hal mulai dari infrastruktur, ekonomi, pendidikan serta aspek lainnya.

Keindahan bebas membuat kita merasakan berbagai macam aspek yang serba mudah. Pendidikan berkembang dengan pesat walau kenyataannya tingkat literasi masih rendah. Tidak apa, semua berproses walau panjang.

Tapi, apakah manusianya benar-benar sudah merdeka?

Sudahkah hak dan kewajiban berjalan dijalur yang sesuai?

Entahlah, begitu banyak warga yang masih dalam belenggu tahanan. Berada diposisi yang tidak bisa bernapas leluasa, pengap dan sesak. Tidak ada tolak ukur untuk kemerdekaan manusia dalam kekuasaan. Demokrasi sekarang hanya filosofi indah. 

Lihat saja apa yang sedang terjadi di negara kita, pelanggaran, penyalahgunaan kekuasaan semakin merajalela. Pelaku dan korban bertukar peran, menyulitkan pihak yang tiada punya kekuatan serta kekuasaan. Jadi, apa inti kemerdekaan itu?

Lama kurenungi setiap kejadian, memahami ari merdeka sebenarnya. Terbersit kekhawatiran, kekalutan jika kita tidak sedang baik-baik saja. Dalam angan berterbangan jeritan hati dari seorang warga, sempat membatin :

Nasib Indonesiaku yang tak lagi bersahabat.

Dipenuhi para ulat yang menggeliat, menggrogoti hati nurani rakyat

Kebiadaban para pilihan rakyat semakin bejat

Lahir penjilat yang diberi ruang di panggung rakyat

Masih adakah kewarasan yang lebih bermartabat?

Atau hanya keterpurukan, penindasan bagi rakyat


Ah, semua hanya dari sudut pandangku saja, kata hati dikala dihadapkan dengan masalah integritas dan loyalitas.

Ya, Indonesia sudah merdeka dari penjajahan di bidang kekuasaan. Semoga Indonesia segera pulih dan bangkit lebih kuat.

Jumat, 19 Agustus 2022

Tugas Mendadak!

 


Sore itu disaat perjalanan dari kampung halaman menuju daerah pengabdian. 

Brrrrrt, telepon selulerku bergetar, Kulihat sebuah panggilan suara melalui aplikasi Whatsapp dari orang yang kukenal.

"Assalamualaikum Kak, udah berangkat ke Dharmasraya?" tanyanya. 

"Sudah tapi belum sampai di rumah, masih di travel" jawabku sembari menjelaskan daerah saat ini berada.

Lebih lanjut kutanya apa tujuan menelfon. "Eh, sudah tahu Kakak jadi pemateri? Mendengar pertanyaan itu akupun terkejut dan sejenak membuat pikiran melayang. Pemateri apa ya? Apakah untuk mengisi seminar? Tentunya belum siap dong.

"Belum, pemateri apa ya?" 

"Oh, Saya kira Kak sudah di kasih tahu karena jadwal dan pembagian materi sudah selesai seminggu yang lalu. Kakak jadi pemateri di kegiatan Masa pengenalan Lingkungan Sekolah ya" 

Akupun terdiam mendengar penjelasan tersebut, bagaimana mungkin akan memberikan materi saat waktu yang tidak banyak lagi. Memang sebagai seorang guru harus siap sedia untuk memberi pengetahuan akan sekolah. 

"Oke, jika jadwal Kak tak bentrok ya, kapan? tanyaku untuk memperjelas jadwal.

"Hari Rabu Kak, hari kedua kegiatan. Terima kasih, hati-hati di jalan. Assalamualaikum"

"waalaikumsalam" 


Tut, bunyi sambungan telepon terputus. Kuhela nafas berat, wah, mendadak mendapat tugas untuk memberikan materi. Memang tidak susah tetapi semua yang serba tanpa persiapan membuatku tak habis pikir. Seminggu yang lalu sudah di atur, apa begitu sulitkah memberi tahu?

Bukan mencari siapa yang salah, bukan melepas tanggung jawab. Koordinasi dan informasi dari atas ke bawah itu sangat penting.

Tapi ya sudahlah, mulai kupikirkan skenario seperti apa untuk penampilan nanti. Menampilkan serta berbagi ilmu dan pengalaman bersama peserta didik baru. 

Bagaimana ending dari cerita ini?

Aku tak jadi tampil, menyisakan air mata kekecewaan.

Detailnya mungkin tak akan ku jabarkan.

Kamis, 18 Agustus 2022

Dan Hasilnya?


Air mata itu terasa panas membasahi bantal. Muncul beberapa spekulasi apa yang tengah kurasa, kelelahan, deman tinggi dan lainnya. Perlahan getaran tubuhku menghilang, namun tidak bisa bergerak banyak. Semua teman khawatir tiada kira karena biasanya, aku yang tidak pernah mengeluh sakit tiba-tiba terbujur lemas. 

Berhubung situasi sekre yang tidak kondusif untuk istirhat, disarankan malam itu untuk pindah ke rumah kontrakan Rizka yang mendapat sekolah penempatan tidak jauh dari sekretariat. Entah dapat pinjaman motor dari mana, aku diantar kesana.

Keesokan paginya, kondisiku belum pulih dan masih terbaring lemah. Ditemani oleh wakil ketua,  berangkat ke Puskesmas Aimas.

Setelah menunggu antrian, tibalah giliran untuk konsultasi. Prosedur pemeriksaan telah selesai, kemudian berhadapan dengan dokter yang bertugas saat itu.

"Nama siapa?" tanya Bu Dokter

"Yati Bu"

Pertanyaan selanjutnya membuatku tercengang, "Miss atau Ms?" 

Lah, memang kenapa ya? Apa karena hasil pemeriksaan awal menunjukkan gejela lain? Memang sih, pusing, mual, muntah dan tidak bisa makan tapi kan tidak harus ke arah sana. Apakah perasaanku saja yang salah atau memang ini pertanyaan dasar? 

Pulang dari Puskesmas, kudapati obat general pereda panas. Esoknya karena tidak ada perubahan dan malah semakin parah. Mereka menyewa taksi, begitu panggilan angkutan umum disana untuk mengantarku ke RSUD Selebesolu. Perhatian yang tanpa banyak kata dan langsung action membuatku terharu dan merasa hangat. Yang sakit satu orang tapi pendamping enam orang, luar biasa.

Mereka menghandle semua, administrasi serta lainnya. Ternyata setelah diagnosa awal, Dokter menyuruh untuk tes darah di labor. Ku naik ke tempat pengambilan darah, tertatih. Tak lama sesudah sampel diambil, langsung keluar hasil pemeriksaannya. Kami terkejut karena prosesnya secepat itu, ternyata sampelku tertukar dengan pasien lain. Aneh saja, hasilnya demam berdarah dan sangat cepat hasilnya. 

Apa ya sebenarnya yang tengah ku alami?

Satu jam kemudian hasil pemeriksaan darah keluar, pastinya memang punya diriku. Mendengarkan penjelasan dokter dan hasilnya adalah malaria jenis tropika tingkat dua. Waw, sungguh kejutan yang berhasil. Tak pernah terbayangkan akan mencoba juga penyakit endemik Papua ini. Untung segera dibawa ke Rumah Sakit, jika dibiarkan lebih lama akan semakin parah. 

Alhamdulillah dikelilingi oleh orang-orang baik dalam menjalani pengabdian jauh dirantau. Begitu banyak rasa cinta yang saya rasakan. Abang satu penempatan sekolah yang diam-diam menangis melihatku sakit tidak berdaya. Dia bersusah payah mencarikan obat, makanan yang bisa kutelan. Dia tipe yang didepanku akan cerewet memberi ceramah kenapa begini, kenapa begitu.

Rizka, Pia dan Revi yang senantiasa mendampingi kala ku tak bisa apa-apa. Semua kebutuhan dipenuhi, rela tidak tidur, membersihkan tubuhku, menyiapkan makanan dan banyak hal lainnya. Entah bagaimana ku bisa membalas semua itu. Mereka bukan siapa-siapa, hanya orang asing yang bertemu empat bulan lalu. Tak lupa Ica juga, membuatkan brownis manis untukku yang tak selera makan. 

Hanya mereka saja? Tentunya tidak, terima kasih untuk semua rekan SM3T UNP yang telah menjaga sehingga kubisa melewati itu semua. Mata khawatir kalian takkan pernah bisa ku lupa. Rentetan perhatian dan aksi nyata selalu terbayang saat ingat masa itu.

Love You All.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...