Jumat, 26 Agustus 2022

Uter dan Pramu Part 4

Lupakan saja drama dari part sebelumnya ya. Perjalanan dilanjutkan setelah semuanya selesai sarapan. Mobil melaju dengan tenang, pemandangan hamparan Danau Ayamaru dibawah sana sungguh luas. Dihiasi pasir putih dan pulau kecil di tengahnya. Indah serta memanjakan mata yang memandangnya.

Tujuan kami pagi ini adalah ke Danau Uter berbekal informasi yang didapat dari warga sepanjang jalan. Supir pun tidak tahu rute tempuh, lurus saja menelusuri jalan yang ditunjukkan. Akan tetapi tidak juga sampai dan ternyata nyasar sangat jauh, hehe. Menemui tanjakan sangat tinggi, membuat mobil tak sanggup mendaki. Terpaksa anak cowok turun dan jalan kaki hingga ke puncak di bawah teriknya matahari dan tanpa memakai sendal. Kasihan.

Akhirnya apa yang kami cari terpampang nyata di depan mata, genangan air biru kehijauan. Danau ini tidak terlalu lebar ukurannya, air sangat jernih sehingga  bisa melihat ke dasar. Foto adalah dokumen wajib saat liburan sehingga memori penuh. Sayang juga kalau tidak diabadikan, kapan lagi bisa kembaki kesini. Teman yang lain mandi menikmati kesegaran air, aku yang rencana tidak ikut, nyebur juga. 

Puas menikmati ciptaan-Nya, kami pulang memakai baju basah karena berencana mau mandi lagi di Danau Pramu. Sebelum lanjut kami singgah dahulu ke Koramil Aithinyo untuk menumpang istirhat serta Salat. Disana disuguhi makanan serta di layani sangat baik. Terima kasih, walaupun baru bertemu tadi di lokasi danau tetapi diperlakukan seolah sudah kenal lama.

Jam menunjukkan pukul empat sore di kala sampai kembali di Koramil Ayamaru, kami bergegas muat barang yang tadi masih dititip sekaligus pamit pulang ke Sorong. 
Lah, bukannya ada yang belum di kunjungi?
Danau Pramu bagaimanag?
Tetap dong, berlanjut di part terakhir kisah ini ya.


 

Kamis, 25 Agustus 2022

Lamunanku

 

Dalam heningnya malam aku terdiam, terpaku di depan laptop. Pikiranku melayang entah kemana, kejadian siang tadi membuat hatiku tak karuan. Sekilas tak sengaja beradu pandang mata dengan seseorang.  Tik, tik, tik, perlahan denting tetesan hujan di atap menambah syahdunya malam ini. Tak lama menjelang, curahan air mengalir deras dari awan jatuh ke bumi. Semilir angin berhembus menerobos lewat cela ventilasi, dingin.

Aku jatuh dalam lamunan, bertanya akan apa yang tengah dirasakan. "Apa ini yang dinamakan jatuh hati?" batinku. Memikirkan namanya saja membuat hatiku berdebar. Ada kebahagiaanyang tidak bisa aku pahami. Siapakah dia? Aku tidak mengenalnya, bahkan saat mencoba mengingat serta membayangkan wajahnya tidak jelas tergambar. Tidak ada wujud jelas dalam ingatan, samar.

Mendengar cerita tentang dirinya, kepribadian, sifat baik serta keunggulan yang dimilikinya membuat berharap untuk bisa memiliki. Akan tetapi aku takut, terbayang penolakan, kekecewaan akan siapa diriku di masa lalu. Masalah ini yang membuatku tak bisa maju, trauma. Seketika tersadar bahwa rasa sakit tidak mudah untuk di obati.

Selama ini memang terlihat seolah menutup hati tetapi itu wujud perlindungan diri. Ketakutan yang selalu menghantui, dimana kadang aku tak mengerti alasannya. Aku hanya lelah, ingin istirahat bukan berhenti. Hanya saja durasi belum pasti dan belum bisa kuputuskan. Saat energi sudah cukup atau ada yang datang merengkuh, akan kulanjutkan.

Tiba-tiba "Duarrrrr", suara petir membuatku tersentak dari lamunan. Hujan semakin deras namun kegalauan tidak mereda. Semoga saat merdeka dari masa lalu menghampiri.

Rabu, 24 Agustus 2022

Uter dan Pramu Part 3

 

Yuk simak kelanjutan kisah bertualang ke kabupaten sebelah.

Tengah malam sudah kami menginjakkan kaki di Koramil Ayamaru. Cuacanya sangat dingin seolah berada di puncak gunung. Hal ini karena daerah tersebut berada di ketinggian serta hutan yang masih asri.  Setelah menurunkan semua barang bawaan, istirahat sejenak lalu Salat diakhiri memejamkan mata hingga tidur,

Esoknya sekitar pukul lima pagi, kami bangun dan mendengar suara yang sangat keras dari arah bawah. Oh, ternyata itu adalah suara dari Gereja, mereka sedang memperingati hari Paskah. Baru teringat bahwa liburan ini terlaksana karena libur Paskah. Daerah Papua khususnya, hari libur ini memiliki rentang hingga tujuh hari. Kegiatan pembelajaran di sekolah sering tidak terlaksana karena banyak hari  khusus.

Setelah Salah Subuh, kami menumpang memasak ke salah satu anggota koramil. Ternyata yang bertugas di sana tidak hanya berasal dari Papua tapi juga daerah lain seluruh Indonesia. Menu sarapan adalah nasi putih, lauknya telur rebus, sambalnya sudah dibawa dari sekre
Saking asyiknya memasak, tidak menyadari bahwa yang ada di barak hanya aku dan 2 teman lainnya. Dalam pikiranku mereka ada di luar, tak disangka saat dihubungi mereka sudah jalan duluan ke dermaga Danau Ayamaru. 

Emosi tak bisa kutahan, bagaimana mungkin ketika kami menyiapkan makan, ditinggal begitu saja. "Memang aku pembantu" batinku. Perasaan yang kurasa bercampur aduk, kecewa, mau nangis, marah bercampur jadi satu. Akan tetapi tak bisa kulakukan, aku hanya diam seribu bahasa.
Saat rombongan pertama kembali ke barak, semua emosi yang terpendam langsung keluar. Sesudahnya aku masuk kamar dan diam, tidak menanggapi panggilan mereka. 

Bagaimana kelanjutan cerita ini? Apakah perjalanan akan menyenangkan? 
Tunggu kisah selanjutnya ya.

Selasa, 23 Agustus 2022

Uter dan Pramu Part 2




Melanjutkan kisah perjalanan ke Danau Uter dan Danau Pramu.
Rombongan yang berangkat terdiri dari enam orang perempuan dan sebelas orang laki-laki. Khusus ladies, dua orang di depan dan empat di tengah sedangkan para lelaki di belakang bagian mobil yang terbuka. Mereka berdesakan bak susunan Sarden, kasihan tetapi demi liburan semua akan baik-baik saja, hehe.

Jalanan yang kami lewati awalnya mulus dengan view kebun pisang bagian kiri dan kanan. Tak lama kemudian sampailah di jalan tanah berbatu, mulus lagi dan berbatu lagi. Selama mobil melaju suasana sangat heboh, banyak hal lucu membuat tertawa. Jarak jauh tidak terasa melelahkan, nyaman dan benar-benar dinikmati.

Suasana menyenangkan bukan tolak ukur tubuh kuat. Setengah perjalanan salah seorang teman yang berada di belakang tepar, muntah, masuk angin. Bagaimana tidak? Jarak tempuh nan jauh dihadapkan angin sepanjang hari tanpa penutup. 

Kami pun berhenti di pinggir jalan, kenapa? Karena kalau di tengah nanti di tabrak, hehe.
Nggak lucu ya? Biarin, memang tidak bermaksud melucu pun. 

Oh iya, teman itu Vino namanya. Semua obat masuk angin diberikan di tambah pijatan bagian punggungnya. Kondisinya lumayan memprihatinkan, tubuh lemas tak berdaya. Kasihan dan tidak tega, akhirmya setelah membaik kuberikan syal agar mengurangi efek dingin. Mobil melaju kembali ke arah tujuan



Kami sampai di daerah bernama Batu Payung, beristirahat di salah satu Rumah Makan sekalian untuk makan.  Apakah menyantap menu di sana? Oh, tidak. Menu asupan energi malam adalah bekal yang telah disiapkan dari sekre. Intinya menumpang saja buat menikmati sajian sendiri.

Puas melepas letih, lanjut kembali tak terasa sampai di perbatasan Kabupaten Sorong dengan Kabupaten Sorong Selatan. Mobil yang kami kendarai di periksa dan dapat teguran karena muatannya terlalu banyak. Memang iya, penumpang melebihi kuota seharusnya. Tidak sampai disitu hambatan yang dialami, saat melewati salah satu jembatan diberhentikan lagi. Parahnya orang itu membawa parang dan balok kayu. Seram dan menakutkan apalagi sudah tengah malam tanpa penerangan.

Ternyata dia cuma minta rokok, akan tetapi orangnya tidak sabaran. Segera di kerubuni mobil kami, andai tidak diberi akan hancur dan tidak selamat. Untungnya sopir sudah menyiapkan stok rokok karena sudah tahu kondisi jalan. Alhamdulillah, setelah diberikan mereka menyilakan lewat.

Pukul sebelas malam sampai di Koramil Ayamaru, parkir kemudian Bang Rido turun minta izin menginap. Kami diberikan satu barak untuk istirahat sampai esoknya.

Bagaimana kelanjutan kisah setelah di Ayamaru?
Next part ya.

Senin, 22 Agustus 2022

Uter dan Pramu part 1

 Uter dan Pramu



Hmmm, jalan-jalan kali ini direncanakan ke sebuah objek wisata yang ada di Ayamaru, Kabupaten Sorong Selatan. 

Perjalanan akan menggunakan truk yang akan di pinjam dari salah seorang warga Sumatera Barat di Sorong ini. Pak Iwan, begitu panggilan beliau sehari-hari. Niat hati memakai truk akan bisa memuat semua anggota di sekretariat semuanya tiga puluh orang. Hari keberangkatan disepakati Sabtu tanggal 26 Maret 2016.

Sabtu pun menjelang, iuran sudah dikumpulkan dan habis Subuh aku bersama teman lainnya ke pasar untuk membeli persiapan serta bekal yang akan di bawa. Sepulang dari pasar, kami mendapat berita bahwa mobil yang bisa dipinjam hanya L200. Maksimal bisa diisi lima belas orang, itupun sudah penuh sesak. 

Bingung, Bang Ridho selaku pimpinan perjalanan ini sakit kepala memikirkan jalan keluar yang baik untuk semua orang. Keputusan memilih siapa yang pergi dan siapa yang batal. 

Sembari memasak, aku diminta pendapat bagaimana baiknya. Sangat berat memang, dikala keinginan sejalan namun harus gagal didepan mata. 

Akhirnya, beberapa orang yang awalnya ragu untuk berangkat, memilih tidak jadi pergi. Ada juga mengalah dengan alasan tempat pengabdian mereka dekat dengan tujuan kami. "Ah, nanti kami bisa kesana sendiri, dekat saja kok dan akses mudah." Aku juga menawarkan diri tidak ikut tapi dilarang, harus ikut kata mereka. Ya udah, enam belas orang memakai satu unit kendaraan L200, nekat.

Siang harinya saat semua keprluan sudah fix, kami berangkat.

Bagaimana kisah perjalanan ini?

Apa yang akan terjadi selama di jalan?

Bersambung ke cerita selanjutnya ya.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...