Minggu, 11 September 2022

Yah, telat

Mengikuti tantangan menullis setiap hari yang kedua kali membuatku menetapkan target baru. Tidak boleh ada warna lain selain hijau dan biru yang artinya harus setoran setiap hari tepat waktu, jumlah kata cukup dan sesuai tema pada hari tertentu. Selama 25 hari tercapai apa yang aku inginkan akan tetapi tidak kusangka hari ke-26 aku gagal. 

Kenapa?

Hari ini di sekolah memang tidak ada jadwal mengajar masuk kelas. Pukul 07.05 aku melangkah menuju sekolah yang di halaman rumah. Sepi, belum beberapa orang kulihat hadir di sekitar sekolah. Tak lama berselang satu persatu muncul sebelum bel masuk berbunyi. Akan tetapi masih terasa sepi karena pagi ini dihiasi oleh rintikan kecil hujan, gerimis. 

Pukul 07.15 waktunya untuk melaksanakan apel pagi, biasanya dikumpulkan di lapangan namun kali ini tidak, hujan semakin deras. Jadwal satu jam pelajaran pertama yang direncanakan untuk gotong royong sekeliling kelas batal. Untuk mengisi waktu diberi instuksi membersihkan bagian kelas yang tidak terkena hujan.

Waktu berlalu, pembelajaran berlangsung seperti biasanya setiap Sabtu. Aku yang tidak mempunyai kewajiban masuk kelas, menyelesaikan tugas pelatihan yang sedang kuikuti. Rentetan tugas begitu banyak dan harus praktek agar ilmunya bisa bertahan lebih lama. Pemanfaatan fitur goggle dalam pembelajaran untuk kegiatan belajar lebih efektif serta menarik. Butuh waktu dan effort banyak untuk menyelesaikan tugas setiap pertemuan. Semua kujalani santai tanpa beban berlebihan.

Kepalaku mulai terasa berat, pembahasan di dalam kantor juga terasa berat. Aku melangkah keluar untuk mencari ketenangan sebentar. Eh, baru saja keluar, dipanggil oleh anak-anak untuk ikut bermain volly di lapangan. Berhubung ingin sejenak menghilang dari rutinitas itu, aku bergabung dengan mereka. Apakah pandai bermain? Tentunya tidak, servis saja bukan ke lapangan sebelah malah tinggi ke atas. Begitulah kemampuanku bermain, ikut meramaikan serta have fun saja.

Kita percepat saja hingga pulang ya. Pukul 3 sore aku menginjakkan kaki di rumah, langsung merebahkan badan di kasur. Tubuhku terasa berat serta kepala sangat berat. Aku mencoba untuk istirahat dan tidur akan tetapi tidak bisa. Begitu kondisi hingga Magrib menjelang.

Malamnya aku berencana untuk tidur sejenak dan akan menulis nantinya. Ternyata aku ketiduran dan melewatkan semua kegiatan di malam ini. Makan malam serta rencana menulisku gagal, aku terbangun di waktu sepertiga malam. Akhirnya tulisanku terlambat untuk hari ke-26.

Aku hanya bisa berencana. 


Jumat, 09 September 2022

Ingin Menghilang

 Ada apa dengan hari itu?

Aku berjalan pelan melangkahkan kaki menuju tempat bekerja. Jarak yang sangat dekat membuatku seolah harus selalu jadi tim pertama dan terakhir berada di sana. Kehidupan pribadiku yang masih sendiri menjadi alasan untuk selalu diberi tanggung jawab tanpa bisa beralasan menolak. Adilkah ini?

Ya, memang kepercayaan akan hasil kerja yang sesuai telah kudapatkan. Setiap pekerjaan serta deadline berusaha kuselesaikan sebelum menumpuk. Biasanya semua kulalui penuh semangat tanpa beban.

Namun hari itu terasa berbeda. Langkah kaki gontai seolah tak ingin bertemu rutinitas itu. Aku berjalan pelan menelusuri setiap jejak yang sangat familiar. Ingin aku berbalik kembali ke rumah, bersantai menghabiskan waktu di atas kasur. Melupakan kewajiban, tugas serta tuntutan profesi. Bersenda gurau dalam mimpi, merajut cita impian nan indah. Memblokir semua akses kehidupan di sekitarku.

Semua hanya keinginan tanpa bisa terwujud, tiada keberanian untuk ingkar akan janji yang telah diukir. Janji akan bekerja sesuai surat keputusan yang telah di tanda tangani, pekerjaan impian yang telah dicapai dengan susah payah. Apakah akan menghindar dari sana?

Tiada jawaban yang pasti namun aku tak ingin membohongi diri sendiri. Saat ini aku lelah, bosan dan lemah motivasi untuk tetap powerfull. Butuh ketenangan untuk kembali lagi, mengisi stamina dan mengembalikan pola pikir yang mulai kacau. Dan aku masih bertanya-tanya, apa yang harus aku lakukan?

Aku tak bisa kemana-mana, apakah cukup hanya dengan bermalas-malasan seharian?

Kamis, 08 September 2022

Divisi Infokom

Tidak terasa sudah hari ke-24 tantangan menulis selama 30 hari bersama DWC. Sudah tiga hari ini diberi tema tertentu untuk setiap squad dan hari ini tema untuk squad 3 adalah kemenangan. 

Hmmm, berbicara tentang menang sekilas aku kembali ke kenangan 5 tahun silam dikala masih menimba ilmu keprofesian. Aku bergabung dalam sebuah suborganisasi bernama divisi infokom. Sebenarnya banyak kisah yang dapat dijabarkan dari kumpulan orang-orang ini. Akan tetapi kali ini ingin menceritakan bagaimana arti kemenangan bagi kami.

Sesuai namanya divisi ini bertugas sebagai perpanjangan tangan dalam mencari serta memberikan informasi yang update. Semua hal yang berhubungan dengan semua aktivitas , kegiatan serta pengumuman akan melewatinya.

Nah, lalu apa hubungannya dengan menang?

Jadi begini, Universitas tempat kami menjalani pendidikan profesi mengadakan beberapa event antar divisi dan antar jurusan. Setiap kegiatan yang ada selalu kami ikuti dan mengirimkan perwakilan untuk ikut. Apakah utusan tidak memenuhi syarat? Tentunya memenuhi dong karena divisi kami dipenuhi oleh insan berbakat dan bertalenta. Lalu kenapa selalu kalah? Entahlah, aku pun tidak tahu alasan dibalik itu, sudah takdir barangkali. Hehe.

Akan tetapi tidak boleh jatuh dalam kekalahan yang terus menerus, karena apa? Ya karena kami harus meliput serta melaporkan jalnnya perlombaan dan tentunya para pemenang. Kami bahagia mengumumkan kebahagiaan orang lain. 

Ada satu event yang kami angkat serta di handle langsung oleh divisi infokom. Event itu adalah lomba fotografi serta pelatihan menulis dengan goal buku antologi kisah inspirasi. Pelatihan ini diikuti oleh semua mahasiswa profesi kala itu. Acara kami berjalan dengan sukses serta terkumpul lebih dari 100 buah tulisan. Untuk membuatnya lebih semarak akan ada tulisan terbaik dari juri yang saat itu juga pemateri.

Buku Antologi PPG SM3T V UNP 2017

Tibalah saatnya pengumuman pemenang setelah penilaian kurang lebih satu bulan, Dag-dig-dug, debaran jantung semakin terasa. apakah tulisanku terpilih? atau tulisan salah satu anggota divisi? Berharap setidaknya kali ini ada perwakilan untuk menang.

Eh ternyata, tetap tidak satupun tulisan anggota divisi infokom yang masuk tiga tulisan terbaik. Se-fair itu penilaian tanpa ada kecurangan sedikitpun.  Tetap kami harus berjalan dengan motto "Tidak perlu menang tetapi umumkanlah kemenangan orang lain dengan bahagia". Bukan motto resmi sih, hanya saja untuk menghibur diri.

Jauh di dalam lubuk hari terdalam dan keluar dari mulut masing-masing, infokom adalah pemenangnya. Hanya kami yang mempunyai tour keluar dari padang menghabiskan waktu seharian dan bahkan kena panggil karena telat pulang oleh ibu asrama, hehe.


See you.

Rabu, 07 September 2022

Semua Berproses.

Sering kali dihadapkan dengan penilaian orang lain yang menganggap kesuksesan seseorang diperoleh dari jalan mulus. Tidak Sayang, jangan pernah berpikir untuk meremehkan perjuangan setiap insan. Kita tidak pernah tahu seberat apa beban di pundak yang harus dipikulnya, setinggi apa dinding penghalang yang harus digapai. Cukup beri selamat atas prestasi yang sudah didapatnya, hargai setiap proses panjang yang telah dilalui.

Setiap orang mempunyai pencapaian masing-masing yang tidak harus dibandingkan. Ada yang duluan sukses di karir, keluarga dan lainnya. Hilangkanlah kata "mentang-mentang," ini membuat hati seseorang akan sedih dan sakit. Mari kita berbesar hati akan keberhasilan orang di sekitar.

Sedikit bercerita tentang diri sendiri dan beberapa orang yang sudah mendapat pekerjaan berpenghasilan tetap tiap bulannya namun masih sendiri. Maksudnya disini adalah punya gaji tetap tapi belum menikah khususnya perempuan. Seringkali muncul prasangka kurang baik seiring tingginya pendidikan dan pekerjaan dengan mencari jodoh. Mereka beranggapan terlalu pemilih menerima ajakan laki-laki untuk berumah tangga. Seakan hanya melihat dari segi sosialnnya saja padahal perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Dan yang tidak bisa kita sangkal adalah jodoh sudah ada yang atur, tiada akan tertukar.

Suatu saat akan tiba masa itu, masa berjumpa belahan jiwa yang sejalan, hehe. Bukan menutup hati ya atau mencari dengan standar yang tinggi. Hanya saja memang belum bertemu dia yang sekali lihat membuat hati berdebar. Semua ada proses yang harus di lewati dan tidak semua sesuai denga harapan orang lain. Cukup doakan yang terbaik hingga kisah itu berakhir sempurna dan bahagia.

Jadi berhentilah mempertanyakan hal yang belum bisa dipastikan.

Mohon bersabarlah, bukan karena tidak mau hanya saja belum waktunya saja.

Waktu akan menjawab semua proses panjang setiap langkah dan helaan nafas ini.

Ingatlah, semua orang memiliki proses serta alur cerita masing-masing.

Yuk tetap semangat menjalani kehidupan tanpa ikut campur urusan pribadi orang lain.


Selasa, 06 September 2022

Akhirnya Jadi Anak Kampus

Hello, kali ini kita akan berbagi kisah lainnya tentang bagaimana seorang anak beejuang. Kisah seperti apa yang akan di sampaikan? Yuk, simak!

Terlahir dari keluarga yang ekonomi menengah tidak menyurutkan langkah Sukma untuk berusaha. Segala upaya dan perjuangan di tempuh agar cita yang diimpikan tercapai. Sukma adalah salah satu peserta didik di sekolah tempat aku mengajar. Seperti biasanya jika sudah menginjak masa akhir tingjat SMA mengharuskan untuk memutuskan arah mana yanh harus di tempuh. Apakah hanya sampai di sini atau lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

Aku memang guru BK atau wali kelas yang memiliki wewnang untuk mengarahkan. Akan tetapi setiap masuk kelas, selalu mengingatkan serta memberi motivasi agar tetap lanjut untuk kuliah. ku menjelaskan jika memiliki niat yang kuat, InsyaAllah akan ada jalan untuk mempermudah kita menggapainya. Sukma berkata " Saya mau kuliah Buk, tapi tidak tahu untuk ambil jurusan apa." Dia mempunyai keinginan yang kuat serta dorongan dari orang tua yang selalu mendukung. Nah, rintangan pertama telah dilalui karena disini tingkat minat ke perguruan tinggi masih rendah. Kebanyakan para orang tua juga kurang memberi izin anaknya untuk keluar dari daerah.

Semester genap tidak terasa sudah dijalanani artinya jadwal seleksi masuk Perguruan Tinggi telah dibuka. Apa saja upaya dan rintangan yang Sukma jalani hingga sekarang bisa jadi anak kuliahan? Berikut jabaran perjuangan tiada ujuang seorang anak yang bertekad untuk maju.

Langkah pertama yang dipilih adalah ikut seleksi SNMPTN yang kuota untuk jurusan IPA hanya lima orang satu sekolah. Kebetulan yang berminat untuk ikut hanya sedikit dan dia masuk penjaringan nilai. Drama dimulai, kekalutan tidak tahu memiliih jurusan membuatnya mulai gelisah. "Ibukk, bantuin saya ya, pilihkan satu jurusan yang cocok Buk," rengeknya. Aku tidak langsung memberikan jawaban, dimulai dari menggali minatnya kemana, nanti mau kerja apa dan sebagainya. Finally, dia memutuskan untuk mengambil jurusan pendidikan tapi tidak tahu apa. Aku memberi beberapa pilihan, kemudian ditetapkan Tari dan Bahasa Indonesia. Awalnya ingin tari pilihan pertama akan tetapi passing grade Bahasa Indonesia lebih tinggi, aku sarnkan untuk mengubah urutan prioritas.

Hasilnya apa? Alhamdulillah saat pengumuman kelulusan tertera bahwa Selamat anda lulus tahap administrasi, silahkan lengkapi syarat untuk verifikasi data.

Apakah perjuangannya sampai di sana? Tentunya tidak, babak baru dimulai. Kelanjutannya simak di kisah berikutnya.

Koneksi Antarmateri Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Bagaimana Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ...