Rabu, 28 Desember 2022

Guak Toguang

 Hai. Selamat pagi.

Bagaimana kabarnya hari ini?

Semoga sehat selalu ya dan bahagia.

Hari ini mau cerita sedikit kisah hari kemaren. Perjalanan sehari menghabiskan waktu dan tenaga. Menjelajah sebuah bukit di belakang rumah yang baru kali ini aku daki.

Bukit tersebut bernama Guak Toguang, bukit yang tidak terlalu tinggi di penuhi oleh pinus dan pohon lainnya. Kok bisa ya bisa kepikiran kesana dan bagaimana perjalanannya?

Yuk simak cerita Uni kali ini.

Rumah Uni terletak di pinggir jalan yang menurun. Sederet rumah dari simpang atas menyebut dirinya Gang Tojun (TJ), tojun artinya terjun. Nama ini dicetuskan karena posisi deretan rumah yang jika di perlurus akan terjun ke sebuah jurang. Anggota TJ ini terdiri dari semua anggota keluarga, namun yang aktif ya anak remaja atau lebih tepatnya para jomlo, hehe.

Eh jadi cerita kemana-mana. Rencana jalan ini ada berhubung jadwal libur yang serentak. Sudah menjadi kebiasaan jika waktu libur akan membuat sebuah acara, apakah makan-makan atau jalan ke suatu tempat. Kali ini meminta waktu salah seorang kakak laki-laki tetangga untuk menemani sekaligus penunjuk jalan. Hal ini karena beliau terbiasa bekerja dan gembal di daerah bukit sana. 

Sudah beberapa hari lalu dibicarakan namun belum di putuskan kapan berangkat. Ini terjadi karena kesibukan berbeda. Senin malam ditanya, bagaimana kalau besok berangkat? Wah, mendadak tapi ayok.

Besoknya, cerita baru dimulai.

Eh, nanti dulu yaa. 

Nanti uni sambung kembali.

 Menjalani liburan di kampung selalu menyempatkan diri untuk ke Alai. Dimanakah itu?

Alai merupakan salah satu dusun kecil di Nagari Sulit Air, Kec. X Koto Diatas. Tempat dimana aku dilahirkan serta dibesarkan. Masa kanak-kanak aku jalani di daerah ini. Suasana tenang dan asri menjadi healing tersendiri.

Nah, libur kali ini pun aku menemani Ibu untuk mengembalakan sapi di sana. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu setengah jam jalan kaki. Pagi harinya menyiapkan amunisi untuk seharian. Setelah semuanya selesai, akhirnya berangkat.

Perjalanan dipenuhi oleh rindangnya pepohonan hijau. Jalan setapak kecil terlihat sudah puluhan tahun dilewati. Jejak kaki manusia serta ternak memenuhi tapak tanah.

Singkat cerita, mendarat di halaman rumah sederhana yang selalu aku rindukan. Kegiatanku selama di sini beragam. Selepas melepas penat dan mendinginkan badan yang kegerahan habis berjalan, aku mulai melakukan aktivitas. 

Pertama melihat sekeliling rumah lalu pergi ke rumpun bambu. Niat hati ingin mengambil rebung yang kata ibu ada banyak. Akan tetapi, sesampai disana ternyata hanya ada satu dan ukurannya kecil. Sudah terlanjur di potong, tetap dibawa pulang. Nanti dipikirkan akan mau dicampur apa jika di masak.

Kegiatan lainnya adalah gembala sapi. Berhubung rumput di sekitar rumah panjang dan hijau jadilah hanya menambatkan tali di dekat sana. Sapi yang kecil di biarkan berkeliaran. 

Waktu berlalu sangat cepat, Zuhur pun menjelang. Aku ke sumur mata air untuk mengambil wudhu dan jemput air untuk masak. Bagaimana caranya? Ya, pakai ember dan di junjung. Hal yang biasa aku lakukan sedari kecil dahulu.

Sore menghampiri, azan Asar berkumandang. Aku bersiap untuk kembali ke rumah. Menapaki lagi jalanan penuh kenangan yang tidak bisa secara rutin aku lewati lagi.

Minggu, 25 Desember 2022

Mengapa Tiumang?

 Hai, melanjutkan detail cerita yang kemaren ya. 

Nah, sudah sampai hasil akhir dari seleksi dengan beberapa keraguan. Adalagi nih hal lainnya yang sempat membuatku dilema. Apakah itu? Setelah diputuskan untuk mengambil sekolah di Dharmasraya, akupun bingung mau lamar sekolah yang mana. Hal ini dikarenakan ada beberapa formasi. 

Awalnya terbelah pada 2 sekolah yakni SMKN 2 Pulau Punjung atau SMAN 1 Tiumang. Pertimbangan ingin di SMK ialah sudah pasti tempanya di keramaian karena Pulau Punjung merupakan pusat pemerintahan Dharmasraya. Akan tetapi, daerah Tiumang tidak aku ketahui sedikitpun. Pernah dicoba menelusuri google map namun tidak tergambar dengan baik. Tampilannya hanya sebuah bangunan diantara kebun sawit. 

Mengapa diputuskan pilih SMA? Sebagai seorang lulusan Pendidikan Profesi Guru, pastinya akan memikirkan tunjangan sertifikasi nantinya. Dimana salah satu syarat yang dipahami saat itu adalah jumlah jam mengajar. SMK hanya mengajarkan mata pelajaran kimia di kelas X kecuali ada jurusan kimianya. Artinya tidak akan mencukupi syarat minimum yaitu 24 jam tatap muka. 

Kurikulum SMA yang terbagi rata-rata atas 2 jurusan yaitu IPA dan IPS mewajibkan kimia untuk jurusan IPA. Kalaupun tidak memenuhi nantinya, akan ada mata pelajaran lintas minat. Siswa jurusan IPS akan belajar mata pelajaran wajib IPA yaitu Kimia, Fisika atau Biologi. 

Demikianlah kisah kenapa jodohya Tiumang. Tempat baru memulai kehidupan yang baru untuk hampir 30 tahun ke depan. InsyaAllah jikaa diberikan umur yang panjang serta kesehatan. Amin.

See you.



Sabtu, 24 Desember 2022

 Melihat kembali cerita tentang bagaimana bisa aku di tempatkan di Dharnasraya. Semua berawal dari pembukaan seleksi menjadi abdi negara yaitu Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2018. Tahun itu terdapat formasi sebagai guru kimia di beberapa sekolah di Sumatera Barat. 

Awalnya aku masih ragu ingin ikut seleksi atau tidak. Hal ini karena ketidakpastian dari program pemerintah tentang penempatan mahasiswa lulusan Pendidikan Profesi Guru. Lulusan khusus untuk mereka yang telah mengabdi satu tahun di daerah 3T. Program khusus ini disebut Guru Garis Depan (GGD).

Bukan keputusan yang mudah saat itu. Aku sudah memegang tiket khusus jika GGD dibuka. Jikalau ikut CPNS jalur umum, harus persiapan lebih matang sebab saingan lebih banyak. 

Akhirnya kuputuskan ikut seleksi karena program khusus tidak tahu kapan dibuka. Faktanya sampai saat ini tidak ada . Mulailah aku belajar kembali tentang materi tes awal yakni Seleksi Kemampuan Dasar (SKD). Aku ikuti pembahasan soal di youtube dan grup whatsapp. Pemahaman materi dijalankan seiring melakukan pekerja sebagai guru les privat. 

Di saat mendaftar, dilema kedua pun menghampiri. Mau ambil formasi di mana ya? Semua sekolah yang menerima guru kimia ialah bagian daerah ujung provinsi. Rata-rata sekolah baru berumur 3-6 tahun. Mentawai atau Dharmasraya? Kedua daerah tersebut ada dalam pilihanku. 

Nah, pilihan fixnya daerah Dharamasraya. Aku tidak tahu daerah itu, tidak terbayang bagaimana topografi serta budayanya. Sekolah yang anggapan ku berada di pusat kabupaten ternyata jauh di dalam.

Alhamdulilah, takdir berkata aku mengabdi di sana. Lulus menhadi salah satu abdi negara. Menjalani babak baru karir kehidupan.

Udah ya, nanti sambung lagi.


Pasar Jumat


Hai. Kembali lagi dengan rutinitas sehari-hari yang tiada habis. Berulang hingga menjadi suatu hal lumrah. 

Masih edisi cerita di kampung halaman, kemarin adalah hari pasar. Setiap Jumat akan datang pedagang dari daerah lain untuk berjualan. Pasar di sini hanya satu kali seminggu. Oh iya, kampungku bernama Sulik Aie (Sulit Air) yang terletak di kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.

Pagi harinya setelah membersihkan rumah dan sarapan, aku berangkat ke pasar. Jalan kaki tentunya bersama ibu dan sibungsu. Jarak rumah ke sana sekirar 15 menit berjalan kaki. Jalanan yang biasanya sepi, kini penuh kendaraan serta masyarakat yang akan belanja kebutuhan pangan satu minggu ke depan. Orang-orang yang sangat jarang kulihat pada hari biasa, kutemui kali ini.

Pemandangannya sama dengan pasar mingguan umumnya. Pedagang mayoritas menjual sayuran, lauk-pauk serta kebutuhan dapur lainnya. Aku mulai berjalan berkeliling, tidak segera membeli apa yang dibutuhkan. Melihat suasana jual beli. 

Sembari berjalan aku bertemu guru bahasa inggris waktu SMP dulu. Ku sapa lalu salin dengan beliau.
"Eh Yati, bertemu disini, biasanya ibuk cuma lihat di Facebook", kata beliau
"Iya Buk, sekarang libur sekolah jadi bisa pulang", jawabku. 
Ucapan beliau setelah itu membuatku bahagia. Beliau berkata "I'm so proud of you, Ibuk tunggu kisah lainnya ya." Kalimat singkat itu menjadi penyemangat besar, apresiasi yang sangat dibutuhkan. 

Bangga pastinya, bagaimana tidak merasa demikian. Guru yang dulu memberikan ilmu, sekarang memuji dan bangga atas siswanya. Perasaan sederhana itu menjadi motivasi untuk membuat lebih banyak prestasi. Merasa diakui dan dihargai.

Akan kuingat perasaan ini. Hal baik yang kita lakukan akan menjadi kebanggan bagi orang lain. Kita tak akan pernah bisa membanggakan semua orang. Akan tetapi, dalam diam ada orang memuji dan senang melihat itu semua.

See you.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...