Nah, dari Kak Ulfa didapatkan
sedikit gambaran tentang Sailolof Distrik Salawati Selatan yang merupakan
bagian dari pulau kecil. Akses menuju kesana ada dua cara yaitu jalur darat
terlebih dahulu kemudian numpang menyebrang dengan kapal perusahaan terus
lanjut naik mobil ke Sailolof. Cara kedua, jalur laut menggunaka jolor yakni
kapal kayu dengan mesin yang memakan waktu perjalanan 8 – 12 jam di lautan,
Waw.
“Jangan berkecil hati dengan
sikap Kepala Sekolah, Beliau memang seperti itu tapi baik sekali”, pesan Kak
Ulfa. Selesai berbagi cerita Kak Ulfa pun berpamitan dan Kepala Sekolah juga
pergi. Untuk sementara kami tinggal disana bersama teman yang lainnya.
Teman yang sudah bertemu
Kepseknya ada yang langsung dibawa dan ada yang menetap menunggu di LPTQ. Masih
ada beberapa yang belum tahu siapa perwakilan dari sekolah penempatannya. Pagi
hingga siang hari kami hanya menghabiskan waktu sembari melepas lelah dan
menunggu bahkan untuk tidurpun belum tahu di mana.
Sore harinya, hujan rintik-rintik
membasahi bumi, tiba-tiba Kepala Sekolah menjemput kami. Semua barang diangkat
ke mobil dan berangkat. Bapak berkata kami tidak dibawa ke rumah beliau tapi
akan diinapkan di rumah salah seorang guru di sekolah itu. Rumahnya tidak
begitu jauh dari LPTQ .
Selama perjalanan beliau bercerita bahwa beliau
juga guru kimia karena sebagia Kepala Sekolah banyak tugas di kota maka diminta
guru kimia yang di tempatkan di SMAN 9. “Saya sampai ngikut Pak Romanus ke
bandara” kata beliau. “Dan Saya ditolak karena pembagian bukan di sana”.
“Hmm, pantas”, gumamku dalam hati
karena satu-satunya jurusan kimia penempatan Sorong ini. Pantas saja saat
pembagian dengan lancar menyebutkan tempat penempatan Syamsul Hidayati.
“Nanti Mas Agung akan tinggal
bersama Saya”, Kata Pak Kepsek.
“Di sana ada rumah dinas Kepala
Sekolah SD, Saya sudah minta tinggal di sana, kuncinya sudah ada”
“Untuk Bu Yati, nanti bisa
tinggal bersama guru honorer SD, beliau hanya sendiri dan rumahnya ada dua
kamar”, tambah beliau
Sesampai di rumah Bu Sitti, kami
langsung turun dan disambut dengan ramah. Ternyata ada satu orang anak SM3T IV
UNMUL , Kak Masnah. Bercerita dan kenalan dengan tuan rumah, tak terasa sudah
pukul 5.30 WIT. Kami membersihkan diri , habis magrib makan malam telah di
sediakan , Tadaaa Trada cabe. Untung Bg Gung ada bawa rendang, penyelamat makan
malam saat itu. Perut sudah kenyang, badan letih, tidurpun jadi obat paling
mujarab, pulas. Selesai cerita hari itu, apa kejadian besoknya? Di next cerita
ya.