Sabtu, 31 Desember 2022

 Hai.

Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2022. Tahun penuh perjuangan seperti tahun sebelumnya. Saat ini ingin mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri telah bertahan di tengah rentetan masalah yang datang silih berganti. Kedatangan ya ng tanpa melihat situasi dan kondidi, apakah mental dan keyakinan ini kuat untuk menghadapai semuanya.

Bulan penuh kejutan tahun ini dalah Oktober - November, dimana prestasi dan kisah lalu terbuka secara bersamaan. Mari kita lihat sedikit tentang pencapaian tahun ini. Mengikuti pelatihan daring yang menuntut jiwa kreastifitas dalam pembelajaran serta kemampuan editing video. Alhamdulillah menghasilkan sebuah karya sederahan tapi membuat saya bangga akan pencapaian ini. Mengapa? Karena tidak mudah memepelajari sesuatu dalam waktu singkat serta harus bermanfaat untuk ke depannya. 

Lalu apa kisah satunya? Secara detail belum akan aku bahas di tulisan ini. Intinya adalah sebuah hubungan yang telah lama di akhiri diungkit kembali oleh orang lain yang tidak tahu apa-apa. Kenapa bisa diungkit lagi? Hal ini karena pihak sana sudah menjajaki kehidupan yang baru dengan orang lain. Berita bahagia ini membuat orang sekitar kami dulu bertanya-tanya. Kapan kami berkahir? Kok bisa? Dan begitu pertanyaan ingin tahu lainnya. 

Mereka hanya ingin memuaskan rasa penasaran tanpa tahu bagaimana perjuangan hingga saat ini. hubungan itu telah lama diakhir denganbaik-baik. Tidak ada rasa sakit hati dan penyesalan yang tersisa. 

Pertanyaan yang datang beruntun seolah memojokkan diriku. Mereka beranggapan aku tidak mau lagi karena status kepegawaiannku berubah. Wah, seolah selama ini aku bertahan dan berjuang mempertahakan hubungan itu hanya untuk materi. Memang mereka tidak tahu detail yang terjadi, namun cara bertanya yang langsung memberi sebuah kesimpulan tanpa data membuatku sesak. Terdiam dalam heningnya malam. 

Aku berusaha memahami keingin tahuan mereka tapi aku belum kuat. Bagaimana bisa seorang teman dekat berpikiran begitu. Tanggapan netijen memang efeknya sangat kuat. Suatu saat mari kita bercerita kisah indah nan berkahir itu. Suatu saat ketika aku sudah siap.


Jumat, 30 Desember 2022

Target

 Good morning, semoga sehat selalu.

Pagi Jumat yang cerah di hiasi semilir angin berhembus pelan. Dingin menusuk tapi terasa segar. Awan tipis bergerak perlahan meninggalkan kesan mendalam. Sedikit demi sedikit sinar matahari mengintip di balik bukit depan rumah. Memberi tanda aktivitas kehidupan sudah berjalan.

Tak terasa sudah sampai penghujung minggu ini. Semester baru sudah mulai memperlihatkan keberadaannya. Artinya, libur akhir semester akan berakhir. 

Hmm, sudah liburan kemana saja? Apakah sudah cukup istirahat dari sesaknya pekerjaan? Eh, tidak semua merasa sesak pastinya.

Mari kembali mengosongkan pikiran dan hati dari sibuknya pekerjaan lalu. Mulai dari awal kembali membawa semangat baru serta target yang lebih. Apa target tahun depan? Apakah sudah instropeksi diri akan pencapaian tahun ini? Apa langkah untuk lebih baik dari yang lalu?

Belum terbayang menargetkan apa tahun depan. Akan tetapi keinginan sudah mulai bermunculan. Aku harus memikirkan lebih matang mana yang harus jadi target prioritas. Hal yang bisa aku capai dan bermanfaat untuk karir serta kehidupan.

Keinginan tahun depan berhubungan dengan karir sebagai seorang guru. Ada beberapa rencana, melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi, lolos guru penggerak serta menjadi guru berprestasi tingkat nasional. 

Apakah terlalu berlebihan?

Tercapaikah jika semua diinginkan dalam satu tahun? Tidak salah mencoba pastinya. Harus siap dengan segala konsekuensi dari pilihan tersebut. Hal paling pasti adalah mempersiapkan diri, mental serta kesehatan. Harus kuat dan tetap bahagia.

Semoga.

Amin.



Rabu, 28 Desember 2022

Menjelajah

 

Selamat malam.

Kita lanjut cerita jalan ke Guang Toguang ya. Pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, berangkat dari meeting point yakni jarak dua rumah, hehe. Sebenarnya ini sudah telat dari jadwal awal. Rencana ingin jalan pukul 07.00 WIB tapi ya begini akhirnya.

Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan hijau. Jalan setapak jalur pekerja yang menakik getah pinus. Jalan kecil dan mendaki tapi heran mereka dengan mudah melewatinya dengan beban sekitar 50 Kg. 

Jalur yang dilewati rindang sehingga tidak terasa panas. Akan tetapi, betis dan paha cukup terasa padat karena menanjak. Apalagi saat pendakian, teman berhenti di tengah jalan. Apa yang dirasa? Susah menahan berat badan agar tidak mundur. Langkah kaki yang belum tepat menapaki tanah membuat sempoyongan.

Tak lama kemudian sampai di pinggang bukit. Waw, pemandangan indah menyambut dengan riang gembira. Lukisan alam daerah Sulit Air terpampang jelas dari sana. Melihat susunan bebukitan yang rapi, hijau dan asri. 

Beristirahat sembari melepaskan penat. Menikmati cemilan serta minuman yang telah disiapkan dari rumah. Sederhana namun terasa nikmat. Yuk lanjut, di bagian puncak terdapat sebuah batu besar yang indah. Ada goa kecil menghiasinya. Ukiran alam nan alami tiada dua

     

Batu lainnya menurut cerita, dulunya tempat berteduh dan istirahat saat gembala. Pada batu tersebut terdapat semacam kamar yang memiliki dipan terbuat dari batu. Peninggalan nan indah dan bermanfaat.

Nah, kita sampai di puncak. Perut sudah keroncongan saatnya makan siang. Menikmati nasi bungkus daun pisang menambah lezatnya menu seadanya. Makan di alam terbuka menjadikan momen berharga. Kebersamaan yang sudah langka untuk saat ini.

Perut sudah kenyang, tenaga sudah kembali, saatnya kembali menjelajah. Melihat sebuah kolam yang di sebut kubangan gajah. Kenapa ya? Mungkin dahulu gajah pernah mandi di sana. Lanjut melihat telaga yang dulunya penuh air namun sekarang kering kerontang.

Tak terasa sudah menjelang sore. Saatnya pulang ke rumah, menuruni bukit di sambut oleh hamparan sawah menghijau. Hati senang, pikiran tentram, tidak terasa otot kaki sudah mengeras.

Tetap kompak ya. Mari kita ciptakan kenangan indah lainnya.






Guak Toguang

 Hai. Selamat pagi.

Bagaimana kabarnya hari ini?

Semoga sehat selalu ya dan bahagia.

Hari ini mau cerita sedikit kisah hari kemaren. Perjalanan sehari menghabiskan waktu dan tenaga. Menjelajah sebuah bukit di belakang rumah yang baru kali ini aku daki.

Bukit tersebut bernama Guak Toguang, bukit yang tidak terlalu tinggi di penuhi oleh pinus dan pohon lainnya. Kok bisa ya bisa kepikiran kesana dan bagaimana perjalanannya?

Yuk simak cerita Uni kali ini.

Rumah Uni terletak di pinggir jalan yang menurun. Sederet rumah dari simpang atas menyebut dirinya Gang Tojun (TJ), tojun artinya terjun. Nama ini dicetuskan karena posisi deretan rumah yang jika di perlurus akan terjun ke sebuah jurang. Anggota TJ ini terdiri dari semua anggota keluarga, namun yang aktif ya anak remaja atau lebih tepatnya para jomlo, hehe.

Eh jadi cerita kemana-mana. Rencana jalan ini ada berhubung jadwal libur yang serentak. Sudah menjadi kebiasaan jika waktu libur akan membuat sebuah acara, apakah makan-makan atau jalan ke suatu tempat. Kali ini meminta waktu salah seorang kakak laki-laki tetangga untuk menemani sekaligus penunjuk jalan. Hal ini karena beliau terbiasa bekerja dan gembal di daerah bukit sana. 

Sudah beberapa hari lalu dibicarakan namun belum di putuskan kapan berangkat. Ini terjadi karena kesibukan berbeda. Senin malam ditanya, bagaimana kalau besok berangkat? Wah, mendadak tapi ayok.

Besoknya, cerita baru dimulai.

Eh, nanti dulu yaa. 

Nanti uni sambung kembali.

 Menjalani liburan di kampung selalu menyempatkan diri untuk ke Alai. Dimanakah itu?

Alai merupakan salah satu dusun kecil di Nagari Sulit Air, Kec. X Koto Diatas. Tempat dimana aku dilahirkan serta dibesarkan. Masa kanak-kanak aku jalani di daerah ini. Suasana tenang dan asri menjadi healing tersendiri.

Nah, libur kali ini pun aku menemani Ibu untuk mengembalakan sapi di sana. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu setengah jam jalan kaki. Pagi harinya menyiapkan amunisi untuk seharian. Setelah semuanya selesai, akhirnya berangkat.

Perjalanan dipenuhi oleh rindangnya pepohonan hijau. Jalan setapak kecil terlihat sudah puluhan tahun dilewati. Jejak kaki manusia serta ternak memenuhi tapak tanah.

Singkat cerita, mendarat di halaman rumah sederhana yang selalu aku rindukan. Kegiatanku selama di sini beragam. Selepas melepas penat dan mendinginkan badan yang kegerahan habis berjalan, aku mulai melakukan aktivitas. 

Pertama melihat sekeliling rumah lalu pergi ke rumpun bambu. Niat hati ingin mengambil rebung yang kata ibu ada banyak. Akan tetapi, sesampai disana ternyata hanya ada satu dan ukurannya kecil. Sudah terlanjur di potong, tetap dibawa pulang. Nanti dipikirkan akan mau dicampur apa jika di masak.

Kegiatan lainnya adalah gembala sapi. Berhubung rumput di sekitar rumah panjang dan hijau jadilah hanya menambatkan tali di dekat sana. Sapi yang kecil di biarkan berkeliaran. 

Waktu berlalu sangat cepat, Zuhur pun menjelang. Aku ke sumur mata air untuk mengambil wudhu dan jemput air untuk masak. Bagaimana caranya? Ya, pakai ember dan di junjung. Hal yang biasa aku lakukan sedari kecil dahulu.

Sore menghampiri, azan Asar berkumandang. Aku bersiap untuk kembali ke rumah. Menapaki lagi jalanan penuh kenangan yang tidak bisa secara rutin aku lewati lagi.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...