Menjalani kehidupan sebagai seorang pendidik membuatku bertanya, hal baik apa yang telah kulakukan? Sudahkan menjadi pendidik yang mengayomi siswanya?
Kali ini bercerita tentang tiada yang mustahi saat sudah berusaha dan berdoa. Tiada jalan yang mulus untuk mencapai sebuah cita-cita. Semoga menjadi sebuah inspirasi dan motivasi untuk yang lain.
Fauzan Nur Fiqri, salah satu siswa pertama yang menjadi anak asuhan sebagai wali kelas saat bertugas di sekolah ini. Seorang anak pindahan dari salah satu sekolah negeri di Dahrmasaraya. Dia anak yang sopan dan bertutur kata baik kepada guru. Daya tangkapnya dalam belajar membuatku menaruh harapan yang tinggi.
Beberapa bulan berlalu, kehadirannnya semakin membuatku penasaran. Dia hadir ke sekolah akan tetapi jamnya berbeda dengan jam di sekolah sehingga di beberapa guru mulai tidak masuk. Pertanyaan semakin banyak masuk dan kerinduan seorang guru akan keberadaan siswanya di kelas semakin besar.
Telat adalah masalah utama yang harus di atasinya. Ku coba mendekati serta mencari alasan di balik permasalahn itu. Ternyata memang telat bangun, bukannya tidak di bangunkan oleh orang tua. Kondisi orang tua yang harus bekerja di pagi hari membuat mereka tidak bisa menungguinya hingga benar-benar berangkat sekolah. Kondidi ekonomi yang memaksa berangkat awal untuk mencari rejeki.
Setelah di panggil, mulai ada perubahan datang sudah pagi walaupun apel agak telat. Penghujung semester genap pun datang, laporan demi laporan ke wali kelas berdatangan. Anak A tugasnya tidak lengkap, anak B tidak ikut ulangan serta lainnya.
Masuklah anak ini ke salah satu daftar yang kenaikannya di pertanyakan. Apa perjuangan seorang wali kelas? Jelasnya memburu anak agar melengkapi semua tugas dan nilai yang kurang.
"Fiqri, ayok lengkapi tugasnya," ucapku.
"Tapi tugas saya banyak buk yang belum," jawabnya, pesimis tidak akan sanggup untuk memenuhi tenggat waktu yang di berikan oleh sekolah.
"Ibuk yakin Fiqri pasti bisa, ibuk temani sampai selesai." Aku tidak membenarkan kelalaiannya dalam mengerjakan tugas selama ini, tapi ini adalah bantuan terakhir yang bisa kulakukakn agar naik kelas. Mulailah drama penuh perjuangan demi anak. Tidak kenal waktu, di saat semua sudah mulai santai dari beban kerja, saya masih menagih hutang hingga tengah malam. Beberapa hari kurang tidur, mendata tugas apa saja yang sudah selesai dan yang belum. Chat WA penuh dengan laporan dan kata cerewetku agar segera di selesaikan.
Hal yang membuat kusalut ialah dia mau berusaha juga saat gempuran tanggungjawab selalu kuminta. Alhasil sebelum limit yang diberikan, tugas itu selesai dan kuhubungi setiap guru untuk menyampaikan tugasnya. Alhamdulillah, perjuangan di penghujung masa tugas berhasil.
Tak terasa sudah kelas XII, pertanyaan mau kuliah dimana terus dilontarkan untuk mereka. Berbagai jawaban diluar dugaan bermunculan. Alasan Fiqri membuatku tercekat. "Saya ingin kuliah buk, tapi tidak percaya diri." Alasannya pun ku pertanyakan "Kenapa Fiq? Semua bisa kok untuk lanjut"
"Saya kan jarang belajar buk, datang sering telat dan nilai saya rendah, saya takut gagal buk," jawabnya dengan suara pelan. Memang kehadirannya masih kurang, jam pertama sering terlambat. Aku mencoba meyakinkan untuk tetap mencoba untuk daftar kuliah.
Ujian Akhir Sekolah telah selesai, pendaftaran untuk SNMPTN pun telah tutup. Kembali kuhubungi Fiqri untuk menanyakan niatnya lanjut pendidikan. Jawaban yang sama aku dapatkan, dia tidak percaya diri akan berhasil, takut gagal.
Pesan yang aku sampaikan, "Yuk dicoba dulu, kalau niatnya kuat pasti ada jalan. Jangan menyerah sebelum mencoba. Saat kuliah nanti, posisi kita akan sama dengan mahasiswa yang lain. Sama-sama memulai dari awal." Dia memiliki keinginan yang kuat untuk lanjut kuliah, pola pikirnya sudah jauh ke depan. Dia memikirkan apa yang bisa dilakukan dengan kondisi seperti itu.
Gayung pun bersambut, "Buk, saya mau kuliah, bantuin ya buk untuk mendaftar." Wah, Alhamdulillah, semua administrasi mulai dipersiapkan untuk keperluan mendaftar SBMPTN. Walaupun sudah terdaftar, hampir setiap hari kuterima chat berisi ketidakyakinan untuk mengerjakan ujian. Tetap kukuatkan untuk mencoba, kalau gagal nanti coba lagi jalur lainnya.
Peternakan UNAND adalah jurusan yang ingin dia tuju. Salah satu kampus favorit di Sumatera Barat. Ada rasa tidak yakin karena ketat dalam penerimaan, jumlah pelamar yang tidak sedikit. Pengumuman kelulusan pun tiba,
"Buk, saya tidak lulus, bagaimana lagi buk?" lapornya.
Aku membalas dengan tenang, "Niat Fiqri masih kuat untuk kuliah? tanyaku.
"Masih Buk" jawabnya.
"Oke, mari kita coba jalur mandiri ya, apa biaya daftar ada?"
"Ada buk, Saya tanya orang tua mereka dukung, Buk"
Berbekal keinginan kuat, kembali kubantu pendaftaran seleksi mandiri. Berangkat ujian ke Padang, separuh hati berharap, separuh lagi tidak yakin lulus.
Hari yang ditunggu datang, pengumuman hasil seleksi. Aku penasaran bagaimana hasilnya tetapi tidak bisa ku akses link pengumuman. Tiba-tiba telepon selulerku bergetar, kubuka chat dan termyata dari Fiqri.
"Ibuuuuuuk", sembari melampirkan pengumuman yang menyatakan dia lulus pilihan pertama di jurusan yang dia mau.
Alhamdulillah, mataku berkaca-kaca karena tidak menyangka perjuangan yang diragukan oleh banyak orang akan berhasil. Tidak dipungkiri bahwa banyak yang meragukan berdasarkan perilaku selama sekolah. Akan tetapi niat, perjuangan dan doa orang tua mematahkan itu semua.
Hari yang ditunggu datang, pengumuman hasil seleksi. Aku penasaran bagaimana hasilnya tetapi tidak bisa ku akses link pengumuman. Tiba-tiba telepon selulerku bergetar, kubuka chat dan termyata dari Fiqri.
"Ibuuuuuuk", sembari melampirkan pengumuman yang menyatakan dia lulus pilihan pertama di jurusan yang dia mau.
Alhamdulillah, mataku berkaca-kaca karena tidak menyangka perjuangan yang diragukan oleh banyak orang akan berhasil. Tidak dipungkiri bahwa banyak yang meragukan berdasarkan perilaku selama sekolah. Akan tetapi niat, perjuangan dan doa orang tua mematahkan itu semua.
Cerita lainnya yang tidak kalah menarik adalah biaya pendidikan. Untuk daftar ulang menghabiskan uang belasan juta, akupun kepikiran apakah orang tuanya akan sanggup. Karena kondisi ekonomi keluarga itu kurang memadai, namun siapa sangka selalu ada jalan untuk lanjut.
"Fiqri, coba diskusikan dulu ya dengan mak, bapak di rumah," saranku.
"Iya buk, nanti kalau sudah pulang dari kebun saya bilang buk."
Saat akan daftar ulang, dia ke sekolah dan bercerita bahwa dia merasa jalannya lancar untuk kuliah. Kebetulan ibunya menerima arisan di dua tempat sekaligus, sungguh kuasa Tuhan untuk memudahkan jalannya. Tiada penghalang yang sangat berarti jika selalu berusaha yang terbaik.
Sekarang sudah berstatusmahasiswa di jurusan Peternakan Universitas Andalas.
Selamat ya, dirimu membuktikan bahwa biarpun orang lain tidak yakin tetapi niat yang kuat akan membuka jalan untuk berhasil. Tiada perjuangan yang berujung sia-sia.
Ibuk tunggu cerita bahagia lainnya ya. Good luck.