Oh iya, ceritanya belum lengkap ya, hehehe.
Hmmm, hari yang di tunggu datang. Pagi hari Jumat aku mulai berkemas untuk perjalanan tiga hari dua malam. Kebetulan di Sulit Air, pasarnya hari Jumat jadi aku terlebih dahulu belanja kebutuhan dapur untuk satu minggu ke depan. Pulang dari pasar aku memasak sambal untuk hari itu dan persediaan makanan kedua orang tuaku.
Grup chat Wa sudah mulai ramai berbunyi mengkonfirmasi apakah rencana kami akan terlaksana. Pastinya dong harus terlaksana dan memang cuaca sangat merestui pertemuan kami karena hujan yang beberapa hari ini tiada berhenti namun hari ini terang benderang.
Hal yang harus ku pikirkan sekaramg adalah bagaimana untuk pergi ke Solok, mkasudnya transportasi apa yang harus kugunakan. Jika ingin menggunakan mobil angkutan, mereka terakhir berangkat tadi paling pukul sepuluh. Jadi aku berencana untuk menggunakan ojek hingga Singkarak lalu sambung dengan angkutan kota ke tujuan. Akan tetapi rencanaku gagal karena ojek tak kunjung kudapatkan.
Akhirnya aku minta bantuan Ayah untuk menelfon salah saeorang yang biasa antar jemput untuk pergi. Kebetulan beliau bisa dan kami taruk tiga menuju rumah Fia. Oh iya, aku mengajak adikku yang juga libur sekolah sekalian untuk jalan-jalan. Apakah motornya nyaman? Hmm, harus dibuat senyaman mungkin. Perjalanan ke tujuan membuatku lumayan sakit pinggang karena menempuh jarak cukup jauh menghabiskan waktu hampir satu jam.
Magrib menjelang saat aku turun dari motor di halaman rumah Fia. Mereka tidak percaya akan aku yang dalam satu motor bertiga. Ya bagaimana lagi, memang begitu kondisi agar aku tidak gagal ikut dalam kisah kali ini.
Next detailnya nanti ya.
Liburan akhir semester genap telah tiba yang artinya waktu libur lumayan panjang. Terhitung tiga minggu sejak hasil pembelajaran dibagikan. Apakah langsung pulang kampung? Tentunya tidak karena masih ada tanggung jawab yang belum selesai. Bayangan akan santai sudah menari di anganku seolah memanggil untuk segera. Akhirnya tugas selesai, segala administrasi sudah diserahkan dan I'm free!
Perjalanan pulang ke rumah terasa singkat walaupun menghabiskan 8 jam perjalanan. Berangkat dari dharmasraya menggunakan travel sekitar pukul 10 pagi, turun di Kota Solok pukul dua siang. Aku menunggu mobil angkutan untuk ke sulit Air yang berangkat pukul tiga. Kenapa tidak langsung nyambung aja? Ya, karena itu mobil satu-satunya rute Solok - Sulit Air. Sembari menanti, aku singgah di minimarket untuk membeli cemilan agar tidak bosan. Singkat cerita, habis Asar menapaki langkah di tujuan yakni kediaman orang tua.
Waktu cepat berlalu karena nyaman, rencana liburan yang diangankan pun belum terealisasi. Cuaca tidak mendukung untuk bepergian, hujan, angin tiada berhenti siang dan malam. Akan tetapi suatu siang, handphoneku berbunyi terlihat panggilan video kelompok. Mereka adalah gadis penempatan SM3T Sorong dulu yakni Fia, Revi dan Rizka.
"Hai Kak, ngapain aja di Sulit Air itu? Ke Solok lah main," sapa Fia.
Dalam panggilan tersebut ternyata Fia dan Revi bertemu di Kota Solok. Seperti biasa pembicaraan tidak lepas dari mengenang kisah masa lalu di Papua. Tidak lupa menertawakan keadaan sekarang yang tidak jauh berbeda dengan kondisi tempat pengabdian daerah 3T dahulu. Apa ending video call kali ini?
"Kak, yok lah liburan kita," Fia mengusulkan untuk liburan bareng. Bagaimana mungkin? Rizka yang masih berada di daerah lumayan jauh dari pusat Provinsi Riau akan ikut serta. Akan tetapi kesepakatan tercapai dalam tiga hari hari lagi akan berjumpa.
Ide yang tiba-tiba melahirkan persiapan matang sat-set jadi. Rute perjalanan dua hari yaitu tempat wisata Kab. Solok, Kab. Lima Puluh Kota di akhiri Kota Bukittinggi. Bagaimana tempat menginap? Kebetulan ada rumah Fia yang kosong, intinya bisa kami tempati untuk dua hari tersebut. Akomodasi? Rental mobil dan biaya dalam kata candaan ditanggung oleh Kak Yati dan Kak Rizka.
Ah, nantilah teknis itu dibahas kalau sudah bertemu. Sepakat untuk mewujudkan liburan bareng yang hanya terjadi karena kebetulan Video Call. Takdir memang tidak bisa dilawan karean ada saja jalan mewujudkan hal yang mustahil menurut manusia.
Bagaimana keseruan kisahnya? Nanti ya, karena saat ini jiwa bercerita lagi terkurung dalam mood kurang bagus, hehe.
Kenapa bisa dinamakan denga Sailolof Squad? Sebenarnya kurang tepat juga sih karena tidak semua anggotanya ditempatkan pengabdiannya di Kampung Sailolof. Akan tetapi dari lima orang, tiga diantaranya berada di Sailolof termasuk diriku. Berhubung di kampung ini pusat kecamatan sehingga fasilitas dan jumlah warga lebih banyak di bandingkan dua kampung lainnya. Hal ini yang membuat tempat aku berada menjadi titik kumpul.
Oke, sekarang mari perkenalkan satu per satu anggota dari squad ini.
Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...